Namaku Sudah Mati

1K 173 86
                                    

Sungguh panas terik matahari ini tak dapat lagi membuatku merasakan panas yang membakar kulit. Serasa aku sudah akrab dengan panas. Ia bagaikan udara segar bagiku.

Yah... siapa tahu dengan begini aku juga bisa jadi terbiasa dengan panas neraka, sehingga aku tak perlu menjerit-jerit disana.

Namun, tak seharusnya aku melibatkan Evi, anak perempuanku yang masih berusia 4 tahun untuk merasakan penderitaan yang aku rasakan saat ini.

Di balik dinding tembok pagar sebuah rumah mewah yang dulunya adalah tempat tinggalku ini aku bersembunyi. Mengintai dari luar untuk melihat keadaan rumah tersebut. Kugandeng erat-eraat tangan anakku yang kurus dan hangat. Mungkin ia bingung apa yang sebenarnya dilakukan oleh ibunya di tempat seperti ini setelah pergi dari rumah karena tidak tahan dengan kehidupan yang selama ini serba melarat.

Dan Evi pun bertanya padaku. "Kita ngapain sih, Ma? Di sinikan panas..." Eluh Evi seraya menutup kepalanya dengan sapu tangan usang. Aku terpaksa tersenyum untuk membuat hatinya tidak bingung dan bersikap tenang.

"Sabar ya, Nak? Sebentar lagi kamu akan ketemu sama nenek kamu." Dan aku dapat melihat wajah girang dan senyuman lebar dari bocah mungil ini.

"Nenek? Evi pengen ketemu sama nenek, Ma ... Evi pengen punya nenek," katanya girang seolah tak sabar ingin bertemu dengan neneknya yang selama ini tak pernah kuperlihatkan padanya. Karena neneknya yang sebenarnya itu sudah hampir empat tahun tidak menjadi ibuku akibat kebodohanku sendiri

Aku jadi ingat saat aku masih berumur 16 tahun, saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMA. Masa-masa remaja yang terlalu bebas bagiku. Jatuh cinta dengan seorang pria yang juga sangat mencintaiku namun akhirnya berujung penyesalan. Pria itu bernama Firman, sampai sekarang ia masih suamiku. Namun baru 2 jam yang lalu aku memutuskan untuk berpisah dengannya.

Selama aku dan Firman berpacaran, orang tuaku tidak pernah setuju dengan hubungan kami. Karena Firman adalah anak yang berasal dari keluarga miskin dan tidak jelas statusnya. Sedangkan aku berasal dari keluaga yang bisa dibilang kaya dan cukup ternama.

Mama memang tidak salah berbicara seperti itu padaku. Karena dia adalah ibu yang sangat baik dan perhatian pada anak gadisnya. Ia ingin melihat aku bisa sukses, menjadi gadis yang kelak bisa berhasil dan membanggakan keluarga. Setiap hari mama tidak pernah lupa memberiku pesan-pesan positif. Tapi terkadang aku mengabaikannya begitu saja.
Tingkahku semakin menjadi-jadi ketika tahu bahwa hubunganku dengan Firman tidak disetujui oleh orang tuaku. Meskipun Firman adalah orang miskin, tapi aku tahu dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan pasti bisa berubah menjadi orang yang berhasil, karena dia adalah anak yang baik dan pintar.

Namun, hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku hamil diluar nikah di usiaku yang masih belia.
Aku sangat menyesal saat itu, tak tahu lagi apa yang harus kulakukan dan apa yang akan aku katakkan pada orang tuaku. Sudah pasti aku akan mempermalukan keluargaku yang selama ini sudah mendidikku baik-baik. Atau mungkin saja aku akan diusir oleh mereka karena perbuatanku yang sungguh memalukkan. Sungguh aku tak ingin membuat mama kecewa atau membuatnya sedih. Akhirnya dengan terpaksa aku meninggalkan pesan lewat surat dan pergi meninggalkan semua yang aku miliki selama ini di saat usia kandunganku 3 bulan.

Akupun pergi sejauh mungkin dari rumah dan menikah dengan Firman. Kami berdua terpaksa putus sekolah karena harus menghidupi keluarga.
Kami terpaksa menjadi pekerja kasar karena pendidikkan yang tidak memadai. Akupun ketularan menjadi pemulung seperti Firman. Dan sejak itu juga, aku tidak pernah bertemu dengan keluargaku lagi.

Namun, beberapa tahun kemudian, tanpa disengaja aku bertemu dengan Rena, orang yang sempat menjadi sahabatku dulu. Jelas dia sangat terkejut melihat keadaanku saat itu. Ia meminta dan memohon padaku untuk kembali bersama orang tuaku, dia bilang mama sampai sakit karena memikirkan nasibku yang tidak ada kabarnya sama sekali.

Namaku Sudah Mati - Cerpen [Kisah Nyata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang