Gelisah. Khawatir. Apa lagi? Marah? Iya! Ini sudah seminggu dia tidak memberi kabar apapun. Sepele memang, tapi dia tak pernah seperti ini sebelumnya. Jangan-jangan dia— No! Stop thinking something negative! Tapi kenapa dia sampai seperti ini?
Ponsel pintar kuaktifkan lagi setelah sejam lalu kubanting ke lantai hingga baterainya lepas. Setelah dataku aktif, segera aku membuka salah satu aplikasi mengobrol, mengharapkan satu pesan saja darinya. Namun apa? Hanya pesan dari grup kelas yang ada.
"Sedang apa kau? Tidakkah kau merindukanku disini? Tolong kemarilah!" air mata merembes keluar dari kelopak mataku. Aku sungguh merindukannya.
Pintu rumahku diketuk, tapi aku abaikan. Toh, ibu juga bisa membukanya. Aku tidak ingin diganggu! Ingatlah di benak kalian masing-masing. Aku tidak akan keluar kamar apapun yang terjadi, bahkan gempa, gunung meletus, atau topan sekalipun!
"Rivaille ada tamu!"
Huft... Itu suara ibu. Jika ibu yang berkata, aku bisa apa? Teriak "Aku lagi tidur!"? Ya kali😑. Dicoret dari KK nanti😢.
"Iya!" akhirnya aku keluar kamar dan bergegas menuju ruang tamu. Dekat ruang tamu, aku mendengar ibuku mengobrol dengan seorang lelaki, kutebak asal karena suaranya memang lelaki. Dan begitu sampai di ruang tamu, aku mengetahui siapa tamuku.
"Rivaille, sini!" ibuku menarik lembut tanganku dan mendudukkanku di dekat lelaki tersebut. Aku ingin menangis melihat orang ini, namun kutahan karena masih ada ibuku. Aku tidak ingin ibuku mengetahui aku menangisi lelaki ini karena ibuku sudah mempercayakanku kepada lelaki ini. Aku tidak ingin membuatnya hilang kepercayaan kepada lelaki ini.
"Tante masuk dulu, ya! Eren mau minum apa?"
Lelaki itu —Eren— menjawab dengan sangat sangat sopan, "Seadanya saja, Te," ibuku mengangguk dan masuk ke dapur.
Setelah ibuku hilang dari pandanganku, aku langsung memeluk Eren dan menangis, menumpahakan segala kerinduanku padanya. Eren pun memelukku erat dan mengecup puncak kepalaku berkali-kali.
"Kau hilang seminggu!" omelku disela-sela isak tangisku.
Eren masih memelukku erat, satu tangannya digunakan untuk mengelus rambut hitamku dan masih sesekali mengecupnya, "Maaf, maafkan aku."
Aku mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahku di lehernya. Aku merindukan aroma tubuhnya, aku merindukan kehangatannya, aku merindukannya!
"Kenapa kau tidak menghubungiku seminggu ini?" tanyaku sambil menahan isakan tangisku yang makin menjadi-jadi. Cairan hidung aku tahan dengan susah payah karena hidungku masih merindukan lehernya.
"Itulah alasanku kesini," jawabnya sambil mendorongku untuk melepaskan pelukan rindu kami —padahal aku tidak ingin terpisah lagi— dan mengusap air mataku dengan kedua ibu jarinya. Selanjutnya mengecup mataku, pipiku, dahiku, hidungku, dan terakhir, bibirku. Ciuman rindu yang sangat sangat aku rindukan. Kutahan kepala belakangnya dan beradu mulut dengannya. Eren melakukan hal yang sama, menarik kepalaku dan memperdalam ciuman kami. Lidah saling melilit, langit-langit dibelai manja, deretan gigi dibasahi dengan salivanya, walaupun gigiku sudah pasti basah.
"Ini minumnya!"
Kami segera melepas ciuman kami. Aku mengusap bibirku yang berbalut saliva tebal, saliva kami berdua. Eren berdehem guna menghilangkan kecanggungan. Ibuku meletakkan teko kecil berisi es teh manis untuk Eren dan ibuku, dan secangkir teh hitam untukku. Kami berterima kasih, dan ibuku hanya mengangguk.
"Hmm... Jadi, Eren kemari dalam rangka apa?" tanya ibuku. Mungkin kalian merasa aneh karena ibuku masih bersikap biasa setelah melihat kami berciuman ganas tadi. Simpel. Ibuku mengetahui hubungan kami dan membiasakannya walaupun dulu ibuku itu phobia homo. Namun, setelah ibuku mengetahui orientasi seksualku, ibuku sempat marah, tapi itu tidak lama. Setelah Eren mengunjungiku untuk pertama kali disini, di rumahku, ibuku paham dan membiarkan kami membangun suatu hubungan lebih dari sahabat. Malahan dia mempercayakan diriku kepada Eren.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Love You
FanfictionRivaille kecewa karena Eren tak kunjung menghubunginya. Namun suatu malam, Eren datang ke rumahnya dan bilang bahwa dia akan pindah ke negara lain. Bertambahlah rasa kecewa Rivaille, tetapi ia masih sangat mencintai Eren. Apakah yang akan terjadi se...