Namanya Raka. Cowo tengil dengan sejuta gaya. Awalnya aku mengira kalau dia cowo cool. Namun siapa sangka kalau ternyata dia cowo paling jahil dari kelihatannya.
Usil.
Pemalas.
Gak modal.
Sok cool?
Hmm, apalagi ya?
Mampu membuatku berdebar. Memikirkannya setiap hari, bahkan sampe kebawa mimpi. Ya Tuhan, aku bahkan sebelumnya gak pernah suka padanya, karena dia udah punya pacar yang cantik. Bahkan ketika mereka putus aku masih juga belum suka padanya. Awalnya aku berpikir kalau aku gak bakal pernah suka padanya. Namun siapa yang mengira perasaan suka itu datang begitu saja?
"Woi. Melamun aja. Eheem lagi ngelirik siapa? Raka ya?"
"Hah, bukan kok. Siapa juga yang suka sama cowok ngeselin kayak dia."
"Eh, gue kan ga bilang suka. Gue cuman bilang kalo lo lagi ngelirik Raka, kan?"
"M ... maksud gue ... ya gitu."
"Lo makin ga jelas aja sih. Kalo suka ya bilang dong."
"Ih, dibilangin gak suka!!"
Teman di sebelahku ini namanya Manda. Ngeselin emang. Karena dia selalu aja jodohin aku dengan Raka. Dia juga yang nyebarin gosip bahwa kami berdua pacaran. Hah? Yang benar saja...!!! Awalnya aku berpikir kalau dengan jodohin begini, Raka jadi gak mau ngobrol lagi denganku karena canggung. Ternyata tidak, dia masih bersikap biasa saja setelah sering kali di-'ciee'-kan oleh temen-temennya.
"Kenapa gak jadian aja sih? Kalian cocok loh. Sama-sama tinggi, sama-sama anak basket, juga sama-sama anak gamers."
"Lo ngomong apaansii... yaah gue cukup nyadar diri aja, kalo Raka tuh gak akan pernah suka sama gue. Jadi gak akan pernah jadian."
"Hoo, jadi lo ngarep, Raka bakal suka sama lo?"
"Manda!! Bukan gitu maksudnya."
Berbohong tentang perasaan. Hal yang sudah sering kali kulakukan. Kadang aku tidak sadar dengan apa yang kuucapkan. Aku hanya berusaha untuk menutupi perasaanku.
"Jangan boong. Pipi lo merah tuh."
"Huft. Ini karena panas. Lo tau kan kita habis main basket. Ditambah cuaca panas banget."
"Iya deh iya. Serah lo aja dah. Ah, gue lupa. Gue dipanggil Pak Eko buat ngumut bola. Sebentar ya gue tinggal dulu. Oh, ada makanan tuh di dekat tas gue. Kalo lo mau ambil aja. Silahkan dilanjut acara ngelirik gebetan~ Bayy!!"
"Manda. Awas ya lo!!"
Lagi-lagi sifat ngeselin Manda keluar. Yaa, meskipun dia seperti itu tapi dia tetap sahabat terbaikku. Hanya sama dia aku bercerita tentang ini dan itu. Tapi tidak soal cinta. Aku lebih memilih memendam dan tidak mengatakannya pada siapapun termasuk Manda. Mungkin hal itulah yang membuatnya menyimpulkan kalau aku suka Raka.
Aku kembali menatap ke arah lapangan. Kondisi lelah membuatku tidak ingin lagi bermain ke lapangan. Aku memilih untuk menonton dari jauh.
Ya ampun.. kenapa dia terus sih yang kulirik? Kenapa bukan orang lain saja? Yah, kalau tidak ada Raka mungkin aku lebih memilih masuk kelas. Melihat Raka bermain basket itu... sungguh terlihat....
Ehem! Keren.
'Drrtt... drrttt...'
Deringan ponsel membuatku langsung menghidupkan ponsel milikku. Dan ternyata notifikasi pesan dari Manda. Lantas saja, aku langsung membuka isi pesannya.
"Lenn.. gue gak bakal nyusul lo ke lapangan. Soalnya tiba-tiba perut gue sakit. Jadi gue ke UKS deh nyari minyak angin."
Aku sedikit terkejut membaca pesannya. Perasaan tadi Manda baik-baik aja. Dan sekarang tiba-tiba sakit perut? Lantas saja aku langsung mengetikkan jariku untuk membalas pesan Manda.
"Lo gapapa? Perlu gue susul?"
"Gausah. Cuman sakit dateng bulan kok."
"Yang bener aja Manda. Lo buat gue kesel banget hari ini!!!"
Aku menggerutu kesal setelah membaca pesan Manda. Ditambah emot yang membuatku makin kesal. Tapi juga bersyukur bukan sakit yang perlu dikhawatirkan.
"Lenna. Lo ngapain teriak-teriak?"
"R-Raka? Sejak kapan?"
Aku terbelalak kaget tiba-tiba Raka mengagetkanku dengan duduk di sebelahku. Ya ampun malunya.
"Ehm udah dari tadi. Lo ngapain teriak-teriak? Udah gilak ya?"
"Sembarangan!! Gue cuman lagi kesal sama Manda. Lo udah selesai mainnya?"
"Udah. Giliran anak cewek lagi tuh. Buruan ke lapangan!!"
"Gue capek. Udahan dulu deh."
"Oh ya Lenn. Bagi minum dong..."
"Gue kan udah bilang bawak minum tuh dari rumah."
"Kan ada lo yang selalu nyiapin minum gue."
"Enak aja!!"
Aku menggerutu kesal seraya mengeluarkan botol minum dari tasku. Memberikannya pada Raka. Aku juga lupa kalau tadi Manda ada ninggalin kue di tasku.
"Oh ada kue nih, dari Manda. Lo mau nggak?"
"Woah.. mau!!"
"Widiww.. ada kue gak bagi-bagi lo, Rak!!"
Cowok disebelah Raka ini namanya Satria. Gak kalah tengilnya dari Raka. Dimana ada makanan disitu ada Satria. Itulah julukan anak sekelas kami pada Satria.
"Kalo gue bagi ke elo, malah habis ntar."
"Yee pelit amat. Dari Lenna aja padahal. Boleh nggak Lenn gue minta kue lo sedikit?"
"Sedikit? Paling nanti juga banyak."
"Diem lu Rak. Gue nanyak Lenna. Boleh kan Lenn?"
"Ambil aja. Tapi jangan diabisin. Gue juga mau soalnya."
"Siyaap pacar Raka!!"
Ucapan Satria membuatku kaget dan sedikit malu. Lantas saja aku langsung memalingkan wajahku.
"Apaan sih, Sat? Gaboleh gitu. Udah dikasih kue juga sama Lenna. Udah Lenn, abaikan aja."
Aku hanya mengangguk dengan pembelaan Raka. Aku juga selalu mencoba untuk tidak berharap lebih. Begini saja sudah cukup. Tapi semua perlakuan Raka membuatku menjadi frustasi. Kadang aku juga ingin dia mengetahui perasaanku.
"Maaf, Lenn. Lagian ngapa kalian gak jadian aja sih? Padahal udah banyak benget gosip tentang kalian."
Pertanyaan Satria membuatku seketika melirik Raka. Ingin tahu bagaimana reaksinya. Aku memilih diam gak ingin menjawab pertanyaan Satria. Biarkan aja Raka yang menjawabnya.
"Tanyak Lenna aja."
"Eh, ahh... anu.. hmm..."
Aku tak tahu mau jawab apa.
Raka langsung menghela napas."Haah, yah karena apa lagi? Tentu saja karena gue udah suka sama cewek lain. Lagian Lenna tuh cuman sahabat baik gue. Jadi pliss deh berhenti nyebar gosip yang nggak-nggak."
Aku baru tahu kalau selama ini Raka suka sama cewek lain. Ternyata hanya aku ... cuman aku yang memiliki perasaan lebih padanya. Aku juga baru tahu ternyata rasanya segitu menyakitkan ini. Dalam hati aku selalu menyesal.
Seharusnya saat itu aku tidak pernah mendengar pernyataan Raka.
The End.