16 - perasaan

804 96 12
                                    


***

Doyoung bingung.

Bingung dengan perasaannya sendiri ditambah takut untuk cerita dengan orang lain, sehingga dia memendam perasaannya sendiri.

Semua yang terjadi di beberapa chapter belakang, bukan berarti Doyoung tidak menyukai akan hadirnya sosok adik. Dia hanya bingung. Benar-benar bingung.

Jika nanti adiknya lahir, apakah dia bisa menjadi kakak yang baik? Apakah dia bisa sabar menghadapi adiknya kelak?

Doyoung sadar diri karena selama ini dia belum cukup mandiri untuk menjadi seorang kakak. Dia masih manja, bahkan terkadang June dan Jinan membantunya dalam mengerjakan sesuatu.

Jika melihat kedua kakaknya, Doyoung berfikir, dia masih sangat jauh dari sifat dan sikap kedua kakaknya. Mereka sangat responsif dan perhatian pada Doyoung, bahkan terkadang lebih mementingkan Doyoung daripada dirinya sendiri.

Apakah nanti Doyoung bisa seperti itu? Sedewasa itu? Rela berkorban seperti itu?

Doyoung tidak tahu. Selama ini tidak ada yang bisa dia jadikan bahan percobaan untuk berkorban. Karena selalu orang lain yang berkorban untuknya. Appanya, Papanya bahkan kedua kakaknya.

Doyoung hanya takut, jika adiknya kelak lahir, apakah dia bisa merawat adiknya? Menjaga adiknya? Berkorban untuk adiknya?

Atau apakah dia bisa bercerita pada adiknya sebagaimana dia bercerita pada kedua kakaknya?

Itu yang selalu Doyoung pikirkan dari awal Jinan memberitahu kalau dia hamil lagi.

Tapi, takdir berkata lain. Adiknya lebih memilih untuk mengalah dan pergi, meninggalkan Doyoung dalam penyesalan disini. Doyoung semakin merasa tidak berguna saat tahu, lagi-lagi, orang lain yang berkorban untuknya.

Perasaan sesal itu semakin jauh, masuk ke dalam diri Doyoung. Sampai ke titik dimana, selama ini dia hidup ngapain aja?

Nilai akademik, bagus. Memuaskan. Non-akademik? Doyoung bisa bernyanyi, bermain piano dan cukup pandai dalam membuat puisi.

Itu dalam konteks bakat. Dalam sosial? Doyoung merasa kalau dirinya masih sangat nol dalam bersosialisasi. Buruk. Bahkan dalam lingkungan keluarga pun, Doyoung terlalu banyak di backup oleh Appa dan Papanya.

Mungkin Doyoung terlalu terlena dengan perhatian yang June dan Jinan berikan. Sehingga Doyoung merasa jika selamanya mereka akan melindungi dia, akan selalu ada disampingnya.

Padahal tidak, kehidupan diluar sana lebih kejam. Doyoung belum merasakannya dan lagi-lagi Doyoung merasa menyesal terlalu nyaman dengan segala kasih sayang yang dia terima selama ini.

Dia belum menemukan dirinya sendiri. Belum menemukan harus seperti apa kelak nanti.

Pikirannya berkecamuk, merasa buruk pada dirinya sendiri setelah gagal menjadi anak yang baik dan kakak yang baik.

***

"Gimana Doyoung? Belum mau keluar juga?" Tanya June begitu sampai di rumah setelah ditelfon oleh Byounggon.

"Belum, Appa. Tadi dia mecahin barang, gak tau apa. Aku takut dia kenapa-napa," Jawab Jaehyuk.

Akhirnya, mereka mendobrak paksa pintu. Setelah berhasil, terlihat kamar Doyoung begitu berantakan. Barang berserakan bahkan vas bunga berisikan bunga kertas yang Byounggon dan Jaehyuk buat untuk Doyoung pecah berserakan di lantai.

Doyoung duduk diatas kasur sambil memeluk lutut. Melihat Appa dan kedua abangnya masuk membuat dia menangis lagi. June langsung menghampiri dan memeluk Doyoung. Mengecek tubuhnya yang luka karena pecahan kaca dari vas bunga.

"Dek kamu kenapa? Ngomong sama Appa sama Abang, jangan kayak gini," Tanya June lembut. Mengelus kepalanya dan mengusap tangannya yang terluka.

Byounggon mengambilkan air hangat untuk mengusap luka Doyoung dan memberinya obat merah. Lagi dan lagi, apakah dia cocok menjadi kakak jika seperti ini?

Doyoung menggeleng. Masih menangis sesenggukan, membuat June semakin khawatir. Akhirnya dia hanya memelum Doyoung dan mengusap kepalanya. Karena Doyoung pasti belum mau cerita. Tapi, dilihat dari keadaannya, pasti Doyoung sangat tertekan sampai akhirnya sekacau ini.

"Dek, jangan kayak gini lagi ya. Appa sama kedua abang kamu khawatir."

Tidak ada jawaban. Doyoung hanya diam. Dengan keadaan seperti ini, sangat tidak memungkinkan jika Doyoung ditinggal sendiri.

Tapi, malam itu karena mereka semua lelah, terpaksa June kembali ke rumah sakit. Byounggon dan Jaehyuk tidur di ruang baca yang dekat dengan kamar Doyoung.

Dan malam itu juga, Doyoung kembali menutup pintu kamarnya. Mengganjalnya dengan meja belajar dan menangisi dirinya yang tenggelam dalam penyesalan.





***


oh iya, dari kemaren pengen banget share ini

oh iya, dari kemaren pengen banget share ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


this really made my day.

thank you friend.

Family ; junhwan [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang