× A Long Night

265 44 1
                                    

Lebih baik memisahkan diri, Bomin dan Guanlin membicarakannya di dekat kolam renang sembari makan malam.

Cara jitu Guanlin untuk meluluhkan hati Bomin adalah makan. Bodoamat sama gendut, Bomin lagi bete.

Hanya terdengar suara adu pisau dengan piring, malam itu. Belum ada yang berani buka suara.

Sampai angin malam datang dan menerbangkan rambut Bomin, reflek jaket yang guanlin pakai saat ini ia lepaskan dan meletakannya di tubuh gadisnya.

Masih bre, masih pacaran.

"Maaf".

Kata itu lagi yang keluar dan mulut pemuda yang tak lain adalah Lai Guanlin.

Bomin pun sudah bosan mendengarnya, jika kata itu bisa membuat hubungannya baik-baik saja. Bomin mau menjawabnya.

"Udah Lin, udah aku maafin".

Guanlin kembali ke kursinya, mereka duduk berhadap hadapan di meja bulat itu.

"Mau sesuka apa lo sama Minju, lo ga bakal bisa sama dia".

Guanlin berhenti memotong dagingnya, menunggu kelanjutan gadis itu berbicara.

"Mau sekuat berjuang pun, kita tetep ga bisa bersama".

Pemuda itu bangkit dari kursinya dan langsung menangis di paha gadis itu, "gua sayang sama lo".

Bomin hanya tersenyum dan mengelus kepala guanlin lembut, "aku juga".

That boy suddenly pushed himself with the girl into the pool.

Guanlin's reflex pulled the girl's body away, removing the distance between his lips and Bomin.

"Wow, Mr.Lai".

"Shut up, I'll take you to my room".

"Your roommate?".

Guanlin naik ke tepi kolam dan menarik Bomin hingga membawanya ala bridal style "who cares".

Masalah dengan Minju dianggap selesai oleh Chenle, pemuda itu segera memesan tiket pulang untuk besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masalah dengan Minju dianggap selesai oleh Chenle, pemuda itu segera memesan tiket pulang untuk besok.

Dan daehwi dengan cepat memberitahu Choyeon dan Minju untuk segera pulang ke hotel.

Yuri membantu Chenle membersihkan kamarnya, karna Jeongin pasti sibuk menyelesaikan masalahnya dengan Choerry.

"Yur, kita pake yang reguler aja ya. Takut anak-anak kenapa-napa" kata Chenle yang masih berkutat dengan laptopnya.

"Boleh...".

Chenle ahirnya memesan tiket untuk yang lain dulu.

"Chenle..." panggil Yuri pelan, "aku pulangnya belakangan bisa kan?".

Pemuda itu langsung memutar balikan kursinya, "kamu mau ngapain?".

"Aku ada janji sama temennya mama disini, aku bilang janjinya besok".

"Janji apa?".

"M-mau makan malam bareng".

"Mau makan aja sampe nunda keberangkatan pesawat? Kenapa kamu bilang dari awal biar ganti jadwal pulang lagi?" Tanya Chenle bertubi-tubi, "lagian kan biasanya ada aku juga yang nemenin kamu kemana-mana".

"Kan ga terus-terusan aku bilang ke kamu Le...".

Chenle mengerutkan keningnya, "ga terus-terusan gimana seharusnya kan emang gitu Yur, kamu kan istri aku sekarang. Apa-apa itu harus bilang".

"Tapi aku juga berhak, untuk nyimpen rahasia juga, it's private right?".

"Shit about the private, what's wrong with you babe?".

Tepat sekali, tiba-tiba saja handphone Yuri yang ada disamping laptop bergetar. Tertara panggilan masuk bernama Tante Nayeon dilayarnya.

Karna telfonnya tidak terangkat dari tadi, notif SMS pun mulai bermunculan.




Tante Nayeon

Sayang, kamu kerumah sakit besok untuk menjalani operasi, maaf menunggu lama jadwal Dr. Kwon mulai padat.








"Yuri... kamu kenapa?

Heavenator 0.2°  [⚠️ Under Constraction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang