_Manja_√

2.7K 285 33
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis.
(◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.

Bagian 9 • Manja
___________________

Selang beberapa menit, Renjun kembali dengan nampan warna cokelat mengkilat dan sepasang cangkir bewarna putih tulang cantik. Di dalamnya terdapat cairan bewarna cokelat bening dan tidak lupa kepulan asap yang mempercantik minuman.

"Jadi ngrepotin Jun. Gua mau jenguk lo malah ga bawa apa-apa. Tadi cepet cepet soalnya."

"Gak kok. Aku aja udah makasih sama kamu udah mau jenguk. Kamu satu satunya yang dateng."

"E, eh. Beneran cuman gua?"

"Iya."

Tentu saja.

Karena,

1. Renjun itu murid baru.
2. Di hari pertama ia sudah terkena insiden. Meskipun hanya kesalahpahama tak semuanya bisa menerima, mengingat dirinya itu punya image cupu. Dan yang terakhir.
3. Hanya Nakyung lah yang menjadi teman Renjun.

Maka jelas lah sudah mengapa hanya Nakyung yang datang menjenguk.

"Diminum dulu, Kyung." Titah Renjun yang sudah menaruh cangkir diatas dimeja dan menyimpan nampan.

"Iya," Nakyung mengangguk pelan dan mengambil cangkir miliknya. Baru satu tegukan, itu saja belum sempurna. Bibirnya sudah berdenyut karena teh yang memang masih panas.

"Aw!" ringisnya pelan sambil memegangi bibir merah jambunya yang sedikit membengkak, perih.

"Ah, aku lupa tehnya masih panas," Renjun merasa tidak enak hati. "Aku buatin jus aja ya?"

"Eh, ga usah. Santai aja, paling nanti juga sembuh," kata Nakyung menenangkan, menghentikan pergerakan Renjun yang ingin pergi ke dapur.

"Maaf ya, Nakyung."

"Iya santai aja. Emang gua nya aja yang ceroboh. Udah tahu masih panas malah langsung nyeruput."

Renjun mengangguk ragu, tetap ia merasa tak enak.

"Omong omong itu luka lo udah diobatin?" Nakyung menunjuk dengan dagunya ke arah wajah Renjun.

"Eh, udah kemarin."

"Lo ga masuk sekolah gara gara muka lo bonyok?"

"Ga juga sih, aku juga ngerasa pusing."

"Udah minum obat?"

"Iya udah."

"Sebenernya muka lo bisa bonyok karna apa sih?"

"Em, itu..." Renjun mengulum bibirnya. Sedangkan Nakyung sudah tak sabar ingin mendengar alasan Renjun.

Cetar!

Kilatan petir menyala tiba-tiba, menyambar nyambar, seakan sedang mengepresikan dirinya yang sedang marah. Langit mulai menghitam diiringi dengan gumpalan awan abu-abu.

Cupu [Huang Renjun]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang