Chapter 4

932 66 2
                                    

Selesai istirahat banyak para siswa membicarakan kejadian tadi di kantin. Semua heboh dan pastinya akan menjadi bahan pembicaraan untuk dua hari ke depan.

Angga dan dua temannya telah selesai mengganti bajunya menjadi seragam putih abu-abu. Mereka kini sedang menuju kelas dan harus melewati koridor.

Karena ruang koridor yang bergema, pembicaraan orang-orang sangat kontras terdengar di telinganya tentang kejadian mengejutkan tadi.

"Ih tuh kan, Putri jadi kayak gitu tuh karena cowok."

"Ooh pantes dia nolak banyak cowok ya."

Angga menoleh pada orang yang membicarakan itu.

"Eh eh, ada Angga the gank, si cogan!"

Angga menyernyit dan menoleh ke arah temannya. "Putri?"

Reza mendongak. "Itu, cewek yang tadi marah-marah," tuturnya.

Angga mengangguk mengerti sedangkan Reza menoleh heran.

"Lo tau banget tentang tuh cewek," kata Fion sambil menyengir.

Reza menyisir rambutnya dengan tangan. "Ih masa lo gak tau, kalo diliat dari jauh keliatannya tuh cewek biasa aja,"

Fion mengangguk mengiyakan.

"tapi kalo diliat dari deket, ish cakep banget. Mukanya misterius gimana gitu, hehe." Reza terkikik sendiri.

Fion tertawa. "Wah, jangan jangan lo suka sama dia!"

Reza menampol kepala Fion sambil ikut tertawa. "Yeee diem lo."

Angga melirik kawannya yang berbicara itu dan tampak acuh mendengarkan.

.
.
.
.
.

"Put, lo udah gak pa-pa?" tanya Seli sambil memegang bahu sahabatnya itu.

Putri mengangkat alisnya. "Gak pa-pa."

Mira mengangguk. "Eh btw lo tadi keren tau kayak gitu, kenapa gak dari kemarin aja lo bilang begitu?"

Putri menegakan badannya dan menghela napas. "Tadi gue risih banget, kesel juga karena tuh cowok gak punya kuping," ketusnya.

"udah gue tolak, balik lagi balik lagi, akhirnya gue meledak," lanjut cewek itu.

Seli mengangguk setuju. "Iya tuh, gue juga kesel liatnya."

"Iya bener!" sahut Mira.

"Tadi pas gue balik lagi ke kantin buat beli minum, orang-orang pada ngomongin lo tau, kesel gue dengernya!" tutur Seli kesal sambil memegang pinggangnya.

Mira mendongak. "Hah iya?"

"Iya, katanya ini lah, itu lah," gerutu sahabatnya itu.

Putri mendengus. "Jujur gue kesel kalo diomongin, tapi bodoamat lah. Mereka 'kan cuma punya mulut, gak punya kuping," tuturnya acuh lalu menyenderkan tubuhnya.

Seli dan Mira mengangguk setuju pada sahabatnya yang super realistis ini.

Dilain sisi, di kelas Angga, semua murid berkutat dengan pekerjaan rumah matematika mereka masing-masing, yang seharusnya sudah mereka kerjakan sejak minggu kemarin. Sudah biasa, apalagi sekarang kesempatan yang tepat karena guru matematika mereka terpaksa datang telat.

"Eh Ja, PR matematika udah belom? Gue mau liat," tutur Fion sambil menarik narik rambut Reza.

"Het sabar napa! Lo kira rambut gue tali rapia," tutur Reza sambil membuka resleting tasnya.

Fion pun cengengesan lalu menyender malas di kursinya. Dia menoleh kearah Angga sambil menyengir ledek.

"Eh Ngga, bengong aje lo!" katanya sambil menepuk lengan Angga agak keras.

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang