🌘Around You

4.9K 803 42
                                    

Jemariku bergerak menuliskan untaian kata-kata yang membentuk sajak. Sesekali kuhentikan gerakan tanganku hanya sekadar untuk berpikir bagaimana kelanjutannya. Beberapa kalimat terlintas di benak lalu berakhir dengan terbuang begitu saja. Ah, terlalu mendayu-dayu.

Kuputuskan untuk berhenti sejenak. Air putih yang beberapa waktu lalu kuambil hanya tersisa seperempat gelas, pertanda bahwa aku sudah lumayan lama duduk di sana tanpa menghasilkan suatu apapun. Suara angin dari luar sempat membuatku terkejut tapi aku tidak begitu mempedulikannya. Kuletakkan tanganku di atas meja untuk menumpu dagu dan mulai menyenandungkan lagu.

Senyumanku mengembang saat lagu yang kusenandungkan itu memunculkan sebuah ide baru. Aku baru saja hendak menuliskan kata-kata di kertas saat suara vas bunga jatuh mengejutkanku. Aku sedang sendirian di rumah dan suara-suara macam itu membuatku paranoid. Aku memilih untuk mengecek keadaan dan aku dapat menemukan vas bunga yang diletakkan di meja depan sudah terbelah menjadi beberapa bagian di lantai. Aku membuka pintu dan pandanganku langsung tertuju pada sebuah gelang dan secarik kertas yang diletakkan di depan pintu rumahku.

Tanpa banyak bicara, aku segera memungutnya. Kutolehkan kepalaku untuk mencari siapa gerangan yang meletakkan benda ini, tetapi nihil.

Sambil berjalan masuk kembali ke dalam rumah, aku membaca surat yang ditulis di atas kertas berwarna merah muda itu.

Untuk : Zhong Chenle

Sore itu, kala mentari yang berubah warna menjadi jingga menyinari rambutmu, dan aku yang jatuh cinta.

-J

Bibirku otomatis melengkungkan senyum. Dan kejadian itu berulang terus selama beberapa minggu terakhir ini sampai lemariku hampir penuh dengan barang-barang dan surat-surat pemberian dari J ini. Kertas sajakku juga mulai terisi kembali. Seperti sore ini, di mana aku menuliskan beberapa kalimat hanya untuk dirinya.

Hari ini kau datang lagi, tanpa pernah gagal sekalipun. Apa yang terjadi jika aku melihatmu?

Benar, apa yang terjadi jika aku melihatnya? Maka itu, keesokan harinya saat secarik kertas dan beberapa pernak-pernik lagi-lagi muncul di depan pintu rumah, aku memutuskan untuk menunggu. Aku tidak mengharapkan apa-apa, hanya menunggu saja. Dan yang tak kusangka, aku bisa melihatnya.

J adalah seorang anak laki-laki yang kira-kira seumuran denganku, bertubuh jangkung, dan berambut jingga. Aku hanya menatap punggungnya kosong sebelum kembali masuk ke rumah. Dari kejauhan, kuharap ia tadi melihatku. Tapi, nyatanya tidak karena ia membelakangiku.

💫

Hey, tahukah kau isi hatiku? Di hari-hari selanjutnya, aku tampak seperti anak kecil yang bersembunyi hanya untuk melihatmu lalu berlari setelah berhasil.

Apa kau bisa mendengar apa yang hendak kukatakan padamu? Aku belum berani, maka itu aku hanya diam.

Kututup mataku tetapi aku tetap saja memikirkanmu. Apa yang harus kulakukan? Semua orang mengatakan aku bodoh tetapi aku sebenarnya tidak berharap apa-apa darimu karena aku tahu kau tidak akan pernah menampakkan dirimu padaku.

Hatiku menyuruh mengatakan segalanya padamu tapi ia sama sekali tidak tahu apa-apa. Katanya aku bisa saja kehilanganmu tapi aku bahkan tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya sangat mudah untuk diucap.

Aku hanya menatapmu dengan tatapan kosong, lalu pergi.

Telingaku menangkap suara dari pintu depan. Aku menoleh dan hanya menemukan kucingku di sana.

Sore itu, kala mentari yang berubah warna menjadi jingga menyinari kertas sajakku, air mata, dan kau yang tak pernah kelihatan lagi.

🦄

[✓] nadir | jichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang