Eps. 4

25 8 0
                                    



"Kepo," cewek jutek itu langsung berdiri ingin pindah meja.

"Hissh, pelit." Protes Aksa kesal.

"Arwa namanya," jawab teman yang duduk disebelah cewek jutek itu, alias Arwa.

"Ohh, thx" Aksa berbalik lalu duduk di mejanya.

"Aksa? Nama kakak, Aksa bukan?" Tanya teman Arwa. Yang dibalas dengan anggukan dari Aksa dan senyuman khas nya.

"Ngapain di kasih tau? Ishh kamu, awas ya," Arwa dengan suara 'pelannya' membuat Aksa menoleh,

"Emang gua nggak boleh tau?" Tanya Aksa—senyum licik.

Arwa menarik lengan temannya dan langsung pergi ke kelasnya.
Kelas XI A- IPA.

Syawal yang sedang meminum es teh manis sembari duduk manis, hanya bisa tertawa kecil melihat teman sebaya dan 'adik kelas' nya itu.

KRIINGG KRIINGG
"Males belajar Gusti!!" Rengek Syawal.

"Apa lagi gua boss," timpal Aksa manyun.

Sudah 5 menit yang lalu bel berbunyi bertanda sudah masuk kelas. Aksa, Syawal sangat santai berjalan ke kelas. Masuk kelas, yang pasti langsung di tegur sama Bu Tita.

"Hari ini sampai hari jum'at pulangnya lebih awal, karena guru-guru ada rapat buat minggu depan kalian TO," Bu Tita menginformasikan dengan nada tegas, yang dibalas teriakan 'yess' dari murid-murid.

"Ehh, maksudnya apa?Yess, yess?! Belajar! Besok ulangan fisika!" Bentak bu Tita yang membuat kelas hening seketika..

'Haha, seneng deh'

Ngga apa- apa yang penting
PULANG CEPET!

'Ambil tas, ke gerbang sekolah. Sampe rumah tidur ganteng deh. Uhuy!' Aksa bergumam senang dalam hati.

"Buru-buru amat? Basketan dulu lahh!" Nevan tiba2 nongol yang membuat Aksa terkejut.

"Ogah banget! Capekkk mau langsung ke kasur tercayang," Jawab Aksa sembari memeluk tasnya.

"Aahh lama! Kuy basketan," timpal Zahir yang langsung menarik merangkul Aksa ke lapangan.

Di lapangan

Kelompok pertama Nevan, Syawal, dan Adam.
Kelompok kedua Zahir dan Aksa —> cuman dua orang karena emang mereka 'king nya basket'

"Oper, oper!" Syawal dengan semangat mengangkat kedua tangannya.

Nevan menangkap dan melempar bola basket dengan keras, saat Syawal ingin menangkap ia terpeleset. Dan..

"WOI AWAS!!" Teriak Nevan, Syawal.

Arwa yang sedang serius menatap kertas tebal, langsung menoleh..

SYUUTTT

DUKKK!!

"Astagfirullah.." Arwa langsung menutup muka dan menjatuhkan kertas yang ia pegang—kertas tersebut berhamburan kemana-mana.

Aksa! Sa?!! Lu.. Haduhh, lu ngga pa-pa?!" Syawal langsung menghampiri Aksa dan mengelus punggung Aksa.

"Iya elah!! Khawatir amat gua ngga apa," Aksa yang sedikit menahan sakit menjawab pertanyaan Syawal dengan santai.

"Gustii!! Tadi kenceng banget bola basketnya kena lu! Gimana ngga pa-pa? Muka lu puc.." belum selesai Nevan memarahi Aksa, Aksa sudah tergeletak lemas dengan muka pucat.

"Ya Allah! Kak Aksa bangun! A Syawal, ini gimana? Kak Aksa bangun," Arwa meneteskan air mata nya karena panik takut terjadi sesuatu karena Aksa.

Dengan tergesa-gesa Syawal berlari menuju ruang BK untuk memanggil Pak Umar.

"Pak, pak Umar! Bantu saya.."

"MasyaAllah! Ini kenapa?! Ayo gendong Aksa kedepan. Bapak ambil kunci mobil dulu."
Aksa! Sa?!! Lu.. Haduhh, lu ngga pa-pa?!" Syawal langsung menghampiri Aksa dan mengelus punggung Aksa.

"Iya elah!! Khawatir amat gua ngga papa," Aksa yang sedikit menahan sakit menjawab pertanyaan Syawal dengan santai.

"Gustii!! Tadi kenceng banget bola basketnya kena lu! Gimana ngga pa-pa? Muka lu puc.." belum selesai Nevan memarahi Aksa, Aksa sudah tergeletak lemas dengan wajah pucat.

"Ya Allah! Kak Aksa bangun! A Syawal, ini gimana? Kak Aksa bangun," Arwa meneteskan air mata nya karena panik takut terjadi sesuatu kepada Aksa.

Dengan tergesa-gesa Syawal berlari menuju ruang BK untuk memanggil Pak Umar.

"Pak, pak Umar! Bantu saya.." Syawal masuk ke ruangan Pak Umar tanpa mengetuk pintu—Baju Syawal penuh dengan keringat karena lari melewati anak tangga yang cukup.. banyak.

"MasyaAllah! Ini kenapa?! Ayo gendong Aksa kedepan. Bapak ambil kunci mobil dulu."

DI RUMAH SAKIT

"Haduh, haduh. Kenapa harus ke RS segala? Gua nggak pa-pa," Aksa tiba-tiba ngomel karena sudah terbaring di rumah sakit dengan infus di tangan kirinya.

"Anjir ni bocah! Lu bikin jantung gua ke sentil kimprit! Dasar emang," Nevan yang dari sekolah sampai RS terus meng-khawatirkan Aksa.

"Nyusahin aja lu!" Zahir dengan hidung merah seperti jambu air (karena nangis), langsung menjitak dan memeluknya dengan erat.

"Ini? Ada paan nih? Jangan peluk-peluk dong ini mas-nya. *Freilassung, amüsiert zu wissen!" Aksa protes dan langsung mengelak untuk dipeluk. Karena terharu yang lain pun langsung ikut memeluk.
*lepasin, geli tau!

"Tadi lu bilang paan? Lezung pipit? Gua kagak punya," tanya Syawal dengan muka bego-nya.

"Serah lu deh," Aksa tiba-tiba memeluk Syawal dan tersenyum.

"Alhamdulillah," Arwa senang melihat Aksa sudah tidak pucat lagi.

'Kenapa ni cewe ada di sini?'

Thanks for reading friends.
See you in the next episode :)

Maaf update nya lama, karena ada kendala :(

Semoga suka dan selalu support terus yaa temen-temen ❣️

Not SAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang