Sepulang sekolah Amei mengunjungi ibunya yang kini tinggal bersama kakek dan neneknya. Meski tubuhnya yang masih lemah karena sakit, kali ini Amei bertekad untuk mencoba membujuk ibunya agar tidak menceraikan bapaknya.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam. Eh ada Alissa. Masuk Lis." Nenek Amei membukakan pintu.
"Kamu duduk dulu. Kamu sudah makan? Tadi nenek masak tumis kangkung sama ikan lemuru goreng." Tawar wanita yang akrab dengan keriput di ujung matanya ketika tersenyum.
"Alissa masih kenyang kok, Nek. Tadi Alissa sudah makan di sekolah. Ibu dimana Nek?"
"Ada di kamar. Bentar Nenek panggilkan ya."
"Endak Nek. Biar Alissa yang ke kamar ibuk."
"Oh yasudah. Kalau gitu nenek tinggal dulu ya, soalnya nenek mau keliling sebentar." Nenek Amei adalah seorang pedagang yang kadang juga keliling untuk menjual dagangannya tersebut. Sedangkan kakaknya seorang petani.
Sebenarnya Amei agak heran dengan sikap neneknya yang biasa saja seperti tidak ada masalah. Namun Amei pikir mungkin neneknya tidak ingin membuatnya sedih.
Kini Amei tengah masuk ke kamar ibunya. Ibunya sedang melipat baju. Keadaan ibu Amei terlihat sudah membaik, tidak ada bengkak lagi di wajahnya.
"Loh Nduk Alis. Kapan datang?" Sapa ibunya.
"Baru aja, buk. Tadi nenek yang bukain pintu."
"Oh yasudah. Kamu sudah makan?"
"Sudah kok buk."
"Naik apa kesini tadi Nduk?"
"Ee Alis pinjem motor temen."
"Kamu sendirian?" Amei mengangguk.
"Yasudah kamu istirahat gih, pasti kamu capek."
"Endak buk. Alis nggak lama, bentar lagi Amei harus balik. Soalnya motor temen Alis juga mau di pakai."
Ibu diam sejenak mengamati putrinya yang terlihat pucat. Ibunya juga paham jika putrinya ingin membicarakan sesuatu dengannya.
"Kamu makan dulu ya? Biar ibuk ambilkan makan."
"Ndak usah buk. Alis masih kenyang."
"Wajah kamu pucet banget Nduk. Kamu sakit?"
"Eee itu... ee beberapa hari lalu cuma demam biasa. Sekarang sudah baikan kok buk, ibuk jangan khawatir."
"Gimana ibuk ndak khawatir, kamu disuruh makan saja susah begini. Ibu tahu kamu pasti ndak nafsu makan sekarang, tapi kamu makan dulu ya? Biar gimana pun tubuh kamu butuh tenaga. Biar kamu segera sembuh juga." Nasihat panjang lebar dari ibunya membuat Amei pasrah dan kini ia mengangguk untuk makan.
Ibunya pergi ke dapur menyiapkan makan. Amei masih berada di kamar ibunya, ia melihat ponsel ibunya yang tergeletak di atas kasur. Amei mengambil ponsel tersebut.
Amei mengutak atik pesan yang ada dalam ponsel ibunya. Ia terkejut melihat pesan bapaknya yang masih begitu kasar kepada ibunya. Dalam pesan tersebut memang bapaknya meminta rujuk akan tetapi dengan kalimat yang menyakitkan. Bahkan Amei yang membacanya ikut merasakan sakit hati, bagaimana mungkin ibunya mau bertahan jika bapaknya berlaku kasar sekalipun dalam bentuk pesan. Amei mulai memikirkan perasaan ibunya kembali. Sepertinya ibunya sudah sangat terluka.
"Nduk ini makanannya, dihabiskan ya." Ucap ibunya dan memberikan sepiring nasi yang telah ia bawa untuk Amei.
"Eh iya buk." Amei reflek membuang ponsel ibunya dan menerima piring yang diberikan ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Isyarat
RomansaKisah roman biasa. Kisah tentang seorang siswi SMA yang memiliki krisis percaya diri akut. Amei begitu tertutup akan tetapi ia berusaha terlihat normal seperti gadis seusianya. Apa yang terjadi ketika ia bertemu dengan seorang player kelas kakap yan...