I. Segno

68 10 11
                                    

+ + +

Sudah sepuluh menit berlalu sejak rintik pertama. Nampaknya hujan masih betah untuk meluapkan tangisannya pada para manusia. Kedua pemuda dalam satu meja itu pun masih menunaikan hal yang sama. Membiarkan diam merangkup diantara mereka, seolah tak ada konversasi yang dapat dibuka.

Mungkin karena mesin pencetak hujan sedang melaksanakan tugasnya, cappuccino milik Woojin yang baru saja disajikan beberapa selang waktu sudah terasa dingin.

Tak ada niat untuk kembali menghangat.

Sama seperti perasaan pemuda yang ada dihadapannya ini.

Yang lebih memilih untuk memfokuskan atensinya pada dinding kaca yang namun masih memperlihatkan orang-orang yang tengah berjalan sambil mengagungkan payung mereka, walaupun sedikit tertutup embun.

Berusaha mengikis keheningan, pemuda Park itu berdehem pelan, menyebabkan sosok dihadapannya itu menoleh.

"Hm? Kenapa?"

Kedua manik mereka bertemu. Woojin mencoba mengais kehangatan yang ada di dalam sana, mencari-cari, mungkin ada satu yang tertinggal untuknya.

Namun rasanya tak ada.

Senyuman tipis yang Hyungseob pancarkan mampu membuat hati Woojin meringis pilu. Semua aksara yang sudah Woojin rangkai di kepalanya menghilang, terbuang bak daun musim gugur yang jatuh.

Woojin hanya menggeleng pelan sambil mengulas senyum sayu. "Nggak papa. Kopi gue pahit banget."

Alih-alih bertanya sejak kapan Woojin meminum kopi pahit yang menduduki peringkat nomor satu sebagai minuman yang Woojin blacklist dari hidupnya, Hyungseob hanya menyecap kopinya, hingga kemudian menganggurkannya. Kembali ia buat pandangannya terpaku pada dinding kaca.

Ponsel yang Hyungseob letakkan di atas meja bergetar. "Yena udah di dekat sini." lirihnya. "Gue cabut duluan, ya, Jin!"

Hanya ucapan itu, dan pemuda Ahn tersebut sudah beranjak keluar dari coffee shop dengan satu senyum terakhir untuk Woojin.

Woojin menyesap satu tegukan kopi terakhir.
Rasa pahit, getir dan sedih pun melebur. Kedua netranya menyaksikan dari tempat duduknya, Hyungseob yang tampak bahagia dengan penggantinya, seolah tak andil dalam penyebab seorang Park Woojin yang mulai hancur.

Woojin tersenyum getir. Ketika Hyungseob rela menantang semesta yang sedang meluapkan emosinya dalam bentuk rintik air hujan, dengan satu payung di tangannya. Tersenyum lebar saat Yena berlari ke arahnya, merapatkan dirinya. Membuat payung yang ia pegang berhasil melindungi tubuh mereka.

Lalu kaki-kaki itu berjalan menjauh.
Sampai yang Woojin dapati hanyalah punggung mereka yang semakin mengecil, lalu terbias oleh air hujan.

Hyungseob meninggalkannya lagi. Setelah perpisahan mereka 2 tahun yang lalu. Meninggalkannya sendiri, dengan hati yang tercerai-berai dan perlu ia punguti seorang diri.

I'm turning back to you~

Alunan lagu Segno oleh NU'EST dari cafe itu seakan meledek dirinya. Meskipun berbaur dengan gemericik air di luar sana, ia dapat mendengarnya dengan seksama.

Andaikan saja, Hyungseob bisa kembali lagi padanya, seperti potongan lagu tersebut.

Andaikan saja.

Namun pada kenyataannya, hidup bukanlah cerita fiksi. Yang dapat ia ubah alurnya sesuka diri.

Maka disinilah Woojin, terperangkap dalam masa lalunya, seorang diri.

+ + +

another trash made by sakuchan-.

i made almost 4 chapters for my other books aka sleepless in ______ but my laptop is kinda bobrok so it deleted all of these 4 chapters; bodoh emang.

yall should give a try to nuest - segno, lol. issa good song 🤘🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

▶ now playing.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang