"Aku tidak memiliki kekasih."
Aku menyesal. Seandainya saja saat itu aku tidak memintanya untuk datang.
Air mataku menetes. Kumatikan televise dihadapanku, merasa tak sanggup untuk terus menontonnya. Ini menyakitkan! Seperti saat seseorang merisak hidupku, perkataannya memiliki efek yang sama seperti itu.
"Eomma, na kkanda." Aku beranjak dari tempatku, meraih tas punggungku, dan ketika akan membuka pintu, ibuku menarik tanganku, "berikan ini pada Jungkook," katanya sembari memberikan tas bekal padaku.
"Emm, aku pergi dulu."
|||
"Ini kelihatannya enak. Sampaikan terimakasihku pada ibumu," Jungkook terlihat senang, seperti seorang anak kecil yang begitu polos, senyuman sungguh menyenangkanku. Ibuku memang sering membawakan bekal untuk Jungkook, bukan tanpa alasan, bukan juga karena Jungkook kekasihku. Dulu, saat aku belum lahir, ibuku bilang keluarga Jungkook sering membantunya, dan sekarang setelah keluarga Jungkook bangkrut ibuku merasa bahwa ini adalah saatnya dia membalas kebaikkan keluarga Jungkook di masa lalu.
"Emm, akan kusampaikan," sahutku. Kurebahkan kepalaku di atas meja, dengan menjadikan kedua tanganku yang terlipat sebagai bantalan. Hari ini aku merasa begitu lelah hingga tubuhku terasa enggan untuk bergerak.
"Kau terlihat tak bersemangat, wae? Apa karena perkataan kakakmu di televisi?" pertanyaan Jungkook membuatku bersedih lagi.
"Ini salahku, 'kan?" isakku.
Sama sepertiku, Jungkook merebahkan kepalanya di atas meja, dia menatapku dengan lembut, dan tangan kekarnya merengkuh tubuhku begitu hangat, "kenapa itu menjadi kesalahanmu? Itu kesalahan Soo Jun hyung karena memilih mengatakan itu," katanya.
"Tapi tetap saja, akulah yang membuat ini terjadi, jika saja saat itu aku tidak meminta oppa menemaniku, pastinya dia tidak akan bertemu seorang manager talent, dan..." aku tertegun. Bibir tebal Jungkook menempel sempurna pada bibirku, rasanya begitu lembut, dan hangat. Sungguh membuat tenang. Namun, terasa gila karena di cafeteria ini cukup banyak orang.
"Ini bukan salahmu, Soo Ah. Bahkan meskipun Cha Eun noona menangis karena perkataan Soo Jun hyung, ini tetap bukan salahmu, mengerti?"
Aku berpikir barang sejanak, benar! bukan salahku jika kakakku akan menjadi seorang idol terkenal, bukan salahku juga sampai kakakku mengakui dirinya tidak memiliki kekasih, meskipun kenyataannya kekasihnya menangis tersedu-sedu setelah melihat pengakuannya di televisi. Akan tetapi, apakah ini memang bukan salahku? Sungguh bukan salahku, meskipun ini semua bermula karena aku?
"Kau yakin ini bukan salahku?" tanyaku. Sungguh! Aku ingin mendengar pendapat orang lain tentang kondisiku saat ini.
"Emm. Memangnya apa yang bisa dilakukan manusia jika sudah menyangkut takdir?"
Perkataannya sungguh bijak, sedikit membuatku tenang, Jungkook memang selalu menjadi bijak di saat seperti ini, dan itu membuatku bersyukur memilikinya, meskipun terkadang dia tidak ada untukku di saat aku benar-benar menginginkannya ada di sisiku.
"Soo Ah-ya, apapun yang terjadi antara Soo Jun hyung, dan Cha Eun noona, ingatlah bahwa itu bukan kesalahanmu, mengerti?" dia kembali berujar, sembari membelai lembut kepalaku. Namun, tak lama kemudian, "kurasa aku harus pergi," dia berbisik, wajah manisnya membuatku tersenyum. Kuangkat kepalaku dari atas meja, diikuti dengannya.
"Kalau begitu pergilah, aku tidak mau kau terkena omelan Professor Ahn karena terlambat," sejujurnya aku ingin menahannya, tapi tidak akan bisa kulakukan karena entah dengan alasan apa Jungkook sudah membolos tiga kali di mata kuliah Professor Ahn. Dia akan mendapatkan surat peringatan jika harus membolos lagi.
YOU ARE READING
Your Reason
Fanfiction"Setiap apa yang terjadi di kehidupan ini, pasti memiliki alasan." Jungkook memiliki sebuah alasan sampai menyakiti hati kekasihnya, alasan yang tidak pernah ingin didengarkan oleh kekasihnya itu membuat hubungan keduanya renggang. Apa yang akan ter...