Perjuangan Bimo #Part 3 (Akhir)

236 32 20
                                    


Setelah mendapat kesempatan menjemput Muti, akhirnya Bimo rutin setiap siang menjemput Muti pulang mengajar. Muti tak dapat mengelak lagi karena ancaman Bimo yang akan nekad menemui tantenya. Bimo semakin merasa menang dengan caranya, karena Muti tak ada pilihan.

Bimo juga selalu memanjakan Muti, setiap hari Minggu dia mengajak Muti jalan-jalan dan makan enak. Bahkan untuk keperluan Muti, Bimo memberikan sejumlah uang setiap minggunya.

Hubungan mereka mengalir begitu saja, meskipun Muti sering marah-marah, namun Bimo tetap menjadi pria yang memiliki kesabaran tingkat tinggi. Sepertinya Bimo makin terbiasa dengan sikap Muti yang memang jutek. Terbukti sampai hubungan mereka masuk bulan ke enam, bahkan Bimo berniat serius.

****
Sore itu, Muti menemani Puji ke tempat Pak Dibyo untuk terapi. Sesampai disana, Pak Dibyo menyambut dengan wajah sumringah.

"Sudah lama ga kesini toh, nduk. Aku menunggu kalian."

"Kenapa, Pak?" Tanya puji seraya mencium punggung tangan Pak Dibyo.

"Sini duduk dulu, ada yang mau aku sampaikan."

Muti dan Puji duduk bersebelahan. Puji nampak penasaran, sedangkan Muti tetap saja dengan sikap cueknya.

"Puji, kamu sudah bilang ke mamimu?"

"Tentang apa, Pak?"

"Dulu kan aku pernah mau menjodohkan kamu, kalau kamu mau, aku nanti sampaikan ke dia."

"Oh iya, Pak. Kata mami boleh yang penting punya pekerjaan jelas."

"Kamu tau Bimo, kan?" Tanya Pak Dibyo ke Puji. Muti yang sedari tadi cuek sekarang mengubah pandangannya karena mendengar nama Bimo disebut.

"Iya."

"Aku berniat menjodohkan kamu dengannya."

Muti yang mendengar kaget, namun ekspresinya gembira. Itu artinya dia tak perlu repot-repot cari alasan untuk mutusin Bimo.

"Memangnya Bimo mau denganku, Pak? Aku ini janda anak dua, lho." Seru Puji mengingatkan.

"Dia sukanya dengan janda, sudah dua kali pacaran dengan janda terus."

Puji tertawa ngakak, Muti melongo tak percaya.

'Ah, Bimo! Jadi selama ini pacaran dengan janda, terus sekarang maksa aku yang masih gadis, pantes saja tak mau melepasku meski tahu aku sudah punya pacar.' Gerutu Muti dalam hati.

****

Sepulang dari rumah Pak Dibyo, Muti lebih banyak diam. "Ini waktunya aku ambil sikap, aku jadi punya alasan untuk memutuskan." Gumam Muti pada diri sendiri.

Besoknya, Muti sengaja menghindar dari kejaran Bimo. Dia tetap melangkahkan kaki meski Bimo memintanya masuk ke mobil. Bimo merasa bingung dengan perubahan Muti yang tiba-tiba saja ingin putus dengannya.

"Dek, kamu kenapa?" Tanya Bimo setelah dapat meraih tangan Muti

"..." Muti masih terdiam dan berusaha melepas cengkraman tangan Bimo.

"Jelasin ada apa? Apa aku salah?"

"Aku mau kita putus!"

"Kenapa putus? Karena Lana?"

"Apaan, sih? Aku ga suka ya kamu bawa-bawa Lana. Asal kamu inget, kamu sudah ambil aku dari Lana!"

"Iya, tapi kamu mau."

"Aku mau karena terpaksa!"

"Tolonglah jangan begitu, kurang apa aku selama ini? Aku sayang kamu, Muti." Wajah Bimo memelas, dia merasa takut jika Muti benar-benar meninggalkannya.

JODOH PENGUJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang