03.HaloArsen“Tak perlu menceritakan semua tentang dirimu kepada orang lain. Karena terkadang mereka hanya sekedar ingin tahu, bukan benar-benar peduli.”—kinan marsella
Matahari kurang bersahabat pagi ini. Hujan lebat serta angin yang cukup kencang menemani perjalan kinan menuju sekolah. Walaupun diluar hujan kinan membiarkan jendela mobilnya terbuka lebar. Kinan menatap jalan kosong disampingnya. Menyenderkan kepalanya pada kursi mobil.
“tutup aja jendelanya kak, lihat nih airnya masuk semua,” ujar rosa, sabar. “bedak lo luntur nanti,”
Kinan memutar bola matanya malas, “diem ah lo, bocah.”
Rosa terkik geli. Sementara kinan masih diam dalam posisinya. Kinan sedang bingung, kakanya; Vernon tidak pulang semalam. Itu membuat satu rumah gempar. Mereka termasuk kinan sibuk mencari keberadaan cowok itu. Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin sore?
Ah, ntahlah kinan tidak tahu.
“kak menurut lo abang dimana? Gak biasanya dia kabur dari rumah,”
“sebenarnya gue tahu sesuatu…” kinan menoleh kesamping, menatap rosa datar. “tapi gue males ah ngomong sama lo,”
“lah, kenapa?!” ujar rosa sewot.
Kinan tertawa sinis, “lo masih bocah, pasti gak bakalan nyambung gue ajak ngobrol,”
“sembarangan! Gue sama lo itu cuman beda setahun aja ya!”
“tetap aja, gue lebih tua,”
“tua aja bangga,” cibir rosa. “udah tua…jomblo lagi. malu nih sama gue yang bocah tapi udah punya doi,”
Kinan melotot. Bisa-bisanya dia kalah saing dengan si bocah; Rosa. Kinan berdehem pelan. sepertinya misi untuk mendapatkan arsen harus segera kinan lakukan. Tapi bagaimana?Sibuk dengan dunianya sampai kinan tidak sadar sudah sampai digerbang sekolah. Dia buru-buru turun dan merapikan rok abu-abunya yang sedikit turun, alias melorot! Kinan berjanji akan menjambak rambut rosa pulang sekolah nanti. lihat saja kau, rosa sialan! Pikir kinan.
Ketika memasuki sekolah, kinan tahu bahwa bel masuk akan berbunyi lima menit lagi. tapi kinan tetap berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada dipojok, X IPS 3. Kinan menghela napas saat melihat Bu Wenda sedang merazia kelengkapan pakaian di koridor kelas sebelas. Dan sialnya, kinan tidak pakai dasi dan sabuk. Saat itu juga Kinan merasa ingin lenyap saja. Dia ketar-ketir membongkar tas ijo army kesayangan nya. Siapa tahu dasinya tertinggal didalam tas. Namun memang nasib atau apa, tas kinan hanya berisi laptop, buku pelajaran, dan dokumen penting anak jurnalistik.
“Nih, pake punya gue aja,” senggolan dilengan kirinya terasa berbeda. Ketika menoleh, kinan melihat seorang cowok dengan tampang coolnya sedang menyodorkan dasi dan sabuk pada kinan.
Kinan tahu betul siapa cowok itu. ARSEN.
“tapi kak, nanti kakak pake dasi siapa?” Tanya kinan basa-basi.Arsen tidak berekspresi, “gue punya dua,”
“tapi ini punya kakak.”
“buat lo,” ujar arsen, jutek. Cowok itu langsung pergi padahal kinan ingin berterimakasih. Kinan tersenyum melihat punggung arsen yang pergi menjauhinya sambil menggenggam erat dasi yang arsen berikan.
“KINAN! KENAPA KAMU MALAH BERDIRI DISITU? CEPAT KEMARI!” suara Bu Wenda terdengar menggema disepanjang koridor. Membuat kinan malu sendiri.
“Iya, iya bu.” Jawab kinan kalem.
“SINI BARIS DISAMPING RACHEL.”“iya bu,”
“MANA DASI SAMA SABUK KAMU, NAN?”
Kinan menunjukan genggaman tangannya. “ini bu, belum sempat saya pake. Kesiangan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Arsen
Teen Fiction[BOOK ONE OF SELCA HIGH SCHOOL TRILOGY] Sejak masuk di SMA SELCA JAKARTA banyak hal yang tidak Kinan tahu, tiba-tiba muncul. Kinan tahu betul bahwa semenjak hidupnya kedatangan sosok bernama Arsen, hatinya akan amburadul. Catat, Kinan menyukai cowok...