33. STAY AT THE VILLA 🏠

11.7K 466 11
                                    


"Kenapa kau masuk?" Tanya Nicholas pura - pura heran.

Abigail tidak menyahut, dia langsung meninggalkan Nicholas sendirian untuk berjalan mengelilingi villa. Dia menyusuri semua ruangan yang ada di sana, termasuk kolam dan balkon villa yang langsung menghadap ke air terjun Niagara.

"Kau pasti menyukainya." Ujar Nicholas sudah berada di sebelah Abigail dan ikut memandang air terjun Niagara yang sudah mulai gelap dan digantikan dengan cahaya warna-warni laser yang sengaja dibuat agar airnya terlihat berwarna.

Abigail hanya menganggukkan kepalanya. Tapi dia memang begitu takjub melihat pemandangan Niagara pada malam hari.

"Kau lapar?" Tanya Nicholas.

"Tidak." Jawab Abigail singkat.

"Kau mau minum?" Tanya Nicholas lagi.

"Tidak." Abigail kembali menjawab singkat.

"Kau mau mandi?" Nicholas tidak pantang menyerah membuat Abigail berhenti merajuk.

"Nanti." Jawab Abigail.

"Aku sudah memberitahu ayah kalau aku membatalkan pertunanganku dengan Barbara." Ujar Nicholas bernada serius.

Omongan Nicholas berhasil membuat Abigail memalingkan wajahnya dan menatap Nicholas terkejut.

"Ap-"

"Ya. Aku juga memberitahunya mengenai niatku menikahimu." Nicholas langsung memotong pertanyaan Abigail yang diyakini pasti menanyakan hal itu.

"Nicholas! Ayah masih sakit, dan kau dengan teganya mengatakan itu padanya?" Tanya Abigail setengah berteriak. Dia tidak habis pikir dengan keputusan Nicholas yang hanya memikirkan egonya saja tanpa memikirkan kondisi Adam.

"Adam juga tidak serius akan menikahkanku dengan Barbara. Dia malah tidak sudi memiliki menantu seperti Barbara." Jelas Nicholas mencoba membuat Abigail jinak.

Abigail bingung dengan maksud perkataan Nicholas yang tidak bisa dimengertinya.

"Jadi Adam hanya menjadikan Barbara sebagai pancingan agar aku mencari perempuan lain untuk dinikahi. Karena dia sudah yakin aku tidak akan mau menikahi Barbara." Lanjut Nicholas melihat Abigail kebingungan.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kalian berdua." Sahut Abigail.

"Mulai sekarang kau harus belajar mengerti. Karena sebentar lagi aku akan menjadi suamimu dan Adam akan menjadi ayah mertuamu." Sahut Nicholas sambil nyengir.

"Apa ayah tidak keberatan dengan ide gilamu itu?" Tanya Abigail.

"Aku tidak tahu mengenai hal itu. Yang penting aku sudah memberitahunya. Lagi pula tidak ada yang salah dengan itu. Semua orang tahu kalau kau bukan adikku." Jelas Nicholas santai.

Abigail diam seribu bahasa. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Semuanya terasa begitu cepat. Sejak dia datang ke rumah sampai belum genap dua minggu yang lalu dia dan Nicholas masih seperti orang asing, tapi sekarang Nicholas bahkan sudah mengklaim Abigail sebagai calon istrinya.

Dia sudah tidak punya alasan untuk menghindar. Barbara sudah berhasil disingkirkan, Adam juga sudah mengetahui hubungan mereka. Kini Abigail malah bingung dengan perasaannya sendiri. Apakah dia sudah mencintai Nicholas atau belum. Apakah dia yakin bisa menjadi istri buat Nicholas. Apakah dia yakin bisa tahan menghadapi sikap Nicholas yang selalu saja semena-mena.

"Kenapa semuanya bisa secepat ini?" Tanya Abigail lirih hampir tidak terdengar. Untung saja pendengaran Nicholas tajam, jadi Nicholas bisa mendengarnya.

"Aku mau mandi." Ujar Nicholas tidak ingin membahas lebih dalam mengenai hal itu. Dia sudah tidak mau mendengar alasan apapun dari Abigail. Abigail harus menjadi miliknya. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Termasuk Adam. Bahkan jika Abigail sendiri yang tidak mau, dia akan mencari cara sampai Abigail mau. Apapun caranya. Abigail hanya miliknya dan tidak ada orang lain yang bisa memilikinya.

"Mandilah." Jawab Abigail lirih tanpa melihat kearah Nicholas dan tetap memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong.

"I love you." Ujar Nicholas sambil menarik lembut kepala Abigail dan mengecupnya.

***

Nicholas mulai melucuti pakaiannya dan masuk ke dalam bath tub. Dia memejamkan matanya sambil menikmati air hangat dengan aroma therapy yang telah disiapkan oleh pegawai villa.

Tiba-tiba sebuah ide cemerlang muncul di otaknya.

"Abigail!!" Teriaknya dari dalam kamar mandi.

Abigail tersentak dari lamunannya mendengar namanya dipanggil. Dia mencoba mencari sumber suara.

Sampai akhirnya Abigail masuk ke sebuah kamar yang terbuka dan dia yakin suara itu berasal dari sana.

"Ada apa?" Tanyanya walaupun belum melihat sosok Nicholas.

"Aku dikamar mandi! Kesinilah. Aku butuh bantuanmu!!" Teriak Nicholas dari dalam kamar mandi.

Abigail langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi karena panik mendengar Nicholas meminta bantuannya.

"Ada apa!?" Serunya setelah sampai di ambang pintu dan melihat Nicholas sedang berbaring di bath tub.

"Kakiku tiba-tiba kram. Apa kau tahu bagaimana caranya agar bisa sembuh? Ini benar-benar sakit." Jelas Nicholas berbohong dengan memasang wajah pura-pura merintih kesakitan.

Abigail mau saja percaya dengan acting murahan Nicholas. Karena panic dialangsung mendekati bath tub tempat Nicholas berbaring, baru saja dia memasukkan tangannya ke dalam air untuk meraih kaki Nicholas, Nicholas sudah terlebih dahulu menariknya masuk ke dalam bath tub.

"Nicholas! Apa - apaan kau!" Seru Abigail karena shock tiba-tiba ditarik paksa oleh Nicholas. "Kau pembohong!" Lanjutnya sambil meronta ingin melepaskan diri dari kungkungan Nicholas.

"Kau sudah terlanjur basah. Jadi kau harus ikut mandi, lagi pula kau belum mandi sejak tadi pagi." Sahut Nicholas santai tanpa merasa berdosa.

Kini sekujur tubuh Abigail sudah basah. Baju putihnya yang tipis dan terkena air tidak mampu menyembunyikan warna pakaian dalam yang dikenakan Abigail.

"Masalah Barbara sudah selesai, begitu juga dengan masalah Adam. Aku rasa kita sudah bisa mengatur jadwal pernikahan kita." Ujar Nicholas serius.

Abigail yang masih berada dalam kungkungan Nicholas, melebarkan matanya mendengar penuturan Nicholas.

"Ini terlalu cepat." Ujarnya dengan nada terkejut.

"Lebih cepat lebih baik sayang." Sahut Nicholas sambil kembali mencium kening Abigail. Dan tanpa menunggu balasan dari Abigail, dia langsung memposisikan kepala Abigail di lengannya agar dia bisa mencium gadis itu.

Lagi-lagi Abigail shock dengan perlakuan Nicholas yang selalu tiba-tiba. Tapi dia tidak menolak ciuman Nicholas, dia tetap menerimanya dan membiarkan Nicholas menciumnya.

Sambil terus mencium Abigail, Nicholas juga melakukan pekerjaan lain yang tidak kalah penting sampai akhirnya mereka kembali 'melakukan'nya.

***

Nicholas perlahan membuka matanya dan menemukan sosok Abigail yang masih terlelap di sisinya. Tanpa sadar, dia menyunggingkan sebuah senyum di bibirnya. Ditatapnya wajah Abigail yang begitu terlelap, pandangannya turun keleher, dada, hingga ujung kaki Abigail. Sebagai seorang pria normal, dia begitu menganggumi kesempurnaan Abigail.

Perlahan dia mengangkat tangannya dan meraih pipi mulus gadis itu, dia mengelus dan kemudian mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Abigail yang masih saja terlelap."Aku akan membuat perhitungan dengan orang-orang yang pernah menyakitimu, walaupun sebagian besar kau tidak menyadarinya. Termasuk ayah kandungmu sendiri." Ujar Nicholas dalam hati sambil tersenyum licik.

***

tbc...

ABIGAIL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang