Bab -12-

19.1K 271 0
                                    

Al sadar ia sudah kelewat batas tadi malam. Seharusnya ia bisa lebih sabar dan tidak memperlakukan Evelyn seburuk itu. Hari ini ia berniat meminta maaf pada istrinya, namun Evelyn belum kunjung bangun hingga siang hari.

"Evelyn, bangun."

Berulang kali ia memanggil Evelyn namun wanita itu tak kunjung bangun. Ia hendak mengguncang pelan tubuh istrinya namun ia malah merasakan suhu tubuh Evelyn yang panas. Seketika ia panik dan menelepon dokter untuk datang ke rumahnya. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk untuk kedua kalinya pada Evelyn.

"Sayang, bentar lagi Dokter akan datang. Kamu yang kuat ya."

"Maafin aku, Evelyn. Semua ini karena aku, jangan pergi, Sayang."

Al mengecup kening Evelyn sambil mennggenggam tangannya namun Evelyn tetap tak bangun. Akhirnya dokter datang dan memeriksa keadaan istrinya. Ternyata Evelyn mengalami demam tinggi. Setelah memberikan obat, dokter pamit pulang dan Al mulai merawat Evelyn.

"Evelyn, bangun dulu. Kamu harus minta obat."

Evelyn hanya menggelengkan kepala, ia tak kuat bangun. Tenaganya seakan dikuras habis. Al berusaha mengerti keadaan Evelyn dan membantunya minum obat dalam kondisi berbaring lalu meneguk air minum.

"Kamu harus sehat, Evelyn. Aku sedih lihat kamu sakit dan lemah seperti ini."

Evelyn bisa mendengar ucapan Al yang terdengar begitu tulus dan khawatir padanya, namun ia memilih melanjutkan tidur dan mengabaikan pria itu. Sedangkan Al memutuskan tak berangkat kerja dan menunggu Evelyn.

Beberapa jam kemudian, obat yang diberikan dokter mulai bereaksi sehingga kondisi Evelyn lebih membaik. Ia sudah bisa bergerak dan bangun namun belum punya tenaga untuk jalan.

"Lapar," ucap Evelyn saat merasakan perutnya sakit, ia belum makan dari pagi.

"Tunggu, aku panggil Ifa untuk membawakan makanan ke sini."

Evelyn hanya mengangguk lalu Ifa datang dengan makanan lengkap dan keluar lagi. Al menyuapi Evelyn dengan sabar walaupun wanita itu berkali-kali mengeluhkan makanannya hambar. Padahal bumbu dalam makanannya sesuai porsi biasa, mungkin pengaruh sakit jadi Evelyn tak berselera makan.

"Udah, aku engga kuat makan lagi."

Al berhenti memberikan suapan nasi pada Evelyn karena porsi makannya sudah cukup. Evelyn kembali berbaring sambil menatap Al yang kini mengkompres keningnya dengan kain yang dibasahi air hangat. Al yang sekarang sangat berbeda dengan Al yang tadi malam. Evelyn mengakui bahwa ia lebih menyukai Al yang sekarang.

"Evelyn, aku minta maaf mengenai kejadian tadi malam. Aku udah keterlaluan sama kamu."

Evelyn tahu Al sudah menyadari kesalahannya dan tulus meminta maaf sehingga ia berusaha merendahkan egonya dan memaafkan pria itu.

"Aku sudah memaafkan kamu."

"Makasih, cepat sembuh, Sayang."

Al memeluk Evelyn dengan lembut dan pria itu membalas pelukannya. Andai saja perasaan curiga di hati Evelyn bisa hilang maka ia akan menjadi perempuan paling bahagia di dunia karena memiliki suami sebaik Al.

____________

Berhari-hari sudah berlalu, kini Evelyn dan Al semakin dekat layaknya sepasang suami istri. Evelyn tak lagi ragu untuk bermesraan dengan Al. Ia bahkan mulai mempersiapkan pakaian dan barang-barang Al saat hendak berangkat kerja. Ia mencoba menyukai barang-barangnya dan kembali ke kepribadiannya yang dulu walaupun sulit. Ia tak mau bertengkar lagi dengan Al karena masalah sepele.

"Hari ini kamu pulang cepat ya, aku mau kasih kejutan ke kamu."

Di saat Evelyn tersenyum bahagia, Al malah diam mematung. Tiba-tiba ia teringat akan percakapannya dengan mendiang istrinya dulu sebelum kecelakaan pesawat itu. Mendiang istrinya mengatakan ingin memberinya hadiah dan kejutan namun berakhir dengan tragedi tragis.

"Al, kamu melamunkan apa? Kok diam?"

Al tersadar dari lamunannya saat Evelyn menepuk pelan pundaknya. Ia menatap wanita di depannya yang menatapnya penasaran.

"Engga kok, aku berangkat dulu."

"Oke, hati-hati. Jangan lupa yang aku katakan tadi."

Al tak membalas ucapan Evelyn, ia langsung pergi. Sedangkan Evelyn tampak bahagia saat membayangkan ekspresi Al saat tahu apa kejutannya. Ia sadar bahwa Al sudah sangat baik dan sabar merawatnya selama ini jadi ia harus membalasnya.

____________

Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang