BAB 1
Buku harian,
Tentang saya.Tak ada lagi yang tersisa semenjak tujuh tahun yang lalu, saya dan kesedihan yang telah terlalu. Kesedihan yang terulang kembali ketika mengingatnya, kesedihan yang dirasakan ketika saya berumur 10 tahun. Kejadian yang begitu membekas dan mengubah hidup saya dan keluarga saya. Dan dimulailah kehidupan yang mengubah saya.
Lixzar Pratasya sosok yang sulit digambarkan dalam kata-kata, dia seorang perempuan berusia 17 tahun kelas 11 Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Punya banyak teka-teki dalam hidupnya yang tidak diketahui orang termasuk sahabat apalagi temannya. Sulit mengatakan apa isi hatinya kepada orang lain, tapi mimik mukanya tidak bisa disembunyikan dan mudah ditebak oleh teman-temannya. Tapi isi pikirannya justru yang terlalu rumit dan tidak mudah untuk dimengerti. Kadang terlalu tua pikirannya untuk seusinya, namun gak semua orang menyadari akan hal itu karena Lixzar terlalu tertutup dan membatasi diri terhadap lingkungannya.
“LIXZAR PRATASYA.” Panggilan seseorang yang membuatnya tersadar dari lamunannya.
“Apasih gak usah teriak-teriak bisa gak? Gue gak budek kali Bel.” Ucap Lixzar.
“Nih yah gue saranin nanti pulang sekolah lo ke dokter THT deh, dari tadi kita panggil juga lo gak nyaut.” Ucap Adora.
“Yang artinya lo tu emang BUDEK.” Ucap Arabella.
“Yeh biasa aja kali, gue kena mulu sama kalian.” Ucap Lixzar.
“Kena apaan?” Ucap Bella dan Rara.
“Kena Bully. PUAS?” Ucap Lixzar.
“Yeh biasa aja kali, lagian kan cuman…” Ucap Bella
“Becandaan doang, hapal kali gue mah udah khatam sama ucapan kalian yang itu.” Ucap Lixzar.
“Ngomong-ngomong apaan sih yang lo lamunin, Xa?” Ucap Bella penasaran.
“Yeeee KEPO lo, Bel.” Ucap Lixzar.
“Lagian kapan sih seorang Lixzar Pratasya mau cerita, sesahabat sahabatnya kita bertiga seorang Lixzar Pratasya harus dipaksa dulu buat cerita Bel.” Ucap Adora.
“Guys kalian tahukan gue gak suka dipaksa buat cerita.” Ucap Lixzar.
“Tahu Xa, tapi lo terlalu tertutup meskipun ke kita. Lo tahu kan kita udah bareng-bareng dari kelas 10, ya meskipun gak terlalu lama tapi kita ini udah sahabatan Xa. Masa apa-apa harus dipancing buat cerita dulu sih, Xa.” Ucap Bella.
“Gue lagi gak mau bahas itu, gue cabut ke kelas.” Ucap Lixzar dan pergi dari kantin.
“Yeee lo sih.” Ucap Adora
“Yeee lo juga elah, lagian omongan gue gak salahkan? Dia terlalu tertutup dan susah buat cerita, lagian cuman cerita doang susah banget sih.” Ucap Bella.
Pelajaran berlangsung sesuai dengan seharusnya, semua murid menanti bel pulang sekolah. Apalagi di kelas Lixzar sedang berlangsung pelajaran Fisika yang harusnya diyakini sangat mudah, tapi kebanyakan murid tidak meyakini itu padahal mereka memilih kelas IPA. Begitupun dengan Lixzar yang malah bermain gawai saat jam pelajaran berlangsung, yang diyakini nantinya menyesal karena tidak pernah memperhatikan pelajaran Fisika saat berlangsung. Lixzar malah sudah mendaftar untuk bagian penyesalan pada pelajaran Fisika karena jarang memperhatikan.
KRINGGG
Suara bel pulang sekolah berbunyi pertanda waktu jam pembelajaran sudah selesai. Lixzar merapikan semua alat sekolahnya di meja dan bergegas keluar kelas.
“Guys duluan yah.” Kebiasaan Lixzar saat hendak pergi dari kelas.
“Dahh hati-hati.” Ucap beberapa temannya.
Lixzar langsung pulang ke rumah karena hari ini dia tidak ada kegiatan ekstrakulikuler seperti biasanya.
Drtt…drtt…drtt…
Getaran telepon dari gawai milik Lixzar berbunyi, Adora menelponnya.
“Halo.” Suara Lixzar keluar terlebih dahulu.“Hiks..Xa..” Tangisan yang keluar dari mulut Rara.
“Kenapa? Kok nangis, Ra?” Ucap Lixzar khawatir.
“Gue..hiks..gue putus, Xa.”
Lixzar diam, menunggu Adora menangis.“Gue putus, Xa. Dia mutusin gue hari ini.” Ucap Adora yang mulai tenang dan berhenti menangis.
“Lo kuat, Ra. Gue tahu itu.” Ucap Lixzar menenangkan.
“Daripada lo kepikiran terus, lebih baik lo istirahat sekarang. Tenangin diri lo dulu, Ra.” Saran Lixzar.
“Gue gak tahu rasanya diputusin, Ra. Karena gue belum pernah pacaran, tapi gue tahu rasanya kehilangan. Dan gue tahu itu sakit. Lo harus kuat, Ra. Saran gue jangan nangisin cowok yang udah enggak mikirin lo lagi, karena itu buang waktu, pikiran, dan tenaga lo aja. Gue tahu ngomong lebih gampang daripada ngelakuinnya. Tapi gue yakin lo bisa, Ra. Semangat gue sayang sahabat gue.” Lanjut Lixzar.
“Thanks, Xa. Dan maaf untuk hari ini.” Ucap Adora
“Yang di kantin tadi.” Lanjut Rara.
“Bukan kalian, tapi saya yang minta maaf.” Ucap Lixzar tulus.
Buku Harian,
Maaf untuk hari ini.Maaf untuk hari ini, maaf untuk ketertutupan saya yang mengganggu kalian. Bukan kalian enggak berarti untuk saya, namun banyak hal yang berbeda diantara kita. Mungkin penting untuk kalian mendengarkan setiap cerita saya, mungkin hal itu yang membuat kalian merasa dianggap menjadi seorang sahabat. Karena saya pun begitu, ketika kalian bercerita kepada saya tentang banyak hal saya merasa berharga. Tapi cara saya berbeda, saya tidak terlatih untuk menjadi terbuka kepada siapapun kecuali keluarga saya semenjak kejadian itu.
YOU ARE READING
FRASA
Teen FictionLixzar Pratasya dan Ebik Zeanal Bukan tentang frasa gabungan dua kata.Tapi tentang frasa gabungan dua hati. Layaknya frasa yang menduduki satu fungsi kalimat, seperti hati yang menduduki satu fungsi tempat. Frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurn...