-the message-

8 0 0
                                    

Aera pov
Aku tak berhenti mengukir senyuman diwajah ku sejak Mr.Bin mengatakan bahwa skripsiku diterima pagi tadi,ia juga menambahkan bahwa jadwal sidangku akan dilakukan 1 bulan ke depan. Itu tandanya,aku akan melakukan sidang dalam waktu yang berdekatan dengan jihyo

"Yaa! Arayoooo,berhentilah menarik bajuku seperti ini" keluh jihyo saat aku tak berhenti kesenangan akibat kabar yang aku terima dari Mr.Bin

Aku tak menghiraukan keluhan jihyo,yang ingin aku lakukan saat ini hanya berteriak sekencang mungkin dan mengganggu jihyo yang sedang makan.

"aera-ya,aku tau kau terlalu senang.. tapi tolong biarkan kimbap ku masuk kedalam mulutku meskipun hanya satu potong" ucap jihyo datar,tangannya masih mempertahankan sepotong kimbap didalam apitan sumpitnya

Aku tertawa lepas setelah mendengar ucapan jihyo,jika dipikir-pikir sikap ku ini memang sedikit berlebihan tapi memang nyatanya aku sangat senang ketika skripsiku sudah 3 minggu dalam masa penanda tanganan dan hari ini Mr.Bin mengizinkanku untuk sidang pada akhirnya

"Mian" kataku akhirnya. Jihyo menghela nafas lalu ia memasukkan satu potong kimbap yang tadi tidak terlaksanakan akibat ulahku

"tapi jika aku memberi kabar ini pada kedua orang tua ku,tentu saja mereka akan bersikap biasa saja. Maksudku,jihyo.. kau tau kan mereka se-egois apa?" Aku menaikkan satu alisku,meminta pendapat padanya yang kini sudah selesai melahap semua makanannya

"Menurutku jika kau berhasil bicara dengan mereka dengan baik,pasti mereka akan ikut senang"

"Kau lupa? Saat aku mengatakan agar mereka datang bersama di acara wisuda ku saja,mereka bertengkar lagi" ucapku dengan nada lesu

Pembahasan tentang kedua orang tua ku memang selalu sukses dalam membuatku lupa akan kesenangan apa yang baru saja terjadi pada diriku

"Kedua orang tua mu sudah tau apa yang akan terjadi jika mereka bertengkar lagi setelah kejadian hari itu,setidaknya coba lah meskipun hanya sekali"

Aku menatap jihyo dengan penuh ke-khawatiran,orang tua ku tidak semudah itu sadar akan perbuatan mereka. Tapi mungkin ini terakhir kalinya aku mencoba untuk melakukan itu

"Sudah jangan terlalu memikirkan hal itu,kau dengan jimin bagaimana?" Pertanyaan jihyo berhasil menyadarkanku dari segala lamunanku tentang kedua orang tuaku

Aku menoleh padanya dan memberikan tatapan ter-sinis yang tidak pernah aku lakukan pada siapapun "mworago"

Jihyo terkekeh sebentar,lalu kembali mengulang pertanyaan tadi namun kini intonasinya seperti sangat meledekku

"Ya!" teriakku pada jihyo yang kini asik dengan tawaannya

Aku memang menceritakan padanya tentang kejadian 2 minggu yang lalu. Tepatnya saat tiba-tiba saja jimin memelukku dan menangis didalam dekapanku. Niat awal ku menceritakan semua itu pada jihyo adalah karna ingin menanyakan masa lalu buruk apa yang pernah jimin alami,tapi sialnya jihyo tidak tau tentang hal itu dan malah menjadikannya sebagai bahan ledekan untukku

"kau tidak berniat untuk mengatakan kabar bahagia ini pada jimin"

"Ani" jawabku singkat

"dia sudah banyak menolongmu-"

"aku sudah memberikannya pelukan terhangat waktu itu,aku pikir itu cukup. Untuk ukuran seorang teman,menangis dipundakku sudah sangat berlebihan" ucapku santai sambil memasukkan beberapa kacang polong yang tadi aku beli

"Dasar gadis jahat"

"Dan kau juga gadis jahil"

Lalu kami tertawa bersama dan berhasil membuat semua mahasiswa di kantin kampusku memusatkan perhatian mereka pada kami

serendipity || park jiminWhere stories live. Discover now