An oneshot Fanfiction
Aku melihatnya lagi hari ini.
Memilih untuk duduk di sebuah sudut café minimalis yang berhadapan dengan sebuah minimarket 24 jam, secangkir kopi yang telah tandas bersama satu iris bolu kopi yang belum ia sentuh sama sekali selama tiga jam lamanya. Fokusnya masih tetap sama, pada seorang gadis remaja cantik yang sedang bekerja paruh waktu di minimarket.
Sudah lebih 20 menit dari jam yang seharusnya shift gadis itu berakhir, sayangnya rekan kerja nya itu belum tiba untuk menggantikannya. Padahal sudah pukul setengah 12 malam, dan gadis itu masih tetap harus mempersiapkan diri untuk sekolah besok.
Raut wajahnya tetap ramah, tersenyum seperti biasa pada setiap pelanggan yang datang di minimarket tersebut. Tapi pemuda itu tahu, gadis musim semi itu tengah memikirkan tes sejarahnya besok. Dia belum belajar sama sekali.
Wajah itu kembali resah ketika pelanggan terakhir telah keluar dari minimarket, hingga tersisa dirinya yang sendiri untuk melamunkan kekhawatirannya. Pemuda itu beranjak, mendekati pemilik café yang tengah membersihkan gelas dengan kain linen putih. Pria tua itu tersenyum ketika menatap pelanggan terakhirnya itu.
"Seperti biasa, Uchiha-sama?" Mata sayu pria tua itu beralih pada piring berisi bolu kopi yang pria itu—Uchiha Sasuke bawa di tangan kirinya. Pria tua itu, Sarutobi, bergerak untuk mengambil sebuah kotak kecil akan tetapi terhenti ketika Sasuke kembali berucap.
"Satu Castella."
Gerakan Sarutobi sementara terhenti, kemudian beralih untuk mengambil sebuah kotak berukuran sedang dan memasukan satu tambahan kue lain.
"Tolong jaga café untuk saya sebentar, Uchiha-sama." Pria tua itu berlalu, dengan sebuah kotak berukuran sedang di tangannya. Iris hitam Sasuke bergulir, menatap Sarutobi yang melintasi jalan dan membuka pintu minimarket. Menyapa pada gadis musim semi yang tengah gundah itu.
Senyumnya merekah ketika kotak itu beralih pada tangan kecil sang gadis, menerima sebuah pemberian dari pemilik café tentu sangat mengejutkannya. Sarutobi tersenyum sopan dan segera beranjak dari sana. Begitu pula dengan Sasuke.
"Haruno-san mengucapkan terimakasih." Pria tua itu berucap sebelum memasuki café kemudian mengubah papan 'buka' di pintu café menjadi 'tutup'. Sasuke mengamati gadis musim semi itu kembali dari sudut yang tak terlihat.
Derap langkah seseorang mengisi hening malam, sosok rekan kerja gadis itu berseru dari depan minimarket sambil bernapas terengah.
"Sakuraaa! Gomen, Aku baru saja mengantar temanku yang melahirkan!" Kedua telapak tangan itu mengatup di depan wajahnya, berusaha mengeluarkan ekspresi yang terlihat menyesal dan membuat gadis bernama Sakura yang semula resah berubah khawatir.
"Eh, lalu bagaimana dengan temanmu itu, Ginko-chan?"
Suara kedua wanita itu mengisi hening malam yang kosong, kemudian berhenti ketika sosok bernama Ginko segera menuju ruang ganti untuk memulai shift nya. Sasuke beralih mengamati dari sisi samping café, berusaha untuk tidak terlihat namun tetap bisa mengamati gadis itu.
Sakura kini berdiri di depan café, setelah mengucapkan salam perpisahan pada temannya gadis itu kini kembali merenung sambil menatap kotak berisi kue tadi di tangan. Kemudian pada arloji di tangan kirinya. Kereta terakhir sudah habis, sekarang gadis itu menghadapi kesulitan lain.
Gadis itu terlihat menimbang, dan Sasuke tidak menginginkan sebuah pilihan terakhir di otaknya itu menjadi pilihan Sakura untuk menetapkan bagaimana cara ia dapat pulang ke flat-nya. Jarak tempat kerja dengan tempat tinggalnya hampir 45 menit lamanya, dan ini sudah pukul 12 malam.
YOU ARE READING
stalk-her
Romance[COMPLETE] A SASUSAKU ONESHOT Mengikuti setiap apa yang dia lakukan menjadi sebuah kebutuhan. Aku berharap suatu hari dia menyadari apa yang Aku rasakan. Tidak cukup hanya menjadi seorang pengagum rahasia, profesi dokter sekaligus guru menjadi tempa...