Aku menatap langit senja ini sendirian, menatap ombak yang bergulung-gulung, dan menatap matahari yang ingin terbenam diujung sana. Aku memenjamkan mata sejenak, mendengarkan suara debur ombak yang membuatku teringat sesuatu. Tak kusangka air mataku telah jatuh ke ujung pipiku. Ya, aku menangis.
“kenapa kamu mengajakku kesini?” tanyaku pelan dalam keheningan batinku
Aku mengusap pelan air mataku dengan kedua tanganku, lalu kembali menatap langit yang berwarna jingga itu.
“Bunda, kenapa kau pergi? Aku membutuhkanmu Bunda” kataku, nyaris tak terdengar.
Tiba-tiba, seseorang menepuk pelan pundakku. Aku menoleh kebelakang, melihat sosok tinggi itu.
“kak Steven?” kemudian aku memalingkan pandangan, berharap dia tak melihat bekas air mataku dan wajahku yang muram. Ia duduk disampingku dan mengikutiku menatap langit senja.
“jangan menyendiri seperti ini Anna, biarkanlah semuanya berlalu seiring berjalannya waktu”
“kenapa kamu mengajakku kesini kak?” aku menatap wajah kak Steven “ini hanya membuatku sedih”
“aku hanya ingin membuatmu tegar menghadapi semua ini. Kamu harus melawan kesedihanmu ini, kaka sering melihatmu murung dirumah hanya menyendiri.”
“semenjak kepergian Bunda, aku merasa tak punya siapa-siapa lagi. Semenjak kepergian Ayah, kak Steven jadi sibuk menjadi tulang punggung keluarga. Untungnya ada Bunda yang selalu menemaniku dirumah, namun kini Bunda sudah pergi. Aku merasa kesepian kak” kataku tertunduk, mencoba menyembunyikan butiran air mataku yang sudah membendung di ujung mataku
“maaf” kata kak Steven datar
“kenapa? Kenapa gak kakak aja yang terseret ombak dipantai ini? Kenapa harus Bunda? Kenapa harus Bunda yang menolong kakak hingga dia tak pedulikan nyawanya lagi? Kenapa? Atau kenapa gak aku saja yang pergi” tangisku memecah
“mungkin kakak gak bisa jadi seperti Bunda. Mungkin kakak gak bisa seperti yang kamu pinta. Tapi Anna, kakak punya rasa cinta dan sayang yang sama besar seperti Bunda”
“Lalu kenapa kakak begitu sibuk, bahkan jarang menyempatkan waktu untuk sebentar saja bersamaku?”
“itu karna aku sayang sama kamu Anna, aku gak mau membiarkan kamu nantinya menjadi terlantar. Kakak berkerja untuk kamu, untuk pendidikan kamu, untuk kehidupan kamu, semuanya untuk kamu”
Aku terdiam mendengar perkataan kak Steven, aku mengaku aku salah.
“dan sekarang aku disini Anna, untukmu” kak Steven menggenggam tanganku erat “dipantai ini kakak berjanji, akan selalu ada untukmu apapun kondisinya”