Setelah kedua orangtua ku meninggal. Aku tinggal sendirian.... Dirumah yang besar dan sepi.
Karena aku ingin menunjukkan, kalau aku bisa tegar dan mandiri. Hal itu tidak mudah. Tapi aku punya tetangga yang baik.
Semuanya akan baik-baik saja, kupikir. Tapi bagaimanapun juga aku sendirian......
Dan aku kesepian.....
EGGNOID
Chirp...
Chirp...
"Hng?" Suara kicauan burung tadi berhasil membangunkan yeoja cantik yang tengah tertidur, siapa lagi kalau bukan Minatozaki Sana.
Tidurku nyenyak sekali semalam.. Walau sempat mimpi aneh.. Rasanya hangat....
Harum apa ya ini?
Sana membalikkan badannya untuk melihat ada apa disebelahnya. Mata Sana melebar saat mendapatkan laki-laki yang tidak memakai busana tidur tepat disebelahnya, kedatangan laki-laki ini ternyata bukan mimpi belaka.
'BUKAN MIMPI!!'
"GYAA TOLONG!!" Sana reflek turun dari kasurnya dengan tangan yang masih memegang selimut, yang sebelumnya selimut tersebut digunakan untuk menutupi tubuh keduanya.
Karna Sana menarik selimutnya, adik kecil laki-laki tersebut hampir saja terlihat.
"TIDAAAAK!" Sana langsung melempar selimut tersebut kearah laki-laki itu, untuk menutupi adik kecilnya.
APA-APAAN INI?! UKH! Kenapa ada cowok gak dikenal ditempat tidurku? Datang dari mana?
Biarpun cakep tapi kan tetep aja ngeri dan berbahaya. Apa sebaiknya memanggil polisi?
Clik!
"Eh?" Sana tidak sengaja memencet tombol aneh yang terdapat pada telur tersebut.
"Selamat atas terpilihnya sebagai orang tua angkat dari eggnoid."
"Eggnoid adalah anugrah keajaiban yang lahir hanya untuk anda."
"Hadir untuk menjawab rasa kesepian kalian orang tua asuh."
Hah? Apa tadi? Orang tua asuh??
"Eggnoid sama seperti bayi manusia pada umumnya."
"Kami percaya dengan curahan kasih sayang anda eggnoid akan tumbuh berkembang untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik." Suara dari telur tersebut kembali menjelaskan.
Orang tua asuh? Tapi kan aku masih SMA? Ini pasti sebuah kesalahan.
"Lagipula makhluk ini sama sekali tidak terlihat seperti anak bayi!!" Sana menunjuk makhluk itu.
"Masa sih aku harus ngurus dia seperti orang tua? Ngurus diri sendiri aja masih repot."
"Bawa balik! Pliss!" Sana merengek didepan telur tersebut.
Telur tersebut sama sekali tidak bergeming.
Suram.
"Hng?" Terdengar erangan kecil dari belakang Sana.
Deg!
Sana menoleh dan....
"Mama?" Selimut yang tadinya berada di dada, mulai turun ke arah bawah karena makhluk tersebut bangun dari tidurnya.
Nyaris saja adik kecil makhluk itu ingin terlihat lagi.
'ADUUH JANTUNGKUU!!'
"Stop! Jangan turun dari kasur dulu, hatiku bisa meledak!"
Sana membungkus badan makhluk tersebut dengan selimut yang di lilitkan.
"Mama!"
"Kayanya aku harus nyari baju yang lebih layak deh."
"Mama!" Makhluk tersebut langsung memeluk Sana.
"Uugh! Kamu cuman bisa bilang mama ya? Apa ini yang dimaksud dengan anak bayi?"
"Badan aja besar, tapi sifat kok begini." Sana yang ingin melepaskan pelukan tersebut malah tidak sengaja membuat selimut yang membungkus tubuh makhluk tersebut merosot.
Sruuut!
"BUAHAYAAA!!"
Wet!
Wet!
Wet!
Sana mengikat makhluk tersebut dengan selimut layaknya sebuah kepompong.
"Mamaaaa." Makhluk tersebut terus menerus memanggil mama dengan badan yang menggeliat di lantai.
Badannya yang terikat membuatnya susah untuk bergerak, apalagi dia sekarang tengah berbaring di lantai.
'Lelah hati ini....'
'Tapi gimana ya? Aku gak punya baju cowok.. Kalau pake bajuku pasti kekecilan. Apa aku pinjam ke Dahyun ya?'
Sana menengok kearah jendela yang langsung mengarah kerumah Dahyun.
Deg!Dahyun dan Momo!! Mereka mau pergi kencan ya?
Padahal kalau weekend seperti ini... Akulah yang biasa pergi bareng Dahyun berdua saja..
Sekarang.... Aku sudah tidak punya tempat dihatimu ya Hyun?
Sana kembali menangis tapi sepersekian detik kemudian ia mengangkat kepalanya.
"Kalau begitu ayo kita pergi juga jalan-jalan!"
Makhluk tersebut yang tadinya masih sibuk berguling-guling langsung menatap Sana dengan tatapan bingung.
"Jangan galau mikirin Dahyun melulu! Kita pergi shopping dan bersenang-senang!"
Setelah memantapkan kata-katanya Sana kembali menatap makhluk tersebut yang masih terus berguling-guling dilantai.
"Aduuuh! Aku lupa kamu belum punya baju!"
Sana menepuk dahinya sendiri.
"Oh iya!"
Drap!
Drap!
Drap!
Sana mengorek-ngorek isi lemari di kamar mendiang orang tuanya.
Dia menatap baju yang berhasil ia dapatkan, yaitu baju kemeja warna abu-abu dan celana jeans warna biru tua.
Lalu dia kembali menuju kamarnya.
"Ini baju mendianh ayahku. Yang lainnya disumbangkan. Aku pinjamkan dulu. Tapi jangan sampai rusak ya?"
Makhluk tersebut masih menatap Sana dengan tatapan bingung.
"Mama?
TBC