Chapter 25

14K 1.4K 128
                                    

1 minggu semenjak mantra yang dipta lontarkan, yang selalu sukses membuat kupu-kupu diperutku berterbangan mencari bunga liar.

1 minggu juga dipta mengantarkan dan menjemputku pulang yang sudah pasti dengan syarat aku mau dijemput di pengkolan jauh dari rumah sakit, meskipun awalnya dipta menolak mentah-mentah yang tetap mengantarkan aku di depan RS, yang tentunya menimbulkan kekesalanku naik ke radius tidak aman, aku pulang dengan kendaraan online tanpa mendengarkan dipta.
Akhirnya karena tidak mau aku yang kabur-kaburan tanpa kabar, dipta setuju menurunkan dan menjemputku dipengkolan.

2 hari yang lalu dipta berpamitan kepadaku yang sedang mengobrol dengan mama diruang tamu yang akan mengikuti seminar selama seminggu di Surabaya.

Aku yang akan ditinggal mamaku yang lebay.

Kalau ditanya apa hubunganku dengan dokter dipta? Aku tidak tahu.
Selama 1 minggu ini dipta juga tidak bertanya lagi apapun menyangkut kata 'be mine' yang tempo lalu dia utarakan.

Masalahya akukan belum jawab ya...
Eh itu pertanyaan atau .... Pernyataan ya?

Dipta seperti biasa, dia akan marah-marah kepadaku jika rekanku ada yang melakukan salah, dipta akan menyuruhku jika ada hal sepele yang tidak penting yang harus dikerjakan. Bedanya sekarang hanya dipta yang mengantarkan dan menjemputku pulang ditambah dengan chat yang menanyakan aku dimana dan sedang apa sehari 2x.

Dr. Dipta, Sp.OG (K) : dimana ra?

Chat yang masuk jam 08.00 pagi tanpa ada embel-embel selamat pagi

Aku ragu apa mungkin seminggu yang lalu merupakan bayangan semu? Apakah ini yang dinamakan satu tahap naik level ketika kamu mengirim pesan dan menanyakan dimana?

Astaga dipta kau kira aku wahana kora-kora yang diayun-ayun keatas kemudian kau jatuhkan kebawah tanpa dosa!

Tingkah laku yang seperti ini yang selalu membuatku ragu berhubungan dengan dipta.

Malas aku membalas, kuputuskan fokus kepada teh kia—personlia yang sedang sibuk mempersiapkan dokumen-dokumen menyangkut MOU asuransi kesehatan dari pemerintah untuk dipaparkan nanti.

Hari ini aku diminta sebagai perwakilan untuk menemani teh Kia bagian personlia untuk menghadiri acara pembahasan tentang asuransi Jampersal yang tidak akan berlaku lagi untuk pasien ibu hamil dan ibu yang akan melahirkan serta bayi baru lahir. Karena ada sangkut pautnya dengan bayi baru lahir dari ruang bayi diwakilkan oleh Tari perawat 1 tahun dibawahku

Dan aku baru tahu acara kali ini diadakan di RS. Citra wanita cantik didepan yang sedang memaparkan alur asuransi dari perwakilan RS. Citra merupakan dr. Fitri yang kata Eka merupakan mantan dokter dipta.

“teh itu dr. Fitri cantik banget ya!”

Aku melirik Tari kemudian menatap dr. Fitri, kalau ibarat bunga dr. Fitri sejenis bunga poeny yang berkelas dan natural sedangkan aku sejenis bunga hydrangea yang artinya bunga yang cocok untuk meminta maaf—ya maaf karena aku yang buntelan debu sekelasnya sama babu yang alhamdullilah masih ada yang bilang unyu.

“cantik banget tar” jawabku jujur, sekali lihat saja mataku tidak bisa lepas darinya pembawannya yang anggun dan tata bahasanya selembut notifikasi gaji yang masuk setiap bulan

“tau gak tar, dokter fitri mantannya dokter dipta?” teh Kia tiba-tiba ikut berbisik dipiggir tari yang menurutku bukan bisikan tapi seperti pemberitahuan yang bunyinya menyakitkan

Sakit ? iya.aku.sakit—hati!

Ada perasaan aneh dihatiku ketika mendengar dokter fitri yang ternyata sempurna—dan ternyata mantannya dokter dipta

CITO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang