Chapter 4

508 63 0
                                    

Mika merasa tidak enak karena tatapan dari orang yang ada disampingnya. Dia terus menatap lurus ke mata heterochromia Mika. Tatapannya mulai tajam membuat Mika tambah ketakutan.

"Matamu berbeda warna.."

"Iya, maaf kalau menganggumu. Mata ini memang jelek--"

"Hee~? Cantik kok, aku suka warnanya. Apalagi warna emasnya. Terlihat sangat bersinar." Puji gadis itu sukses membuat wajah Mika merona.

"Beda denganku. Orang menganggapku albino karena mempunyai rambut yang sepenuhnya putih. Tapi, apa boleh buat aku hanya bisa bersyukur." Kata (Name), dia berbohong akan hal warna rambutnya agar orang lain tidak mengetahui yang sebenarnya. Senyuman manis menghiasi wajahnya.

"Aku juga iri padamu Mika-san, aku selalu ingin mempunyai mata hetorchromia dan dapat menjahit sehebat itu." Puji (Name) kembali membuat wajah Mika tambah memerah.

"Arigatou ne, (Name). Ku kira kau orang yang susah untuk diajak mgobrol. Ternyata kau orang yang seru. Lagipula, masih hebatan Oshi-san kalau tentang menjahit. Aku masih ja~uh di bawahnya." Gadis itu tertawa kecil.

Mereka berbicara sampai bel masuk berbunyi.

---

Gadis itu berjalan lesu menuju kantin. Dia terus - terusan mengumpat selama perjalanan (sambil bisik - bisik). Dia juga memberi senyuman kepada orang yang memberinya sapaan.

(Name) langsung menghampiri Subaru yang berbicara dengan kedua temannya.

"Subaru-kun!" (Name) langsung memeluk Subaru.

"Huwaa!! (Name)-chan! Apa kau berhasil menemukan gedung olahraganya!?"

"Yup! Selamat pagi Hokuto-san Makoto-kun!"

"Pagi juga. Kau sepertinya sudah berteman baik dengan yang lain." Kata Matoko.

"Iya! Aku kangen banget sama kalian-- he~? Hokuto-san kalau iri bilang aja~ aku akan memelukmu kok~!"
.
"Siapa bilang iri? Ini tatapan biasaku!"

Gadis itu tertawa kecil dan mengacak rambut pria itu. "Suit yourself." Kata gadis itu.

---

Tsukasa meminta (Name) untuk mencari Ritsu. Gadis itu sudah bertanya kepada murid lain. Hanya satu petunjuk dari Mao, tempat yang sepi.

Gadis itu langsung berlari menuju dapur sekolah, karena itu satu - satunya tempat sepi yang ada di pikirannya.

Instingnya benar. Pemuda itu sedang membuat sesuatu seperti manisan. Ritsu langsung menatap kearah (Name) membuat gadis itu sedikit terkejut.

"(Name), apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ritsu.

"Aku seharusnya yang berkata seperti itu..."

"Aku sedang membuat manisan."

Gadis itu melihat manisan itu yang dibuat Ritsu membuatnya bertanya - tanya. Gadis itu tersenyum kikuk melihatnya.

"Apa kau ingin mencobanya?" Gadis itu mengangguk ragu.

(Name) memasukkan satu suap dalam mulutnya. Gadis itu tersenyum manis. "Rasanya berbeda dari wujudnya.." pikir gadis itu.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Ritsu yang terlihat tidak sabaran.

"Manis, sangat berbeda dari ekspektasiku." Puji gadis itu.

Iris violet itu langsung bersinar saat menangkap sesuatu diatas meja dapur. Perkumpulan pisau dari yang sedikit tajam sampai ke sangat tajam. Gadis itu langsung mengambil salah satu pisau itu dan menunjuk Ritsu dengan ujung pisau tersebut.

"A-apa yang kau lakukan, (Name)?!" Tanya Ritsu yang sedikit terkejut melihat ujung pisau tertuju padanya.

(Name) hanya tertawa kecil dan menusuk pisau itu di talenan. "Aku jadi ingat permainan yang menggunakan pisau." Jawab gadis itu dengan senyuman kecil.

"Aku selalu ingin mencoba permainannya, tapi saat itu aku kurang berani. Mungkin, aku bisa memainkannya tahun ini." Lanjutnya dengan antusias.

Gadis itu mulai bermain dengan pisau tersebut. Di putaran kedua, tangannya tergores oleh pisau. Kulitnya mengeluarkan cairan merah yang kental yang dapat menggoda Ritsu.

"Sepertinya aku belum siap memain--"

"Aroma yang enak~" Ritsu langsung mengisap jarinya (Name) yang berdarah.

(Name) sudah mendengar tentang rumor kalau Ritsu adalah seorang vampir. Gadis itu hanya bisa pasrah, membiarkan Ritsu mengisap dan menjilat jarinya.

"Ritsu?! Apa yang kau lakukan?!"

Angel In My Heart (Ritsu Sakuma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang