Ada rasa yang tidak bisa dikatakan bahkan digambarkan oleh Aldo. Hatinya terasa nyeri dikala istrinya menceritakan kebersamaannya dengan seorang laki-laki yang ia ketahui sebagai cinta pertama sang istri.
Ini salah dirinya meminta Syahirah untuk menceritakan kegiatan mengajar anak jalanan bersama Azki. Aldo membayangkan wajah Syahirah yang terus tersenyum bahagia. Pasti banyak momen-momen indah yang mereka lalui bersama. Tapi, jika ia tidak meminta istrinya untuk bercerita, maka ia tidak akan mengetahui apa saja yang sudah mereka lakukan di sana. Kegiatan apa yang mereka lakukan.
Ini sudah ke-enam kalinya istrinya melakukan kegiatan yang mulia. Mengajar anak-anak jalanan yang belum punya kesempatan untuk belajar. Berarti ini sudah ke-tiga minggu istrinya mengajar. Karena seminggu dua kali istrinya pergi mengajar anak jalanan dan harinya tidak menentu.
"Apa aku boleh ikut kamu mengajar anak-anak dirumah Anak Pelangi?" Aldo bertanya setelah istrinya selesai bercerita.
Rumah "Anak Pelangi" adalah rumah yang di sewa oleh Azki. Azki menyewa sebuah rumah sederhana supaya anak-anak jalanan yang laki-laki itu asuh punya tempat tinggal yang layak untuk ditinggali. Laki-laki itu pula yang memberi nama rumah tersebut dengan nama "Anak Pelangi". Karena nama tersebut punya arti tersendiri bagi Azki dan anak-anak jalanan. Anak Pelangi yang artinya, harapan. Mereka berharap bisa menjadi pelangi yang punya banyak warna indah. Aldo tahu karena Syahirah bercerita bahkan menjelaskannya.
Syahirah mengangguk. "Tentu saja boleh. Semakin banyak yang mengajar maka semakin banyak ilmu yang di dapat anak-anak," jawabnya dengan senyum sumeringah.
"Tapi, bagaimana dengan Azki jika melihat aku yang ikut bersamamu?" Aldo sengaja bertanya seperti itu.
"Azki pasti senang kok, mas," jawab Syahirah dengan positifnya. Aldo mengangguk dan menyuruh Syahirah untuk tidur karena sudah larut malam.
***
Besoknya benar saja, Syahirah mengajak Aldo pergi ke rumah Anak Pelangi. Rumahnya sederhana, ada halamannya juga dan halamannya cukup luas untuk menjadi tempat bermain anak-anak, kadang mereka belajar di halaman. Syahirah mengajak Aldo masuk ke dalam rumah tersebut. Isi dalam rumahnya juga bagus dan nyaman. Layak-lah untuk ditinggali.
Aldo tidak melihat ada Azki dirumah. Syahirah juga sedang sibuk merapihkan buku-buku yang berserakan dan menaruhnya kembali ke rak buku. Aldo juga melihat banyak mainan yang berada di setiap sudut rumah. Ia pun merapihkan mainan-mainan yang berserakan tersebut. Membantu istrinya bersih-bersih.
"Assalamu'alaikum," Seseorang memberi salam. Aldo dan Syahirah sama-sama menoleh dikala anak-anak berhamburan keluar sambil berteriak: "Kak Azki!". Anak-anak tersebut memeluk laki-laki yang memakai kacamata dengan rambut rapih dan berpakaian rapih. Ditangan laki-laki itu menenteng masing-masing kantung pelastik yang berisi makanan juga minuman.
"Sepertinya dia baru menyelesaikan tugas dirumah sakit?" Aldo berujar.
"Iya, Azki baru saja selesai bertugas dirumah sakit, makanya dia baru datang," jawab Syahirah yang melanjutkan lagi kegiatan bersih-bersih.
Azki masuk ke dalam setelah bertemu dengan anak-anak. Ia memberi salam ke Syahirah, dan ia melihat seorang laki-laki yang pernah ia lihat, tapi entah di mana. Azki memberi salam ke laki-laki itu. Aldo menjawab salam Azki. Aldo berdiri dan mengajak Azki berjabat tangan. Azki menjabat tangan Aldo.
"Aldo, suaminya Syahirah." Aldo mengenalkan dirinya. Azki menutupi rasa keterkejutan itu dengan mengangguk.
"Azki, teman Syahirah sewaktu SMA." Aldo menarik tangannya usai berkenalan. Begitu juga dengan Azki.
Syahirah menghampiri keduanya usai merapihkan buku-buku. "Azki, nggak apa-apa 'kan aku ajak mas Aldo ke sini untuk ikut mengajar?"
"Tentu saja tidak apa-apa. Semakin banyak yang mengajar maka semakin banyak ilmu yang di dapat oleh anak-anak," jawaban Azki yang sama dengan jawaban Syahirah semalam.
"Ya sudah kalau begitu aku panggil anak-anak dulu karena kelas mau dimulai." kata Syahirah.
"Iya silakan," kata Azki. Tinggal-lah Azki dan Aldo berdua di dalam. Mereka berdua termakan oleh kecanggungan. Maka dari itu, Azki menyuruh Aldo untuk duduk. Dia akan menyiapkan makanan dan minuman. Tidak lama kemudian Azki datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman. Dia menaruh gelas minuman dan piring makanan itu di atas meja. Membiarkan nampannya berada di atas meja dulu. "Silakan diminum," kata Azki.
"Iya, terimakasih." Aldo mengambil gelasnya dan menyeruput minumannya. Lalu menaruhnya kembali di atas meja. Dia pun berdehem. "Boleh gue nanya sesuatu?" tanya Aldo. Azki mengangguk. "Emm ... menurut lo, cinta terhadap manusia itu apa?" tanya Aldo.
Azki meyeringai. "Apa kamu cinta sama saya? Mengapa kamu tanya tentang cinta ke saya?" canda Azki.
"Hah?" Aldo terkejut mendengar pernyataan Azki yang sebenarnya adalah guyonan supaya suasana diantara mereka tidak begitu serius. Azki yang melihat reaksi Aldo seperti itupun langsung tertawa. "Saya hanya bercanda," kata Azki setelah berhenti tertawa.
"Cinta? Cinta bukan karena senantiasa dilimpahi kesenangan duniawi, tetapi cinta karena mengerti bahwa suka dan duka adalah karunia. Keduanya ibarat kaki kiri dan kaki kanan yang sama-sama dibutuhkan untuk terus berjalan dalam hidup.
"Cinta dan manusia sama-sama diciptakan oleh Yang Maha Pencinta hingga sempurnalah wujud kita sebagai manusia. Karena itu, tiadalah mungkin memisahkan manusia dari cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang adalah fitrah kita, intisari dari ruh kita. Pengertian cinta tersebut saya dapat dari sebuah kutipan dibuku yang saya baca. Sedangkan menurut saya pribadi, cinta itu tidak bisa digambarkan oleh kata-kata. Karena definisi cinta itu banyak. Masing-masing orang punya definisi sendiri tentang cinta." kata Azki. Ia mengambil gelasnya dan menyeruput minumannya.
Aldo mengangguk. "Bagaimana kalau cinta lo untuk Syahirah?" tanya Aldo dan berhasil membuat Azki tersedak oleh minumannya.
"Apa kamu baca surat saya untuk Syahirah?" tanya Azki dengan hati-hati.
"Surat?" Kening Aldo mengerut. Aldo tidak mengerti. Surat apa yang di maksud oleh Azki?
Syahirah masuk ke dalam memanggil kedua laki-laki tersebut untuk keluar. Karena sekarang giliran Azki mengajar dan Aldo memperkenalkan dirinya. Kedua laki-laki itu keluar dari dalam rumah menuju halaman rumah.
Aldo terus memikirkan perkataan Azki. Surat? Surat apa maksudnya? Alea sudah tidak berada di Jakarta. Perempuan itu sudah ke Sydney, Australia. Lalu, ia bertanya kepada siapa? Apa lagi yang tidak diketahui olehnya tentang Syahirah?
Setelah memperkenalkan diri ke anak-anak. Tatapan Aldo terus kearah Syahirah. Tak henti-hentinya Aldo menatap Syahirah sambil memikirkan perkataan Azki yang membahas tentang surat. Saat Syahirah menoleh kearah Aldo. Saat itu juga Aldo langsung mengalihkan tatapannya kearah lain. Syahirah menatap Aldo dengan bingung.
"Kenapa mas Aldo tiba-tiba mengalihkan tatapannya saat aku menatapnya?" gumam Syahirah. Biasanya saat Syahirah menatap suaminya, suaminya balik menatapnya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomanceJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...