15. Lima Belas

2.1K 218 7
                                    

"Hahhh... capek banget, tapi seneng."

Jeno tersenyum mendengar ucapan Ara, ia juga ikut senang melihat Ara bahagia.

"Bunda kemana Jen?"

Jeno mengerutkan kening nya, ia tidak fokus pada Ara. Karena ia sibuk dengan grup chat nya. "Apaan?"

"Bunda kemana? Kok gak keliatan si,"

Kali ini Jeno menangguk paham. "Bunda lagi nganterin kebutuhan Ayah buat nanti dinas."

Ara memperhatikan Jeno yang masih asik dengan grup chat di hp nya. Ia tersenyum miris, dari dulu Ara tidak pernah memiliki teman sampai memiliki grup chat, bahkan ia tidak memiliki teman.

Hanya mereka yang tidak terlihat di pandangan orang lain yang mampu menemani Ara.

Bosan, itu yang Ara rasakan. Jeno masih asik dengan hp nya, sesekali cowo itu terkekeh atau tertawa hanya karena melihat isi chat hp nya.

Lama lama Ara mau bawa Jeno ke RSJ, karena Jeno tersenyum, terkekeh hingga tertawa sambil memainkan hp nya.

Karena dirinya yang diacuhkan oleh Jeno membuat Ara bosan. Ia lebih memilih untuk pulang kerumah nya, Ara benar benar membutuhkan ketenangan.

Ia ingin menyendiri, ia tidak ingin diganggu. Mungkin ia akan bilang ke Jeno nanti kalo dirinya tidak jadi menginap di rumah Jeno.

Mulai memasuki Rumahnya sendiri dan mengabaikan semua makhluk yang ingin mengajak Ara untuk berbicara, seakan dirinya tuli akan panggilan mereka.

Rumah megah yang selalu sepi, para asisten rumah tangga itu hanya pekerja harian, bertegur sapa dengan Ara pun jarang.

Ingin rasanya Ara mengubah semua nya menjadi seperti dulu, rumah yang terlihat hidup.

Namun apalah daya, ia hanya dalang yang mengubah semuanya menjadi berubah.

Namun dalang yang satu ini tidak bisa membuat cerita yang lebih baik, dalang yang memiliki kesalahan dan kesalahan tersebut tidak termaafkan.

Sampainya Ara di kamar mandi, ia langsung melepaskan pakaian yang ia gunakan, menyisakan kaos putih untuk dalaman dan celana pendek nya.

Mengisi air dingin untuk ia berendam di bath up tidak memerlukan waktu yang lama.

Setelah air yang ada di bath up tersebut penuh, Ara langsung menceburkan dirinya.

Merasakan air dingin yang meresap ke dalam tubuh nya, mencoba untuk membuat pikirannya menjadi tenang.

Memejamkan mata nya, membayangkan kenangan nya dulu bersama sang Ibu.

Semakin sesak, itu yang Ara rasakan saat ini. Semua kenangan baik kini hilang menjadi kenangan buruk. Dada nya terasa sakit, dengan cepat ia mengambil obat di laci kamar mandi nya.

Menelan obat tersebut hingga empat tablet, tanpa peduli dosis yang sebenarnya harus ia minum.

Kepala Ara terasa berat, mata nya mulai menggelap, hingga akhirnya semua benar benar gelap.

Ara tertidur di bath up dengan air dingin yang menenggelamkan tubuhnya.

●□●□●□●

"Jeno, Ara mana?"

Jeno yang mengetahui sang Bunda sudah pulang pun menaruh hp nya, tidak terasa ternyata sudah jam tujuh malam.

Jeno membulatkan matanya, karena keasikan chattan dengan grup nya di line. Ia menjadi lupa waktu.

"Aduh Bun, Jeno juga gak tau. Jeno dari tadi mainan hp,"

Curios - Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang