💐💐💐
A bit different,
But who cares? I would do anything
To make us have something
In common
...
Dimas saputraRoysaputra ~
PDKT. Pendekatan.
Yang namanya PDKT pasti perlu usaha dan pengorbanan. Gue percaya hal itu, nggak ada tuh yang namanya cinta tanpa usaha. Gue sendiri berusaha banget, banget, banget ketika melakukan pendekatan ke cewek.
Hasilnya? Dari lima belas kali menyatakan cinta, belum ada satu pun yang kembali ke gue dengan respons sama.
Dan siklus itu kembali berulang saat gue ketemu Gina, cewek penggila boyband korea. Iya, dia maniak Super Junior atau yang biasa disingkat SuJu.
Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Daripada iseng nggak ada kerjaan di kamar kos, gue memutuskan untuk menyalakan laptop--mencolokkan modem, membuka YouTube, dan mencari tahu lebih banyak tentang Super Junior.
Tombol enter gue tekan dan beberapa video klip andalan mereka langsung muncul. Mata gue langsung mencari "Bonamana" yang ternyata sudah dilihat oleh 44 juta orang. Buset.
Nggak mau pusing, gue jadi asyik menelusuri video klip mereka lainnya di kolom related videos. Dari sanalah gue menemukan videk mereka yang paling penting. Video iklan SuJu yang akan datang ke Indonesia bulan depan! Dan tiketnya bisa dibeli mulai besok!
Dengan semangat yang datang entah dari mana, gue merasa harus membelikan tiket SuJu untuk Gina. Gue meninju udara. Gue harus dapet tiketnya!
Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, tapi antrean tiket sudah mengular. Pagi ini, gue sengaja memecahkan celengan ayam gue demi dua lembar tiket nonton SuJu. Gue melewatkan sarapan untuk ongkos ke tempat membeli karcis ini. Gue bolos kuliah pagi demi bisa mengantre tiket lebih awal.
Pendekatan memang butuh usaha dan pengorbanan. Gue hanya bisa mengelus dada.
Setelah penantian panjang, akhirnya loket dibuka. Bukannya makin tenang, hal ini justru membuat keadaan makin ricuh. Singkatnya, terjadi sandwich manusia hampir di setiap bagian antrean. Dorongan makin kuat, tangan-tangan merajalela. Tudingan-tudingan setengah fitnah mulai berkumandang.
"Woy, Mas. Jangan nyelak dong!" teriak seorang pria ke gue
"Tadi berdirinya di mana?!"
"Di hatimu."
Akal bulus mulai bergerilya. Antrean mulai maju sangat perlahan. Satu per satu dilayani di loket. Gue mengelap peluh yang mulai bercucuran di jidat. Usaha untuk Gina ini mulai terasa sangat susah. Namun, wajah cantiknya mengingatkan gue untuk nggak menyerah.
Dua jam berlalu, dan antrean di depan gue tinggal tiga orang. Akhirnya! Gue udah nggak sabar ingin nonton berduaan dengan Gina, si Bonamana.
Ingin memberi kabar baik, gue mengeluarkan ponsel dari saku untuk meng-SMS Gina. Tapi, yang namanya perjuangan memang selalu ada halangannya. Ketika loket sudah terasa begitu dekat, ketika itulah ponsel gue jatuh, tersenggol tubuh-tubuh yang berdesakan.
Gue segera berjongkok untuk mencari ponsel yang jatuh. Posisi jongkok begini malah membuat gue semakin terjepit.
"Aduh, Pak, bisa permisi dikit?" Sebuah dengkul menghantam kepala gue.
"Tolong kakinya digeser dikit, Om. Aaaaaaw!" Tangan gue terinjak seorang pria yang dengan kasualnya memakai sepatu bot.
"Mbak, permisi..." PLAK! "Saya mau ambil ponsel saya, bukan mau ngelihat celana dalam situ kok. Tapi, ya sudahlah..."
Setelah ponsel berhasil di tangan, gue menyadari gue sudah tersalio dua puluh orang. Dua puluh orang yang berarti satu jam lagi berdiri dalam antrean. Oh, God. Gue hanya bisa mengelus dada.
Beberapa jam yang penuh elusan dada kemudian, gue akhirnya sampai di depan loket. Dengan keringat bercucuran, gue melakukan transaksi.
"Beli berapa tiket, Mas?" tanya si penjaga loket.
"Dua!" jawab gue yakin, seyakin pelajar di iklan Yakult.
Setelah mencetak tiket sesuai pesanan, penjaga loket menyebutkan berapa yang harus gue bayar. Ketika merogoh kantong, gue menyadari benda yang seharusnya ada disana sudah raib.
Dengan khusyuk gue berteriak, "Copeeeeeet!"
***
Next #Bonamana 2
From Digital Love : from cheat to chat
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Destiny : Random Story
Historia CortaYa, Takdir memang sedikit lucu atau bahkan aneh, karena kenyataannya membuat lidahku kaku dan tenggorokanku tiba-tiba mengering, sehingga yang ku perbuat hanya memainkan jari-jari lentikku diatas papan qwerty dengan bahasa yang agak rancu. namun ter...