Tok tok tok
sebuah ketukan pintu diiringi langkah kaki mendekat keranjang cukup mengusik tidurku.
"Non rani, Non bangun non"
ucap salah satu maid berusaha membangunkanku."Hemmmm" jawabku bergumam.
"baiklah akan saya siapkan air untuk non rani mandi" ucap salah seorang maid lainya.
Aku duduk dengan setengah sadar. Hingga maid yang membangunkanku tadi memberiku segelas air putih.
"Air sudah siap nona" ucap maid kembali kehadapanku dan membungkukan badannya sopan.
Aku hanya mengangguk dan lekas kekamar mandi.
Aku terbiasa hidup seperti ini. Hidup dengan penuh kemewahan, pelayanan dan semua yang kuinginkan selalu terpenuhi tanpa harus menuggu lama.
Papa selalu menegaskan pada semua pekerjanya bahwa keinginanku adalah yang utama.
Entahlah kadang aku merasa cukup bosan dengan hidup tanpa melakukan apapun.Aku hanya keluar dari rumah ketika sekolah itupun harus dimata-matai 2 bodyguard.
Jika ingin belanja, mama mengharuskan setidaknya satu maid yang turut bersamaku.
Sungguh rasanya aku ingin bebas.
Jika ada belajar kelompok, papa menyarankan belajar dirumahku saja dari pada di kafe seperti remaja pada umumnya.Aku tidak terlalu memiliki banyak teman. Mungkin, satu sekolah mengenalku sebagai putri maharani yang sombong dan pilih-pilih teman.
Padahal kenyataannya tidak begitu.
Aku mau berteman dengan siapapun, hanya saja belum kudekati mereka sudah kabur duluan. Memangnya aku monster yang harus dihindari.Temanku ah lebih tepatnya sahabatku namamya Aurel dan Cicha.
Mereka tak pernah memandangku sebagai putri pemilik sekolah. Mereka memandangku dan meperlakukanku layaknya seorang sahabat. Mereka juga tidak mengeluh, jika aku menyuruh main kerumah. Bahkan mereka juga sering menginap dirumahku. Hingga akhirnya mama memberiku izin bila hendak hangot atau shoping bareng mereka.Aku turun dari tangga dan bergabung diruang makan bersama keluargaku.
"Morning, princessnya papa" sapa papa sambil mencium keningku aku hanya tersenyum ceria
"Morning sayang" ucap mama dan mencium pipiku
"Morning baby" Ucap kakak tampanku diiringi kecupan manis dipuncak kepalaku.
Aku duduk disamping kakaku.
"Mari kita makan" ucap papa. Setelah menyelesaikan kegiatan sarapan ini, papa bergegas berangkat ke kantor.
"kakak, aku ingin dintar olehmu" ucapku tiba-tiba.
"Kenapa hem? bosan diantar supir" tanya kakaku dengan manis.
"Hemm, Aku bosan jadi pusat perhatian seluruh sekolah ketika aku turun diikuti orang-orang besar itu" rajukku.
Kakak ku hanya tersenyum manis dan mengusap kepalaku sayang.
"Baiklah kakak antar, jangan salahkan kakak kalo kamu malah nggak dapat tempat lewat.. Hahha"
"dasar sok tampan" ucapku memutar bola mata. Tak ayal aku sangat senang akhirnya bisa sedikit bebas dari orang-orang suruhan papa.
Saat akan memasuki mobil sport merah kak key, salah seorang bodyguard menyela.
"Nona, bapak berpesan hari ini untuk kami antar" ucapnya
"aku tidak mau! aku ingin diantar kakaku. Kakak" rengekku pada kak key. Aku harus membuat mereka tidak mengikutiku hari ini.
"Sudah, aku saja yang mengantar dia. Aku yang bilang papa nanti. Ayo masuk sayang" ucap kakak dan aku masuk ke mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Maharani
General FictionApa yang bakal kalian lakukan, jika tahu selama 18 tahun hidup dalam sebuah kebohongan??? Marah? Kecewa? Atau diam? Itulah yang dirasakan Maharani tepat dimalam pergantian umurnya yang ke-18