SATU •Bekal•

25 8 1
                                    

[ Author Pov]

Bandung, 21 Maret 2016.

Rilli sibuk membuka tiap lembaran novel yang ia baca. Novel pemberian Ayahnya sewaktu ulang tahunnya yang ke 14 tahun, bulan kemarin. Ia terkesan memiliki ciri khas yang dingin, sopan, ramah, dan TIDAK SUKA dengan orang yang sangat suka melanggar peraturan sekolah.

" Gak ke kantin, Ril? " sontak Rilli mendongakkan kepalanya ke atas, melihat seorang perempuan dengan kacamata cokelat. Lalu, ia menggeleng.

" Aku ke kantin ya, " lalu perempuan itu langsung ngacir ke luar kelas sambil mengayunkan kakinya.

Rilli kembali lagi menatap novel ungunya itu, membaca dengan intens tiap kata per kalimat. Dan mulai memahami isi dari novel tersebut.

Rilli tidak suka membaca novel bergenre romance, seperti yang banyak dibaca oleh remaja jaman sekarang. Ia terlebih suka pada novel karya Tere Liye, Andrea Hirata, dan lain lain, karena novel yang diciptakan oleh penulis tersebut banyak mengandung pelajaran hidup.

Seperti sekarang ini, ia sangat fokus membaca novel Laskar Pelangi, rilisan oleh Andrea Hirata. Kisah beberapa anak Belitong yang bersekolah disekolah sederhana, dengan kelas yang berdindingkan papan, dan merupakan sekolah yang berada di desa terpencil. Berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya.

Tetapi, itu tidak menjadi halangan untuk anak-anak dari kampung tersebut. Contohnya Ikal, salah satu pemeran dalam kisah tersebut. Walaupun ia bersekolah di sekolah yang berdinding papan tersebut, ia mendapat beasiswa di Prancis.

Setelah membaca berpuluhan lembar cerita, Rilli mulai menutup novelnya, dan mengambil bekal di dalam lacinya.

Tap tap tap...

Lacinya kosong! Ia meraba-raba ke laci yang paling dalam. Sesekali ia menundukkan kepalanya ke bawah agar rata dengan laci, sehingga ia mudah untuk melihat.

" Kok nggak ada ya, " gumamnya.

" Cari apa? " tanya seorang laki-laki yang duduk dipojok belakang.

" Bekal. " Rilli menjawab singkat. Tidak ingin berlama-lama. Ia tidak suka jika harus berbasa-basi. Bahasa inggrisnya, ttp or to the point.

Laki-laki yang bernama Kheytar Zentara tersebut hanya ber-oh ria. Lalu menuju ke bangku yang diduduki Rilli.

" Warnanya? " tanya Khey lagi sambil memasang wajah datar.

" Ungu. "

" Lo kenapa suka warna ungu? "

" Terserah aku dong. "

" Yaudah. "

Lalu, Khey berjalan menuju pintu kelas dan akhirnya tak terlihat lagi. Rilli hanya menggelengkan kepala. Lalu kembali mencari bekalnya.

Namun, ia berhenti sejenak karena mendengar pengumuman yang disiarkan oleh kepala sekolah.

" DI RUANG BK, TERDAPAT BEKAL BERWARNA UNGU YANG MASIH BANYAK  ISINYA, YANG MERASA KEHILANGAN SILAHKAN MENEMUI SAYA DI RUANG BK. TERIMA KASIH. "

Karena ia merasa tupperware nya berwarna ungu, ia langsung berlari kecil menuju ruang BK, tempat dimana bekalnya berada, pikirnya.

Setelah sampai, ia mengetuk pintu ruangan tersebut dan mendapati kepala sekolah sedang berbincang dengan laki-laki yang mengajaknya mengobrol singkat tadi, Kheytar.

" Masuk! " perintah Bu Erin dari dalam ruangan. Rilli bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut dan duduk dikursi tamu yang disediakan untuk siswa yang mengalami masalah, atau merasa terpanggil.

K H E Y R I L LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang