4. 🕊️Hati Yang Hancur🕊️

1.4K 63 0
                                    

🕊️🕊️🕊️

Dari sekian banyak rasa sakit, melihat orang yang paling kita cintai menderita itu juga luka yang teramat menyesakkan. Menyaksikan dia kehilangan keceriaan sepanjang hari seakan ikut merenggut segala rasa bahagia yang pernah dirasa.

🕊️🕊️🕊️

Naumi kembali ke dalam ruang rawat Alea dalam keadaan mata sembab. Bingung bagaimana harus menjelaskan kondisi Alea. Sementara Naumi sadar, bahwa tatapan mata sang putri menyatakan bahwa dia sangat ingin tahu bagaimana kondisinya.
Tenggorokan Naumi serasa mengecil, suaranya seakan tak mampu untuk dikeluarkan.

Sepasang mata Alea terus menatap sang mama, menunggu reaksi dari sang mama, "Ma, aku baik-baik aja, kan?"

Bibir Naumi bergetar, dibawanya Alea ke dalam pelukan. Tumpah ruah kembali air mata Naumi. Sungguh, dia benar-benar tidak mampu menahan tangis ini.

"Ma, jawab aku...."

Naumi bungkam seribu bahasa, hatinya tidak bisa menerima apa yang sudah dilakukan oleh Avta kepada putrinya. Selama ini, dia sudah merawat Alea begitu baik, semua kebutuhan sang anak, ia penuhi dengan sangat baik. Tapi sekarang, atas kejadian itu, anaknya harus kehilangan fungsi kakinya untuk berjalan.

"Ma..."

Mata Alea berkaca-kaca. Ditengah rasa sakit yang menyiksa bertubi-tubi, Naumi semakin mengencangkan pelukannya pada Alea. Dalam benaknya terbayang bagaimana dia mendekap Alea semasa kecil, menggendongnya disaat Alea menangis dan tidak bisa tertidur, mengajarkannya berjalan dan memanggilnya dengan sebutan mama. Ingin sekali Naumi mengantarkan anaknya menjadi wanita yang sukses, melihat sang anak memakai toga di saat pendidikannya sudah berakhir nanti. Rasa sesak di hatinya semakin merajam tanpa ampun. Kesempatan untuk itu semua sepertinya tidak akan pernah lagi terjadi. Putrinya, sudah tidak mampu lagi berjalan.

"Alea..." Naumi melepaskan dekapan pada tubuh Alea. Kedua tangannya beralih untuk memegang wajah sang putri.

"Kamu lihat mama, apa pun yang terjadi, mama akan terus sayang sama kamu. Apa pun yang terjadi kamu tetap anak kebanggan mama."

"Maksud mama apa?" tanya Alea dengan suara bergetar.

Martin yang sedang berada di balik pintu, lantas masuk untuk ke dalam kamar inap Alea. Dia tahu, istrinya tidak akan mungkin sanggup memberi kesaksian mengenai kondisinya.

"Alea, kamu baik-baik saja. Tapi sekarang karena kecelakaan itu ada masalah dengan kaki kamu." Martin menarik napas pelan, "Kamu jangan khawatir, ini hanya sementara. Semua akan kembali normal kalau kamu mau melakukan Fisioterapi. Papa akan lakukan apa pun agar kamu bis---"

"Maksud papa, aku cacat?" tanya Alea dengan suara bergetar.

"Enggak sayang, enggak, kamu nggak cacat, jangan ngomong kayak gitu..." Naumi lantas menggelengkan kepala, tidak setuju dengan apa yang dikatakan Alea.

"Terus apa, Ma? Mama mau bohongin aku? Papa mau bohongin aku juga? Aku nggak bisa jalan, apalagi namanya kalau bukan cacat!" Teriakan Alea berhasil menusuk perih dada Arka. Dia sering melihat Alea menangis, tapi tangisan kali ini sangat berbeda, air mata yang Alea keluarkan saat ini adalah air mata yang paling menyakitkan. Kedua tangan Arka terkepal semakin kuat.

Mata Arka memerah, kali ini dia benar-benar sulit untuk menahan emosi, rasa marah itu semakin menggebu, apa pun yang terjadi, Avta harus membayar perbuatannya ini.

Tadi, Arka sempat mencari tahu tentang spinal cord injury dan ternyata kerusakan syaraf yang Alea alami belum bisa disembuhkan. Tetapi para peneliti terus bekerja untuk menemukan pengobatan terbaru untuk menyembuhkan kerusakan yang dialami oleh pasien saat mengalami Spinal cord injury tersebut.

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang