Aku hanya penikmat malam yang selalu ingin terlelap untuk selalu menantikan dirimu dalam mimpiku. Pujangga yang ku dambakan aku merindukan sosok sepertimu yang membuat hati ini berdetak hebat saat memikirkanmu. Sajakmu yang kini tak bisa ku lupakan membuatku selalu terngiang diotak seluas samudra yang kujaga hingga akhir masa tiba.
Kini ku coba memejamkan mata ditengah ramainya bus yang ku naiki, namun bisingnya suara disini membuatku sukit untuk terlelap. Aku mencoba meraih ponselku yang selama ini ku matikan agar tidak ada yang menggangguku.
203.115 ribu miscalled dari Dion
511 pesan dari Dion
Aku hanya melongo saat mengetahui itu semua. Lalu aku hanya membuka sebagian pesan dari banyaknya pesan yang dikirimkan.
Dion
Kamu dimana?! Maafin akuDion
Maaf sayangDion
Kamu dimana?! Aku cari kamu ga jetemuDion
Kalo udah bula hp kabarin aku ya, habis ini aku jemput kamuDrtt...drttt... Bunyi getaran ponsel yg sedang ku gengggam
Dan sebelum aku selesai membaca pesan tersebut Dion menelfonku.
"halo sayang"suara dari sebrang sana
"yaadapa?"sahutku dengan nada malas
"kamu dimana aku jemput sekarang ya?"balasnya
"tidak perlu, aku hanya butuh sendiri"
"please go home I can't without you"
"untuk apa bukankah kau sudah mempunyai dia? Jadi aku tidak perlu kan!"
"aku bisa jelasin nanti, sekarang aku hanya butuh keberadaanmu dimana?"
"dimonas"
Tut..tut... Saat aku baru selesai mengucapkan kata itu, tibatiba Dion mematikan telfon secara sepihak. Entah aku tidak tau apa yg dilakukannya saat ini, yang jelas memang aku sekarang butuh dia karena disini aki tidak punya siapa siapa.
Aku termenung diatas keramaian yang ricuh akan kehidupan, rasanya aku ingin kembali pulang dan hidup didesa bersama abi dan umi. Namun apalah daya mereka yg memaksaku untuk melawan jahatnya kehidupan, kerasnya Jakarta, ricuhnya bencana, dan aku harus menghadapi semua itu.
"hai sayang" tibatiba suara itu mengagetkanku, suara khasnya yg kukenal seperti merindukan sosok yg ia temukan
"ya adapa"jawabku cuek
"aku khawatir"
"oh"
"kita pulang ya"
"oke"
Dalam ricuhnya jalan, didalam mobil tak ada satu kalimat pun yang ingin kami lontarkan, enggan saja untuk berbicara dengam Dion. Namun aku juga membutuhkannya selama aku di Jakarta ini. Aku tidak memanfaatkan Dion, hanya saja Dion yang ingin membantuku, selagi ada ya aku mau! Karena aku dikota ini hanya mengenal Dion dan sahabat karibku.
Sejak bertemu dengan lelaki itu entah mengapa hati ini selaly terngiang atasnya, dan aku mulai tidak menyukia Dion.
"apakah aku mencintainya?." tanyaku dalam hati"sayang." Dion memanggilku namun aku tak menghiraukannya
"hei sayang kok diam saja sih" Dan masih mencoba mengajakku berbicara namun aku enggan untuk meresponnya "jangan ngelamun sayang ntar kesambet"
"biarin aja kesambet, biar gila sekalian" jawabku judes namun tidak membuat hati Dion untuk terus mencoba membuatku seperti semula.
Disaat kondisi seperti ini, dia masih kekeh untuk terus memperdulikanku, memperhatikanku, dengan semua kasih sayangnya. Namun bagaimana dengan wanita penggoda itu? Dan bagaimana dengan pria yang pernah kutemui waktu itu?
Saat ini bayangan lelaki yang pernah kutemi masih terngiang dibenakku hingga membuatku selalu memikirkannya, rasanya ingin sekali mengetahui siapa dia? Dimana tempat tinggalnya? Fikiran semua itu hanya membuatku terhanyut dalam lamunan entah mengapa secara tidak sadar Dion sudah memarkirkan mobilnya didepan apartemen kami dan dia menatapku dengan rasa bersalahnya, tanpa ingin mengangguku Dion hanya diam menunggu hingga aku tersada dalam lamunanku sendiri."iya aku jelek gausah diliatin mulu. Cantikan juga yang udah nemenin lo dikamar" jawabku judes sembari membuka pintu dan membantingnya keras. Tanpa menunggu basa basi dari dia aku pergi nyelonong meninggalkan dia sendiri didalam mobil dengan muka kusut seperti kasut yang kusut belum dicuci selama sebulan berturut turut. "udah mandi" tanya Dion saat aku sedabg menyisir rambut didepan kaca. "setau lo?" jawabku dengan melemparkan tanya dengan nada nyolot. "aku hanya memastikan saja" jawabnya lalu dia meninggalkanku untuk berbaring diatas kasur.
Beberapa hari ini sikap Dion beda dengan yang kemaren kemaren. Dingin kini yang kurasakan pada diri Dion yang biasanya dia romantis namun sekarang beda. Dia berbicara denganku hanya seperlunya saja.
Apa aku salah sudah bersikap seperti itu padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya cinta
Teen FictionDion! Cowok tajir yang memanfaatkan hartanya dan menjanjikan kemualafannya hanya untuk memikat hati gadis muslimah yang berasal dari desa. Ia terpikat dengan gadis tersebut namun ia belum bisa sepenuhnya mencintainya dan ia berharap bisa menjaganya...