Satu tahun sudah berlalu. Umur Leta dan juga Dena kini sudah satu tahun, begitupun Lean yang sudah berumur tujuh tahun november nanti dan Kino yang berumur empat tahun.
Kehadiran Leta dan juga Dena di keluarga kecil Iqbaal membuat rumah semakin ramai. Putri kembarnya itu mulai berbicara walaupun tidak jelas.
"Gemas, Lean gemas sama Leta." Lean terus mencium pipi Leta dengan gemas. Leta terus saja menggelengkan kepalanya agar tidak dicium oleh abangnya itu.
"Lean juga gemas sama Dena."
Leta menangis lantaran abangnya itu tidak melepaskannya, berbeda dengan Dena yang masih diam dan juga tertawa bahagia ketika Lean masih terus menciuminya.
Kino yang sedari tadi diam menonton televisi, menoleh kearah Leta yang sedang menangis.
"Ndaaa, Leta nanisss." Kino berlari kearah dapur untuk menemui (Namakamu) yang sedang memasak makan siangnya.
(Namakamu) yang melihat Kino berlari langsung saja mendekati Kino, "Kenapa sayang?"
"Leta nanis ndaa."
(Namakamu) menghela nafasnya. Wanita itu mematikan kompor. Kakinya melangkah menuju ruang keluarga dimana anak-anaknya berada.
Ia melihat Lean yang masih setia memeluk dan menciumi Dena. Senyum (Namakamu) mulai terpancar.
"Sshh Leta. Kenapa ini anak bunda?" (Namakamu) berusaha untuk menenangkan Leta.
"Kenapa nih?"
Pandangan (Namakamu), Lean dan juga Kino beralih ke laki-laki yang sedang menuruni tangga.
"Ayah!" Ujar Kino dan juga Lean bersamaan.
Iqbaal berjalan kearah mereka. Mendudukkan dirinya di samping istri tercintanya. Iqbaal emncium sekilas pipi (Namakamu).
"Leta kok nangis sih, dek?" Tanya Iqbaal kemudian ia mencium pipi anaknya itu.
Dena masih saja tertawa bersama Lean dan Kino. Dena memang sangat ceria dibanding Leta yang cuek seperti bundanya.
"Di isengin sama Lean. Sama aja tuh kayak kamu, suka banget nyiumin anaknya."
Iqbaal terkekeh kemudian mengacak gemas rambut (Namakamu). Tanganya terulur untuk menggendong Leta.
"Anak ayah di isengin abang ya? Utututu, kacian anak ayah." Ucap Iqbaal sesekali menggoda Leta.
Iqbaal juga tetap menggoda Dena dengan jurus andalannya, yaitu mencium kedua pipi gembul Dena.
Sore hari yang sangat bahagia tercetak jelas di kediaman keluarga Dhiafakhri.
...
"Kita ke Malang yuk atau enggak kita ke Lombok gitu, yang."
"Kamu mah suka ngelindur deh, Baal. Leta sama Dena kan masih kecil."
Saat ini mereka berdua sedang berada di kamar. Anak-anak mereka sudah tidur dikamarnya masing-masing.
Iqbaal berdecak malas, "Bisa, yang. Aku tuh baru tanya dokter kemarin abis pulang kerja. Si kembar udah boleh naik pesawat kok."
"Tetep aja jangan, Baal. Masih kecil mereka tuh." (Namakamu) dengan malas menjawab pernyataan Iqbaal.
Iqbaal mengerucutkan bibirnya. Tangannya di silangkan di dadanya. Wajahnya ia palingkan ke arah lain. Ya, Iqbaal merajuk sekarang.
(Namakamu) melirik kearah Iqbaal kemudian berdecak kesal, "Gak usah ngambek, udah tua."
"Yangggg." Iqbaal memeluk lengan (Namakamu).
"Boleh yaa?" Lanjut Iqbaal dan masih memeluk lengan (Namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin - IDR [End]✔
FanficGimana ya, seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ternyata 'Bucin' banget sama pacarnya. this is story of you and baale. enjoy the story🙈 ©apabgtdah2018