Bad Dream.

23 1 0
                                    

Kau terbangun dengan penuh kehampaan. Ada yang luruh di hatimu. Kau baru menyadari setelah bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju cermin bahwa matamu sembab dan air matamu bukan lagi berwarna bening, melainkan merah pekat. Itu darah! Bukan air mata. Kau tersiksa dan membatin sendirian.
Dalam ruangan ini, gelap tanpa cahaya, pengap, sekalipun sudah dipasangi pendingin udara, kau merasa terkungkung di dalamnya. Tidak sendirian, walaupun kenyataannya manusia hanya dirimu di dalam ruangan ini. Tetapi, begitu banyak lalu lintas kenangan yang memenuhi ruang kamarmu. Kau terduduk di tengah ruang sendirian, meringkuk dan kembali merebaskan air mata. Semua basah, yang terpakai di tubuhmu basah total sampai masuk ke rongga dada dan menenggelamkan perasaanmu.

Kau tersedu sedan tanpa suara dan itu menyakitkan. Suaramu tercekat oleh irama kenang yang begitu pilu untuk telinga, dan telingamu menangkap gelombang suara itu untuk diteruskan ke otak, kau meracau. Kau kacau.

Ada cerita semesta yang telah kau ketahui untuk hari ini. Yang membuat air matamu keluar dengan hebatnya. Kau mencoba memahami dengan pikiran, bukan dengan perasaan. Tapi lagi-lagi kau kalah dengan perasaanmu sendiri. Kau ingin berontak, namun hatimu membelenggu seluruh kerja organ gerakmu.

Kau menjelajahi waktu, pintu waktu telah terbuka. Kau mencoba masuk ke dalamnya dan tidak ingin melewatkan satu memori pun di dalam sana. Kau mencari-cari yang hilang, yang sampai sekarang membuatmu terasa sepi dan hidup dalam keraguan. Bukan bertahun-tahun telah bersama, melainkan baru beberapa bulan. Namun bagimu, dia telah meninggalkan jejak yang begitu dalam pada tanah perasaanmu sehingga sulit untuk ditimbun dengan bahagia ataupun dikeruk dengan kesederhanaan. Saking dalamnya, ada bagian tubuhmu di dalam yang terluka, yang menyelos, yang berlubang. Dan lubang itu bukan sekecil lubang semut, melainkan lubang yang meluruhkan tubuhmu sendiri.

Rasanya, menangis tidak perlu dilakukan di saat yang seperti ini. Biarkan hatimu berdenyut (yang memang menandakan harus menangis) tapi biarkanlah hatimu bekerja sendirian tanpa perlu bantuan. Itu dilakukan agar kamu tidak mengeluarkan air mata yang melimpah. Sebab jika keluar lagi, untuk ke depannya datang darimana stock air mata itu?

Aku paham dan mengerti, nona, bukan sekali atau dua kali kau jatuh hati pada seseorang yang menurutmu salah dan kurang tepat. Berkali-kali kau jatuh hati pada orang yang salah. Orang yang datang hanya ingin membubuhkan luka serta kecewa. Pada orang yang datang yang hanya ingin memuaskan rasa penasarannya terhadap dirimu yang begitu menjadi teka-teki tak terpecahkan. Dan untuk sekarang, aku paham mengapa kamu begitu terlukanya. Sebab yang saat ini sedang tinggal, adalah orang yang sudah merenggut hal berharga dari dirimu. Dan dialah satu-satunya yang merasakan itu. Setelah kejadian itu, kau merasa bodoh, merasa hina, merasa sakit yang amat dalam. Dan sekarang, rasakanlah penyesalan itu. Penyesalan yang membuatmu larut dalam kesedihan berhari-hari.

Sekarang, kau masih dibelenggu oleh rasa bersalah itu. Kau masih memikirkannya yang belum tentu memikirkanmu. Untuk apa? Untuk apa?! Semakin kau sering memikirkannya, memikirkan seseorang yang tak sedikit pun merasa kehilanganmu, semakin jatuh dirimu dalam lubang hitam yang membawamu dalam jeruji nelangsa.

Tapi memang tidak habis pikir. Mengapa sampai saat ini masih saja bertahan untuk yang tidak pasti. Untuk yang sering membuat perasaanmu yang semula rapuh makin menjadi runtuh. Ibarat pondasi yang kau miliki sudah tidak ada. Kau menggantung pada tiang kehidupannya. Ketika ia melepaskannya, maka kau harus siap terjatuh. Bukan sembarang terjatuh. Siap-siap juga untuk binasa.

Mimpi itu, membuatmu semakin yakin bahwa dia bukanlah yang pantas untuk dipertahankan. Kau sendiri yang paham dan mengerti atas dirimu. Terserah bagaimana caranya, namun sudah kuperingatkan bahwa dia bukanlah yang terbaik yang pantas untuk dipertahankan. Bukankah kau memercayai kalimat, "Aku akan selalu bertemu dengan yang terbaik dan yang terbaik." Maka, teruslah percaya kalimat itu sampai kamu benar-benar bertemu dengan sosok yang mampu membuatmu merasakan bahagia tanpa kecewa. Kau perlu mengistirahatkan diri. Jangan terpaku dengan satu orang saja. Berikan hak kepada dirimu untuk mengenyam kebahagiaan. Bukan melulu kesedihan.

Kini,  kau balik ke masa ini setelah menempuh perjalanan masa lalu yang membuatmu tergopoh-gopoh balik ke masa sekarang. Dan yang kaucari tidak ada. Hampa yang kaubawa. Selamat tinggal.

Ingat,

Kamu akan bertemu yang lebih baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOZAICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang