Prolog

36 17 1
                                    

 Hari pertama sekolah yang tidak sesuai dengan ekspektasi, keadaan yang sangat berbanding terbalik dengan realita. Seorang gadis berlarian di koridor kelas yang sepi. Ya, dia terlambat.
      
"Permisi Pak, maaf saya terlambat." Ucapnya.

"Akhirnya kamu datang, Bu Sasa ini murid barunya." Sang pemilik nama menoleh.
     
"Aah, akhirnya kamu datang. Ayo kekelas, Ibu sudah lama menunggumu." Ajak Bu Sasa.

"Baik bu." Jawab gadis yang terlambat seadanya.

"Kamu pindahan dari New York?" Bu Sasa menekan angka 2 pada tombol lift.

Ya, sekolah ini memang sekolah golongan kelas atas. Bahkan sekolah gadis pindahan yang di New York tidak semewah sekolah barunya ini.
     
"Ah, iya bu. Saya pindahan dari New York." Jawab gadis itu.

Setelah itu, topik tidak berlanjut. Hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang berlabel XI IPA1.

                                   >••<

Brukkkkk...

"Aduhh." Ringis seorang gadis.

"Woy, kalo jalan liat liat dong. Nih baju gue kotor!" Murka seorang lelaki.
     
"Loh bukannya lo yang ga liat-liat ya? Lo yang nabrak gue. Harusnya gue yang marah ke lo, bukan lo yang marah ke gue. Gimana sih?!" Sewot gadis yang terjatuh.

Oh ayolah, ini sangat berbanding terbalik dengan ekspektasi.

Keadaan kantin yang sepi mendadak berubah drastis. Semua pasang mata menatap dua orang yang sedang beradu mulut. Bahkan ada yang mengerubungi mereka berdua.

"Kok gue? Ya lo lah. Enak aja gue yang minta maaf, ogah banget." Balas lelaki itu.
   
"Eh lo ya, gatau diri banget. Lo yang nabrak gue, seharusnya lo yang minta maaf bukan gue!" Ucap gadis itu tak mau kalah.
     
"Udahlah, lupain aja. Ayo ke kelas." Lerai seorang gadis.
     
"Enak aja, ga bisa gitu dong. Lo harus tanggung jawab. Ganti minuman sama baju gue!" Balas lelaki itu tak terima.
     
"Nih, gausah kembali" Ucap gadis yang terjatuh sambil memberikan sejumlah uang.

Dua gadis itu pergi meninggalkan keramaian yang tercipta di kantin tadi. Dan juga meninggalkan lelaki itu.

                                     >••<

"Apa yang kamu suka?" tanya seorang anak laki laki dengan mata bulan sabitnya.

"Eumm.. Aku menyukai itu." Menunjuk sebuah pohon sakura yang berguguran.
     
"Aa hujan bunga. Kamu benar, itu sangat indah." Sahut bocah laki-laki.
     
"bagaimana denganmu? Apa kamu juga menyukai hujan bunga?" Tanya seorang gadis kecil.
      
"Aku tidak menyukainya." Jawab spontan anak laki laki itu.
      
"Haa? Kenapa?" bingung sang gadis.
      
"Aku menyukai hal lain. Hal yang menurut aku sangat-sangat berharga." jawabnya dengan mata berbinar.
      
"Benarkah? Apa aku boleh tau apa hal yang menurutmu sangat berharga itu?" Antusias sang gadis kecil.
      
"Boleh, tapi kamu harus janji". Tawarnya.
     
"Janji?" Bingung gadis itu.
     
"Ya, apa kamu mau berjanji kepada ku? Janji kamu nggak akan pergi dari aku." mengulurkan jari kelingkingnya.
      
"Janji!" Sepakat sang gadis menyambut jari kelingking sang anak laki laki.

                                     >••<

By : Naa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake or Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang