29. PUDAR

1.4K 155 8
                                    


Author Note : Vote sebelum membaca ya ❤ Belajar menghargai karya orang lain dengan memberikan komentarnya juga😳

Maaf, part ini mengandung kata-kata kasar. Mohon untuk bijak menyikapi dan jangan ditiru.




29.

Perbuatannya tempo hari hampir berakibat fatal untuk Kak Ani. Kalau saja tidak menjelang ujian nasional, ia pasti sudah ditendang bebas dari SMA Pertiwi. Mengingat hampir semua sekolah tidak menerima siswa pindahan untuk kelas dua belas dibeberapa bulan mendekati ujian nasional. Hal itu disampaikan langsung oleh kepala sekolah saat keluarga kami dipertemukan. Sebenarnya bisa saja kalau aku ingin membalas perbuatannya, tinggal menuruti keinginan ibu untuk menuntut ke pengadilan, tapi aku masih punya hati. Aku tidak mau jadi penghambat mimpi seseorang untuk lulus dan punya momen bahagia di masa SMA-nya. Sekali pun aku tak suka dia.

"Ya elah, elu mah terlalu baik, Tar. Gue jadi elo udah gue laporin tuh anak ke polisi. Itu kasus pembullyan, hampir aja lo kenapa-kenapa gara-gara dia."

"Iya, nona, batul itu Bagas pung bicara. Kalo sa jadi kau, sa sudah laporkan itu Kaka Ani ke polisi," timpal Obi.

"Ribet deh lo berdua. Itu cepet dikerjain tugasnya nanti dimarahin lo sama Bu Rohimah. Mau, lo berdua nggak lulus ujian agama?"

Tak kuhiraukan mereka berdua mengoceh sambil menyalin tugas dari buku Siti. Kukeluarkan ponsel dari dalam tas, menyalakan koneksi datanya. Saat itu juga sederet pesan masuk di aplikasi whatsappsku. Rata-rata dari Kak Linggar yang menanyakan kabarku.

Dek, gimana pengukuhannya lancar?

Kamu nggak sakit kan, Dek?

Ya udah, mungkin kamu capek. Istirahat yang banyak.

18.24. PM

Mungkin itu beberapa pesan yang Kak Linggar kirimkan padaku sejak kemarin. Tak ada satu pun yang kubalas, begitu pun dengan panggilannya. Aku tidak mau bicara sampai dia pulang besok. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan dengannya. Tentang kenapa dia tega membohongiku.

Kamu kenapa? Marah ya? Memangnya Kakak ada salah apa?

Kalau Kakak salah, Kakak minta maaf. Tapi tolong angkat teleponnya, Kakak mau mastiin kamu baik-baik aja.

07.30 AM.

Aku mendelik, mematikan ponselku sebelum dia menelepon lagi. Lucu, dia bertanya salah dia apa? Harusnya dia punya jawaban sendiri. Tidak mungkin aku marah kalau tak ada sebabnya. Memangnya aku orang gila?

Pelajaran pertama diisi oleh Bu Rohimah. Sepanjang pelajaran, aku tak bisa fokus. Rasanya sulit sekali memahami setiap penjelasan yang Bu Rohmah berikan. Seperti otakku sudah dibuat benteng yang menolak semua pelajaran masuk. Yang ada malah semakin pusing lalu kuputuskan untuk membolos dengan alasan nyeri haid. Ya, itu alasan yang selalu bisa diterima dan aku bisa bebas bermalas-malasan di UKS tanpa takut dimarahi.

Huh, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Saat sumpek-sumpeknya otak belajar dan satu alasan bisa menyelamatkanmu dari pusing yang memekak. Itu suatu kenikmatan yang luar biasa dan hanya bisa dilakukan oleh kaum hawa.

"Sakit apa, Dek?"

Aku melenguh panjang, pura-pura kesakitan di bagian ari-ari.

Dia dan Ilusiku [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang