"Arilia, sekarang giliran kamu, coba maju ke depan" seru bu Dewi.
Berjalan melewati puluhan siswa yg sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini bukan hal yg biasa, bahkan di luar kebiasaan. Aku menjadi satu-satunya siswi perempuan yg berada di kelas ini.
"Arilia, coba perkenalkan diri ya mulai dari nama lengkap, asal sekolah, hobi, tempat tinggal, dan ......." (belum selesai bu Dewi berbicara tiba-tiba)
"Nomor hpnya jgn lupa" celetuk salah satu siswa.
"Hhhhuuuuuu dasar" semua siswa bersorak.
Perkenalan itu berakhir dengan kegaduhan kelas.
****
"Hai, aku Redi Pratama"
"Hai juga"
"Kok kamu bisa masuk ke sekolah ini sih, kan ya ini tuh khusus laki-laki, terus ya nanti itu kamu bakal ngerasa ga betah soalnya ya......"
"Sorry, aku harus pergi"
"Buset dahh, ni anak sombong amat. Omongan gue ga didengerin"
"Kenapa sih, baru hari pertama udah marah-marah, lagi PMS?" timpal Putra.
"Apa sihhh??????lo sama si Rili sama-sama malesiiinn, mending cabut"
***
Baru 1 minggu namun rasanya seperti 1 tahun bahkan 10 tahun aaahhhh hari ini rasanya malas sekali berangkat ke sekolah. Mungkin benar kata Redi, aku bakal ga betah, aahhh buang jauh-jauh kata ga betah. Sudahlah aku harus segera berangkat.
"Gimana betah ga? Ada yg jahatin atau ledekin ga? Pada baik-baik kan temennya?" tanya bunda yg penasaran mendengar jawabanku.
"Betah ga betah bund, ya kan baru 1 minggu jd aku belum punya temen bund"
"Tenang, masih tahap adaptasi. Ga apa-apa ko, nanti juga bakalan punya temen bahkan.......hhhhmm"
"Ahiw ahiw anak ayah udah gede ternyata"
"Apa sih yahhh, aneh deh"
"Aneh-aneh tp suka"
"Loh ko jadi suka? Suka siapa? Aku ga ngerti maksud ayah"
"Kamu ga usah ngerti, nanti jg dia ngertiin kamu"
"Udah-udah ih, ayah sama anak makin ngaco. Rili sayang ayo berangkat, nanti kesiangan"
"Siap ibu komandan, laksanakan"
Suasana seperti inilah yg selalu menjadi penyemangatku.
****
Dua minggu berlalu, akhirnya aku bisa melewati ini semua, satu persatu mereka mulai mendekatiku. Ya, mereka mau menjadi temanku, aaahh bahagia rasanya. Seperti terbang di atas awan. Namun, tidak dengan dia, ya dia, satu-satunya siswa yg mungkin enggan atau alergi mendekatiku. Ahh sudahlah rasanya saat ini tak penting untuk bahas dia.
"Ril, nanti lo ikut kita-kita ya" ucap Rian.
"Emang kalian mau pergi ke mana"
"Entar jg tau"
"Engga ah, aku udah ada janji sama Wisnu, Adi, kita mau ngerjain tugas yg harus....."
"Yang harus dikumpulin minggu depan, kalau engga nanti bakal dijemur atau keliling lapangan"timpal Putra.
"Aril, aril lo itu ya anak paling rajinn bangettt ya, tapi please dong kali ini lo ikut kita-kita. Lagi pula cuma keliling lapangan doang, alahh masalah gampang itu mah. Lo tinggal pura-pura pingsan, udah gitu dibawa ke UKS. Selamett deh dari hukuman. Gimana pinter kan gue?"
"Rian emang paliinggg jago,"
"Jago cariiii alesann!!" Sambungnya.
"Engga ah, aku gak mau, lagi pula kasian Wisnu sama Adi"
"Aril, aril lo emang keras kepala ya, yaudah terserahh. Yu, cabut. Ga usah urusin orang yang gatau terima kasih"
***
Setelah kejadian itu, Rian, Putra dan beberapa teman yg lainnya mulai menjauhi Arilia. Bahkan Wisnu dan Adi juga ikut menjauhinya. Ya, lagi-lagi karena takut dengan ancaman Rian.
Ini seperti dejavu, kejadian pertama kali akhirnya terulang kembali. Aaarrrgghhh, aku benci keadaan ini, aku benci mereka yg hanya datang lalu pergi. Arghhh, andai waktu itu aku ikut dengan mereka, andai dan aku hanya berandai-andai. "Aaaaarrgggghhhhh, kaliann!!!!!" aku tak sadar berteriak di tengah lamunanku.
"Aril, kamu kenapa?" tanya bu Dewi.
"Aril lagi stress bu," timpal Rian.
"Ga apa-apa bu, saya izin ke belakang ya bu"
"Silahkan Ril"
"Rian, kamu ga boleh gitu. Ga sopan, apalagi kamu bilang Arilia stress. Apa-apaan sih kamu ini?"
"Maaf bu, saya cuma bercanda"
"Itu bukan bercanda Rian"
"Iya, ya, ya bu, maaf, saya izin ke belakang ya bu"
Bu Dewi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Rian.
***
Hari ini ada praktik di luar sekolah, setiap kelompok harus membuat laporan. Lagi-lagi, Arilia satu kelompok dengan Rian, Redi dan dia, ya siswa misterius yg membuat Arilia mulai jatuh hati. Entah sejak kapan, yg pasti dia yg bisa membuat Arilia selalu ingin tahu tentang siswa tersebut.Sedari tadi, Arilia diam diam memperhatikan siswa tersebut. Dari mulai tatapan matanya dan setiap pergerakannya benar benar ia perhatikan. Entah kenapa.
Tiba tiba saat Arilia sedang menatap matanya, dia yang sedang di perhatikan menatap Arilia. Sontak, hal itu membuat Arilia salah tingkah. Kini, pipinya semerah tomat.
Sebisa mungkin, Arilia terlihat normal. Sulit memang. Tapi, ya ini dilakukan untuk menahan malunya itu.
Kemudian, sosok dia itu kembali menatap bahan praktiknya. Arilia menghembuskan napas lega. Tiba-tiba, ada yang menyenggol lengan arilia.
"Heh! Ngelamun aja! Ngelamunin apaan sih??" Tanya Rian.
Arilia terkejut,"Apaan sih! Ngagetin aja!"
"Liatin siapa?" Tanya Rian.
Seketika, Arilia pipinya semeriah tomat,"Eh! Apaan sih!"
"Ciee salting nih yee!!! Liatin itu ya?" Tanya Rian sembari menunjuk ke arah yang di tuju.
"Siapa?"
"Itu tuh! Yang sekelompok sama Redi!" Kata Rian.
Kini pipi Arilia benar benar semerah tomat, mati deh! Batin Arilia.
"Ih kok pipinya merah gitu? Bener yaa? Ciee!!" Ejek Rian.
"Ih enggak! Sok tau!" Elak Arilia.
Rian tertawa,"Gini gini deh, sebagai teman yang baik gue kasih tau walau lo bilang gak mau tau sih. Tapi, gue tau kok. Di lubuk hati yang paling dalam, lo pasti penasaran kan?" Goda Rian.
"Gak usah! Makasih!" Jawab Arilia judes.
"Haha! Namanya itu, Akhdan. Dia cuek dingin gitu orangnya," kata Rian.
Arilia hanya ber-oh riang," Katanya gak tertarik tapi oh. Gimana sih?" Goda Rian.
"Ih! Salah emang?"
"Enggak sih, tapi yaudah lah gak papa!"
"Selamat menikmati pengisi hati baru!" Ejek Rian.Kemudian, Rian pun pergi karena kelas praktik pun sudah selesai. Saat Arilia membereskan peralatan praktik, tiba tiba, sosok dia menghampiri.
"Arilia?" Tanyanya.
"Hah? Eh?"
***
Kolaborasi Nndapkh
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang
Teen FictionKamu tak akan merasa kehilangan jika belum merasakan Kolaborasi with @nnapkh