Kecoak
Sinopsis: Dan—oh. Brett tahu alasan dibalik mengapa sahabatnya menjadi sehisteris ini.
==========
"Oh shi—Eddy!"
Mendengar suara teriakan, Eddy panik dan berlari secepat kilat menuju sumber suara. Eddy terengah-engah sesampainya—bersyukur kakinya tidak tersandung barang apapun.
"Ada apa!?"
Brett menatap horor—wajahnya berubah pucat pasi.
"A-aku... sepertinya salah memesan tiket pesawat liburan kita..."
Ketegangan dari wajah Eddy memudar—matanya memutar. "Ya tuhan... kukira ada apa. Tinggal dibatalkan saja apa susahnya?"
Brett menggeleng lemah. "Aku tidak sadar kalau destinasinya salah dan langsung main bayar tanpa memeriksanya kembali..."
Eddy facepalm.
"...Dan aku menggunakan kartu kreditmu."
Tubuh jangkungnya merosot, terduduk didekat pintu. Emosi memenuhi otaknya, namun tidak ada kata-kata kasar yang bisa keluar—apalagi setelah melihat Brett dengan wajah memelas meminta maaf. Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang adalah—menghela napas dan ikhlas. Dari pada mubazir, kan?
"Jadi, kemana kita akan pergi?"
Brett terdiam sesaat—sedikit merasa lega Eddy tidak jadi memaki.
"Indonesia."
. : o O o : .
Kacamata hitam terpasang apik diwajah mereka berdua. Jaket denim menjadi outer dipadu kaus Ling-Ling 40 hours dan celana jeans hitam menjadi kostum pertama Eddy dan Brett sesampainya di Indonesia. Jika bukan karena perbedaan tinggi badan yang signifikan, mungkin dari belakang mereka terlihat seperti orang yang sama. Yah, bisa dibilang, kembar.
Satu kesan pertama setelah keluar dari bandara adalah; panas-gerah-tidak jauh beda dari taiwan.
"Kau sudah pesan uber?" tanya Brett.
"Bukan uber, sih. Tapi sejenis."
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, mobil yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Koper dan ransel dengan selamat masuk kedalam bagasi mobil. Eddy dan Brett pun memilih untuk duduk bersama di kursi baris kedua ditemani tas biola masing-masing.
Pada petualangan kali ini, Eddy dan Brett akan mengunjungi kota Jakarta. Dan mungkin jika kedua sahabat itu menyukai destinasi pertama mereka di Indonesia, siapa tahu mereka akan kembali untuk liburan selanjutnya ke kota lain.
Setelah kurang lebih satu jam setengah berkendara (ditambah macet yang untungnya tidak terlalu lama), sampailah mereka di hotel tempat mereka tinggal sementara.
Dahi Eddy mengerut, alis Brett mengernyit.
Bukannya hotel, kedua violinist itu malah sampai di hadapan sebuah rumah yang besar.
Eddy menatap Brett curiga. "Kau salah pesan lagi, ya?"
"Alamatnya cocok dengan yang ada di Triva*o kok! Serius! Lihat nih!"
"Permisi mas... ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang dalam bahasa yang Eddy dan Brett tidak mengerti.
Dua bocah itu dilanda kebingungan.
"Uh... kami mencari hotel Cendana. Apakah benar ini tempatnya?" tanya Brett—tentunya dalam Bahasa Inggris. Berdo'a semoga orang ini mengerti apa yang ia katakan.
Orang itu tampak berpikir sejenak—mencerna. Mendengar kata yang familiar, cepat-cepat dia mengangguk. "Oh! Yes yes!"
Eddy dan Brett saling tatap.
. : o O o : .
''Kan sudah kubilang lokasinya sesuai! Aku tidak tahu kalau ternyata hotelnya ada di bangunan seperti ini!" ucap Brett membela diri.
Eddy menghela napas, pasrah, tidak mau berdebat. Tangannya sibuk membongkar isi kopernya. Yah, setidaknya kamar mereka tidak jauh berbeda dari hotel-hotel yang biasanya mereka datangi. Lingkungannya juga bisa dibilang cukup nyaman dan bersih. Tidak buruk-buruk amat.
Eddy menarik semua perkataannya barusan.
Jeritan menggema sampai ke lantai bawah. Mereka berdua yakin satpam akan segera datang setelah mendengar suara seperti itu. Panik, Eddy reflek loncat keatas kasur. Brett yang mendengar teriakan itu ikutan panik. Spontan, Brett menutup telinga dengan kedua tangan karena tak tahan dengan volume teriakkan Eddy.
"APA!? ADA APA!?"
Melihat pergerakan, Eddy memekik. "I-ITU! A-ADA—AAAAAA!"
Entah kenapa Brett ikut-ikutan naik keatas kasur. "ADA APAAAAAA!?!?!"
Dalam keadaan chaos, Brett mencoba mencari penyebab sahabatnya menggila. Dan—oh. Brett tahu alasan dibalik mengapa sahabatnya menjadi sehisteris ini.
Binatang coklat kecil tampak terbang ke ujung ruangan, melintasi Eddy. Sial, manik obsidiannya tidak sedang memejam. Eddy melihat dengan jelas binatang itu dalam mode berserk-nya.
"ADA KE-KECOAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!"
==========
K/n:
Guys, mungkin habis update ini (atau besok) Kyuu bakal update gak tiap hari lagi. Mungkin seminggu dua kali dikarenakan terkena wb. coretineedinspoguyscoret.
Draft perchapter sebenarnya udah ada, namun dikarenakan wb, pengembangan cerita jadi dua kali lebih ampas dari sebelumnya ;A;
Welp, do'akan saja Kyuu bisa cepat sembuh dari wb ini ya gais :'D dan kembali memberikan kalian asupan TwoSet :'D
Love,
Kyuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENDO [TwoSetViolin Oneshots]
FanficPrompt A-Z TwoSetViolin Oneshots. Prompt U, updated! Ucapan - "Kalau besar nanti... aku ingin menjadi soloist yang hebat!" ucap si bocah berkacamata. #RamaikanTwoSetIndonesia