Kejujuranku

96 3 0
                                    

Selesai sholat subuh aku langsung tidur, bahkan mukena dan sajadahnya masih tergeletak dilantai. Hari ini aku sedang ada di rumah.

Tok.. Tok.. Tok..

Terdengar pintu kamarku diketuk. Tidak ada niatan sama sekali aku untuk beranjak membuka pintu aku semakin menenggelamkan diri pada selimut. Dan memejamkan mata berharap suara ketukan itu tidak terdengar lagi.

Cklek...

Tapi naas pintu kamarku malah terbuka lebar dan muncul lah sesosok berbadan tinggi dan agak gendut sedang berkaca pinggang dihadapanku sekarang.
Dialah Ibuku, perempuan tercantik bagiku, Ibu Fatma. Ibu paling wow dan paling iye.

“Kafanda kamu nggak mau bangun hah?. “ Tanya Ibu sambil menggoyahkan kakiku.

“Kafa...” ucapan Ibu terhenti mendapati mukena dana sajadahku masih tergeletak dilantai. Ibu langusung memungutnya dan melipat kembali.

Setiap Kafa pulang dia selalu males malesan di kamar belum lagi barang barang pada berserakan. Ibu selalu khawatir kedaan Kafa di kos itu pasti lebih parah dari ini. Punya anak gadis satu tapi nggak ada kemayu kemayunya.

“Buu..., “ panggil ku serak.

“Hm, “ jawab Ibu sambil berbalik memantap Kafa.

“Ya allah Kafa, mukamu kenapa awut awutan banget si. Kok matanya merah eh kok ada air nya si, mata kamu bocor Fa?. “ Tanya Ibu duduk disebelahku dan menatap ku lebih intens.

Pertanyaan terakhir Ibu nggak usah di jawab lah.

“Hiks... Hiks...,” tiba-tiba tangisanku pecah Ibu langsung memelukku.

“Lah kenapa hah? Kenapa?. “ Tanya Ibu sambil mengelus punggungku pelan.

“Ibu hiks, aku kayanya masuk salah jurusan hiks hiks.” Jawabku masih terisak.

“Haaa, salah masuk jurusan Kafa. “ Ibu membenarkan ucapanku.

“Iya maksud nya itu.”

“Maksud nya gimana si, Ibu nggak ngerti yakin deh?.” Tanya Ibu nadanya itu kayak lagi curhat sama temen sebayaan.

Aku melepaskan pelukan dari Ibu dan menghapus air mataku sendiri. Manatap Ibu sesaat dan menghela nafas pelan.

“Harusnya aku itu nggak ambil Matematika harusnya aku ambil BK. Kalo bukan karena hasutan dari bang Aden aku mesti nggak harus tersiksa kayak gini Bu. Huaaaaa.. “ tangisanku pecah lagi bahkan lebih keras dari sebelumnya.

“Hasutan? Emang abang kamu menghasut nya kayak gimana hah?.” Tanya Ibu.

Aku seketika jadi bingung, aduh mau jawab apa ini. Masa iya mau ngomong kalo bang Aden ngiming ngimingi dibelin tiket konser gratis? Ibu mesti ngamuk ini. Aku jadi kalang kabut sendiri.

“Faa, jangan bilang...” ucapan Ibu terhenti sambil mengerutkan dahi melihat tingkahku yang jadi gugup.

“Kamu mau cerita sendiri, apa Ibu yang cari tau langsung ke abang inih?.” Tanya Ibu tapi terdengar mengancamku.

Aku buru-buru menggenggam erat tangan Ibu saat beliau seperti akan berdiri.

“Kafa akan cerita, Kafa akan cerita.” Ucapku masih mencegah Ibu untuk tidak pergi.
Ibu duduk kembali dan menatapku tajam. Aku memalingkan wajahku sesaat, menghela nafas pelan dan penuh kepasrahan.

“Gini Bu dulu pas aku minta saran jurusan kuliah, aku tanya ke abang. “ Aku mulai bercerita tapi Ibu tetap diam menyuruhku untuk menuntaskan ceritaku ini.

“Abang bilang gini, kalo Kafa bisa masuk ke UMH terus ambil jurusan Matematika abang akan kasih tiket konser gratis...”

“Apa?! “ belum selesai aku cerita Ibu udah mode ngamuk nih.

“Ya allah Bu, aku belum selesai cerita ihhh.” Ucapku sambil mengelus tangan Ibu lembut. Inilah jadinya Ibu itu anti kpop kpop club.

“Hmm” cuman itu yang keluar dari mulut Ibu.

“Aku tanya, kalo sampe ketrima di univnya terus ketrima juga dijurusannya abang beneran mau beliin tiketnya. Terus restu orang tua gimana?, si abang bilang gini. Untuk urusan itu biar abang yang mengurusnya. Dan sampi aku ketrima sampai aku semester 6 janji abang nggak ada Huaaaaa.” Aku kembali menangis. “Aku..  Aku pengin pindah jurusan pengin pindah Buu.” Rengekku masih menangis.

“Apa?! Kamu gila apa? “ Ya allah anak sendiri malah dikataiin gila. “Kafa kamu nggak usah aneh aneh deh kamu itu udah semester 6, setahun lagi kamu bakal wisuda ya kalo kamu bisa kelarin skripsinya. “ Tuh tuh lagi, ngomongin anak sendiri nggak baik ini aku anak kandung nya Ibu bukan si? Kayaknya bukan si, lah terus anak nya siapa? 😭😭

Kembali ke topik.

“Tapi Kafa udah nggak kuad Buu nggak kuadd. Nggak ada yang nyantel Bu nggak ada yang Kafa maksud nggak ada Bu hiks hiks.” Jerit ku semakin menjadi jadi.

“Dari semester 1 ampe 6 nggak ada? Lah terus kamu selama 3 tahun ngapain ajah Faa ngapin hah?.” Tanya Ibu sambil menggunjang-menggoyahkan tubuhku. Mata Ibu sedih, nggak percaya.

Aku cuma bisa nangis, geleng-geleng kepala, nangis lagi dan geleng-geleng kepala.

“Ya allah Kafaaaah. “ Ucap Ibu meraup mukanya sendiri frustrasi.

“Udah nggak usah nangis lagi!”. Bentak Ibu untuk yang pertama kali setelah aku pulang. Sepertinya Ibu benar-benar marah. Aku sesenggukan menahan tangisku dan dadaku mulai sakit.  Aku takut banget rasanya pengin kabar dari rumah. Tapi sebelum kabur aku mesti sarapan dulu, perutku laper banget.

Duh gusti lagi kedaan seperti ini perutku malah minta jatah ihh nggak bisa liat sikon banget deh. Gerutuku kesal sangat kesal.

“Kafa,” panggil Ibu mulai melembut.
Aku menatap Ibu diam air mataku masih mengalir dan rasa lapar ku juga masih mengoyak-ngoyak perutku.

“Ibu sama Ayah susah payah nyari uang buat kamu kuliah, buat ini itu tetek bengek. Itu butuh dana yang nggak sedikit Fa, dan sekarang kamu mau minta pindah jurusan dikira pindah jurusan itu gampang? Apa lagi sekarang kamu udah semester 6 Faa cobak mikir emang Ibu itu menantunya Pak Presiden apa? “.

Asstaghfirullah aku langsung nyebut dalam hati. Kata kata Ibu menyakitkan banget si, kan kan bikin aku bersalah kan nangis lagi.

Aku menunduk lemas sangat lemas air mataku terus mengalir. Ada rasa menyesal karena sudah jujur dan banyak banget rasa bersalah karena udah minta buat pindah jurusan.

“A a aku nggak akan pindah. “ Ucapku lirih tapi sepertinya Ibu masih bisa mendengar nya.
Sesaat kami berdua terdiam.

Hingga aku merasa sebuah pelukan hangat. Ibu memelukku sambil berbisik.

"Selesaikan tugasmu dan lulusan dengan nilai memuaskan, biar Ibu sama Ayah nggak menyesal sudah membiarkan kamu hidup selama ini."

Berasa ada cekikikan di leher ucapan Ibu seketika bikin tangisanku reda.






Gimana? Lanjut yaa??? 😁

Matematika dan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang