The White knight

24 4 5
                                    

"Fri(end)"


Youknowwhoiam378, ID itu sangat tidak asing tentu saja, dia bisa dibilang teman di balik layar monitorku, dunia digital yang sudah aku kenal sejak aku menginjak kelas 4 sekolah dasar. Dia ingin dipanggil Nite dan aku sebenarnya tak pernah tahu nama aslinya. Awalnya dia memang benar-benar bangsat :) sering mengirim link berdalih video kucing yang ternyata video 19+ berwarna serta bersuara nyaring yang super autentik dan bahkan mampu merusak kornea mata di balik kacamataku dalam beberapa detik.

Atau beberapa foto boobs yang terlihat sedikit... seperti squisy tahu bulat, versi menjijikannya. Karena sering diajak party games, lembur bareng sampai 4 pagi karna insomniaku sebenarnya, berisik bareng saat party ngalahin bos, jahilin temen segrup bareng sampai dia keluar dari grup karna kita yg rese ini, kita jadi dekat selama 5 tahun terakhir.

Kita sudah berjanji untuk tidak mengusik dunia nyata masing-masing sebenarnya, but what the heck.

Nite : gimana kalo lu sama gw share foto masing-masing? Anjir 7 tahun dah kenal ga pernah liat sama lobang idung lo.

E-mail ini benar-benar sebuah lelucon.

E-mail singkat dengan bahasa yang sangat aku kenal pasti. Dan ya, dia minta fotoku. FOTOKU.

Vio : hei, lupa dengan janji kita? Kalo berani lo duluan yg ngasih foto ID penduduk lo, sama foto lo sekarang!

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengirim e-mail itu. Sedikit takut kalau-kalau dia mengajakku bertemu di suatu tempat, karna bersosialisasi secara langsung bukan keahlianku, bertemu hanya akan membuat pertemanan kita hancur dalam beberapa detik! Dan Nite yang aku bayangkan hanyalah sosok laki-laki tampan dingin yang suka wanita cantik--siapa sih yang tidak suka wanita cantik? Dia tak tahu kalau temannya yang sudah lebih dari 5 tahun ia kenal adalah seorang jalang jelek miskin yang tak tahu cara belajar dengan benar dan bahkan tata cara berbicara di depan orang lain.

Berusaha berbicara di depan orang membuat lidahku kram.

Teng teng teng

Bel tanda dimulainya kelas baru saja berbunyi, Luna melirik ke arahku dan melemparkan sejumput senyum dari bangkunya yg ada di luar jangkauan tanganku--kursi paling tengah dan sangat mencolok di antara yang lain. Aku harus menahan rasa penasaran ini sampai waktu makan siang nanti, sangat menyebalkan.

Setelah bersusah payah bertahan hidup di suasana sekolah yang benar-benar mencekik, bel makan siang berbunyi bagai lonceng surga di alam sana, dan tentu saja waktunya makan siang bersama Luna seperti biasa.

"Mau ayam lun?" Ucapku menawarkan

"Tentu saja! Aku budak ayam, chickeennn i'm cominggg", suara nyaring perempuan ini sedikit membuat para laki-laki itu tersenyum karena keimutannya, tak heran. Tak tanggung-tanggung, Luna bahkan mengambil 2 ayam potongan besar bahkan tanpa sayuran, hanya saos yang menutupi salah satu sisi nampan yang masih tersisa.

"Haha, terserah kau saja. Kau benar-benar tak suka sayur ya?"

"Sayur itu rasanya seperti rumput yang direbus dan diberi garam, tak ada enaknya sama sekali." Ucapnya sambil memanyunkan bibir merah muda itu.

Kami mengambil tempat duduk yang sedikit terasing dari orang-orang, tempat favorit kami, tidak, favoritku.

"Yaa, waktunya makan!"

Luna mengambil ayam itu dan membuka mulutnya lebar-lebar, beberapa perempuan sedikit menunjukkan wajah sebalnya, iri karena dengan makanan sebanyak itu hampir tak ada lemak yang menumpuk dibalik kulitnya.

Drrttt

E-mailnya!

Buru-buru aku mengecek handphone di saku jas sekolah ini, dan ya. Nite membalas e-mailnya,

Waw, dia benar-benar menunjukkan fotonya, dan ID nya.

My Lord.

Aku melihat foto laki-laki cubby gendut dengan senyum yang sangat lugu--awkward, kaos baseball yang terlihat sedikit sempit, menempel di kulitnya, dan lipatan di perutnya serta doublechin terlihat jelas di foto itu. Dia benar-benar tidak seperti Nite yang aku bayangkan! Reflek saja, aku tersenyum, terkekeh selirih mungkin karena foto imut yang baru saja Nite kirimkan kepadaku.

"Hei, vi. Kenapa? Apa aku terlihat konyol?" Tanya Luna dengan muka yang terlihat sedikit tegang.

"Ah--tidak My God. No, it's just my friend."

"Yak, simpan telponmu saat makan, kau lupa perjanjian kita?"

"Ah, iya, maafkan hamba tuanku.." ucapku dengan sedikit smirk terlempar ke arahnya

"Hei! Kau mengejekku?!! Awas kau!"

"Hahaha, tidak-tidak hahaha."

Sepertinya, Nite dan aku akan menjadi teman dekat selamanya. Tunggu dulu,

Nite : aku sudah mengirimnya, sekarang giliranmu!

Aku lupa, sial. Aku harus benar-benar mengirim fotoku padanya? Dia mungkin terlihat gendut dengan pipi chubby itu, tapi kenyatannya dia tampan. Tidak sepertiku yang memang terlahir dengan wajah buruk rupa. Aku benar-benar tak ingin memperlihatkan muka jelekku padanya.

"Vi, fotokan aku sebentar, ini ayam terbesar yang pernah aku lihat." Ucap Luna sambil bersiap berpose dengan ayam di nampannya.

"Ah, iya, sebentar."

"Sudah? Cepatlah."

"Okey, satu... dua... tiga..."

Cekrek

"Sini lihat fotoku," ucapnya sambil berusaha meraih handphoneku.

"Untuk apa? Kau selalu terlihat cantik lun, hahaha."

"Dasar," dia tersenyum dengan manisnya. Dan ya, aku menyadari sesuatu, untuk apa aku mengirimkan foto wajahku yang menjijikan ini padanya?

Tak akan ada yang tahu.

Hal ini terbersit begitu saja di kepalaku. Tetapi, ini bukan ide yang buruk.

Maaf, aku tak bisa membiarkan dia melihat wajah jelekku.

Aku memutuskan untuk mengirim foto Luna pada Nite, setidaknya dia tak akan tahu kan? Maaf Lun, aku pinjam wajahmu sebentar.

Fun(eral)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang