confused

321 63 14
                                    

Mulai dari part ini gue ngeperbaikin bahasanya, soalnya yang kemarin-kemarin cringe banget astaga. Selamat membaca!

Pulang sekolah Jennie sengaja mampir ke cafe terdekat di sekolah, entahlah ia hanya ingin saja. Mungkin beberapa teguk kopi dapat menenangkan hatinya yang saat ini telah di porak porandakan oleh Hanbin.

Peduli setan tentang kepribadiannya yang berubah secara tiba-tiba, ia tak ingin mempedulikan pertanyaan orang-orang yang malah membuatnya semakin pusing.

Dan apabila yang dikatakan Bobby benar, maka ia akan sangat bersyukur jika benar setan telah berhasil menguasai raganya dengan bebas. Maka ia tak perlu pusing untuk menghadapi segala rupa masalah yang datang pada Jennie.

Jennie menatap kopinya dengan sendu, ia tertawa singkat. Kenekatan macam apa yang Jennie buat sehingga ia berani memesan secangkir double espresso coffee yang bahkan ia tak pernah mencobanya sama sekali.

Semua hal yang berada disekitarnya sudah pahit, mungkin lebih menarik lagi jika ada secangkir kopi pahit yang turut berpartisipasi.

Bel pintu cafe berbunyi, menandakan bahwa ada seorang pelanggan yang telah memasuki cafe tersebut. Bunyi itu sukses membuat atensi Jennie teralih, dan seketika kepahitan itu semakin menjadi.

Objek dari kisah Jennie saat ini ada di depan matanya, berjalan mendekat dan tersenyum canggung ke arah Jennie. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu "Boleh ikut duduk ga Jen?"

Jennie hanya menatap Hanbin datar, skenario apa yang telah Tuhan buat hingga dirinya terus-terusan dipertemukan dengan Hanbin?

Lalu tanpa menunggu persetujuan dari Jennie, Hanbin mendaratkan bokongnya pada kursi yang berada di hadapan gadis bermata kucing itu.

"Tadi gue liat lo masuk kesini sendirian aja terus kebetulan gue pengen kopi deh"

Hanbin merutuki dirinya sendiri, mengapa ia terlihat begitu gugup di hadapan Jennie. Bahkan ia tak sadar bahwa barusan ia telah memberikan alasan yang konyol.

"Nih, belum gue minum kok" Jennie menyodorkan kopi yang belum tersentuh itu ke hadapan Hanbin.

Hanbin tersenyum lebar, ia dengan senang hati meminumnya.

"Uhuk!! "

Hanbin seketika menepuk-nepuk dadanya dengan cepat, ia terbatuk-batuk dengan keras hingga membuat beberapa atensi teralih padanya.

Jennie hanya tersenyum kecil, sepahit itukah kopi yang ia pesan?

"Lo mesen apaan gilak! jangan bilang-"

"Double esspresso" jawab Jennie santai.

Hanbin otomatis membulatkan matanya. "Lo kuat juga ya ternyata hehe"

Jennie hanya menunduk, tak berani menatap lawan biacaranya saat itu.

"Malu gue sebagai cowok"

Jennie beranjak dari kursinya, menimbulkan bunyi decitan yang berasal dari kursi yang tergeser ke belakang. "Gu, gue duluan Bin"

Jennie berlari keluar, meninggalkan Hanbin yang kebingungan sendiri di cafe tersebut. Makin aneh saja sikap Jennie.

Mau tak mau Hanbin mengejarnya, lalu ia berhenti ketika menemukan Jennie tengah terjebak hujan di luar.

Untunglah hujan datang di waktu yang tepat, batin Hanbin.

Jennie terlihat gelisah ketika menemukan Hanbin mengejarnya di belakang, ia tak mau bersitatap dengan Hanbin. Luka di hatinya akan semakin terbuka.

Stay -bp ikonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang