Sooyi menghela napas panjang, ini adalah panggilan yang kelima namun ibunya tak kunjung menjawab telepon. Bagaimanapun ia harus memberi tahu ibunya mengenai kabar pernikahannya yang akan digelar seminggu lagi. Segala urusan pernikahannya diurus oleh Mirae dan dibantu Sooyi. Ia juga sudah bertemu dengan ayahnya Jimin, Ahn Woohan. Sifat hangat Woohan yang sama dengan sifat Mirae membuatnya berhasil meyakinkan keraguan di hatinya yang sempat berkelana selama beberapa hari setelah permintaan Mirae padanya.
Ia melihat jarum jam masih menunjukkan pukul 13:05, ia masih punya banyak waktu untuk siap-siap. Jimin meminta agar cincin pernikahan mereka, ia yang memilih sendiri karena Jimin punya kriteria khusus dengan segala sesuatu yang akan menempel di tubuhnya, jadilah hari ini mereka yang akan mendatangi toko perhiasannya langsung.
Sooyi menghentikan aktivitasnya yang hendak membuka lemari baju ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia membuka pintu dan tak percaya dengan sosok di hadapannya. Jimin mengetuk pintu dan menghampiri Sooyi itu sepertinya sangat mustahil, namun detik ini menjadi kenyataan. “Ada ap---,”
Jimin menyodorkan kotak berwarna biru tua berukuran medium ke hadapan Sooyi. Sooyi menaikkan sebelah alisnya dan mengambil kotak tersebut. “Apa ini, Pak?” Tanyanya ragu.
“Pakai baju itu.” Jimin pergi begitu saja.
Sooyi mengikuti perintah Jimin, ia memakai dress selutut berwarna biru tua dengan corak berwarna abu-abu muda. Dress ini sangat cocok digunakan Sooyi. Sooyi jadi berpikir bagaimana ia bisa tahu ukuran tubuh Sooyi? Mengingat Jimin bukan sosok yang peduli sekitar.
Beberapa menit kemudian, waktu menunjukkan pukul 14:00, Sooyi segera turun dan berada tepat di samping mobil Jimin. Ini adalah pertama kalinya mereka keluar sebagai pasangan, tentu beberapa media yang haus informasi akan terus mengintai mereka, untuk itulah Jimin memberinya dress cantik dan mahal agar Sooyi semakin cantik karena kemanapun ia pergi, ia akan selalu membawa nama Jimin.
Kecanggungan menyeruak di antara keduanya, ini juga pertama kalinya Sooyi melihat Jimin menyetir. Sepanjang perjalanan, Sooyi hanya melihat ke arah luar jendela. Sampai tibalah mereka di depan toko perhiasan rekomendasi Mirae.
Sooyi memperhatikan rentetan perhiasan yang begitu cantik dan mewah di etalase. Pernikahan adalah sesuatu yang berlebihan baginya. Ditambah lagi menikah dengan Jimin, bagaikan bunga lavender yang tumbuh di dataran sungai dan mekar di musim dingin, tidak mungkin.
Jimin menyuruh Sooyi memilih cincin dan Sooyi menunjuk salah satu cincin yang menurutnya sederhana namun cantik.
“Berapa harganya?” Tanya Jimin ke pelayan.
“Untuk model itu seharga dua puluh lima miliar, Pak, jika ingin diukir deng---,”
“Letakkan,” titah Jimin. Sooyi terkejut dengan apa yang didengarnya. Harga segitu bisa untuk biaya sekolah anaknya nanti bertahun-tahun jadi ia menurut apa yang dititah Jimin.
“Pilihkan yang lebih dari seratus miliar.” Jimin menunjuk pelayan dengan dagunya.
Sooyi lebih terkejut dengan apa yang diucapkan Jimin, “P-pak apa tidak sebaiknya uang itu ditabung?” Jimin sama sekali tak menanggapi ucapan Sooyi, ia memilih mengikuti petunjuk pelayan itu dan Sooyi memilih diam.
“Kami punya koleksi diamond model terbaru. Edisi terbatas dengan harga yang diminta, ada tiga model dan menurut saya, model dengan ukiran bunga aster ini paling cocok untuk anda. Aster melambangkan keanggunan dan kecantikan seperti pasangan anda dan dalam kegelapan, ukiran aster ini dapat memancarkan warna ungu, warnanya kaum bangsawan nan mewah seperti anda,” jelas pelayan.
“Aku setuju,” ucap Jimin sambil menatap Sooyi seakan bertanya dengannya. Sooyi mengangguk ragu.
“Saya minta ukir inisial di dalamnya. Di cincinnya AJ dan di cincin saya AS,” titah Jimin.
Pelayan itu langsung menyelesaikan semua yang diminta Jimin dan mereka berdua segara pulang.***
Janji suci yang telah diikrarkan oleh sepasang insan muda ini menjadi penanda akan perubahan status keduanya. Jimin yang kini bertambah tanggung jawabnya tanpa ia sadari dan Sooyi yang bertambah kepelikkan hidupnya tanpa ia sadari. Kadang takdir selucu itu, ia berjalan dengan lugu tanpa memberi tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Acara pernikahan mereka berakhir dengan pelemparan bunga dan kini keduanya sudah berada di kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Sooyi harus segera turun untuk menyiapkan makan malam seperti biasanya.
Jimin turun tepat waktu dan menyelesaikan makan malamnya dengan tenang sedangkan Sooyi makan di dapur seperti biasa. Setelah selesai, Sooyi ke ruang makan untuk membereskan bekas makan Jimin namun ia masih menemukan Jimin duduk di bangkunya, biasanya ia akan segera pergi ke ruang baca.
“Setelah ini kau ke kamarku,” ucap Jimin. “Maaf, Pak?” Tanya Sooyi memastikan.
“Kita harus menyelesaikannya sebelum jam sepuluh. Setelah kubaca dan kuperhitungkan, satu setengah jam cukup.” Jimin bangkit dari duduknya dan Sooyi masih tidak bergeming, tidak mengerti apa yang dimaksud.
Jimin menghentikan langkahnya dan bicara, “Jika kau punya pengalaman bisa beri tahu kapan estimasi waktunya.”
“P-pengalaman apa, Pak?” Tanya Sooyi hati-hati.
“Seks. Kau pernah melakukannya?” Tanya Jimin sambil berbalik menunggu jawaban Sooyi.
“A-ap.. aku.. ti-tidak.. aku---,”
“Sepertinya tidak. Selesaikan semuanya dengan cepat. Aku tidak ingin waktuku berantakan.” Jimin kembali berbalik dan menuju kamarnya sedangkan Sooyi sudah seperti kepiting rebus, malu, bingung, dan panik menjadi satu.
Keduanya tidak pernah tahu bahwa malam ini nyatanya melebihi dari estimasi yang diperhitungkan Jimin. Malam ini, pertama kalinya Jimin gagal dalam memperhitungkan sesuatu hanya karena candu akan sentuhan kulit wanita yang saat ini menyandang status sebagai istrinya. Entah bercinta atau hanya sebatas seks, keduanya tenggelam, terbang, dan meledak di saat yang bersamaan. Hal baru ini akan sangat melekat di ingatan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENERATION [P.Jm] -DISCONTINUE-
Fiksi Penggemar. Harta yang dihasilkan Ahn Jimin malah menjadi pedang bagi ibunya sehingga terbentuklah rencana tak wajar hasil pemikiran ibunya untuk mempertahankan harta tersebut melalui keturunan Jimin. Mampukah Jimin mempertahankan keutuhan keluarganya dengan...