"Pagi memang sejuk, namun senja lebih menarik untuk dinikmati."
----
Suasana sekolah sedang ramai seolah membiarkan Rainey tertawa tidak membiarkannya jatuh lagi. Lucy sedang bercerita heboh temtang hal selama Rainey tidak masuk sekolah. Rainey menanggapi dengan senyum tipis ketila Lucy menceritakan Aiden menunggunya.Tidak tahu saja, setiap berpasan Aiden tidak mengatakn hal apapun. Hanya memandangnya dan tersenyum, itu yang membuat Rainey muak.
"Dia itu tulus loh, masa lo masih nggak mau maafin dia?" tanya Lucy heran.
Rainey tersenyum, "Dia belum pernah meminta maaf langsung sama gue, jadi buat apa hehe" Rainey berusaha tenang tidak terpancing.
Lucy mengangguk saja, memang selama ini jika diperhatikan Aiden hanya tersenyum selewat tidak mengatakan apa-apa.
"Yaudah deh... Dari pada lo galau mikirin dia aja mending kita ke kantin, lagian Miss Echa ga bakal masuk jam ini" ucap Lucy sambil mengamit lengan Rainey.
Kantin yang memang digemari oleh siswa/siswi itu mulai sesak dengan kericuhan setiap murid. Jujur, Rainey sedikit tidak menyukai suasana seperti itu.
Rainey menggoyangkan lengan Lucy, "Gue gak suka, penuh. Mending ke koperasi aja." ucapan Rainey membuat Lucy berhenti mencari tempat yang kosong.
"Koperasi tuh lebih mahal Ney... Mending kantin aja murah." lanjut Lucy yang masih mencari tempat mereka duduk. "AH! itu deket abang lo sama Aiden"
Sentakan dan tarikan dari Lucy membuat Rainey terlonjak. Dia seketika terkaku ketika sudah berada dihapan keduanya. Netranya menangkap tatapan tegas seorang Aiden yang membuatnya kaku.
"Eh dek, baru aja Aiden tadi-"
"Gue duluan" ucapan Aksa terpotong oleh Aiden. Lagi, lelaki itu hanya sempat memandang tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Aksa memandang Rainey yang telah berubah air mukanya. Aksa menghela nafas pelan, "Aiden emang bodoh Ney, jangan diambil hati."
Tetap, hati Rainey resah. Dia tidak bisa berdiam diri seolah baik baik saja. Dia tidak bisa lebih lama menghindari Aiden.
"AIDENNNN" teriak Rainey membuat Aiden menghentikan langkahnya. "Gue mau ngomong sama lo"
Nah kan, lagi Rainey meruntuhkan gengsinya demi seorang Aiden. Lucy yang melihatnya hanya bisa terdiam, tidak menyangka teman sebangku akan senekat ini. Aksa sebagai abang hanya menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangan. Rainey jika sudah nekat akan seperti itu.
Aiden mendekat ke arah Rainey, seolah memang ini yang mereka berdua harus lakukan. Genggaman tangan Aiden membuat Rainey kembali ke dunia nyata. Dia tahu bahwa sikapnya tadi seperti FTV yang sering neneknya tonton.
🌷🌷🌷
Aiden tersenyum tipis, dia sengaja membiarkan Rainey berteriak tadi agar semua orang tahu Rainey mebutuhkannya.
"Sampai kapan Aiden" lirihan Rainey membuat langkah Aiden terhenti. "Kapan lo bakal jelasin semuanya?"
"Sekarang Rain... Tapi bukan disini, I'm waiting for you in the usual park. Hari ini hujan" setelah mengucapkan itu, Aiden meninggalkan Rainey yang masih terpaku ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden
Teen FictionIni kisah tentang seorang yang memang memiliki ketenangan menatap hujan dan bertemu dengan seseorang yang tegas dan tidak bisa diganggu gugat. Dan hujan juga yang mempertemukan mereka yang sekarang semakin dekat. Hujan awal agustus tepat pada hari u...