Selamat membaca🍁
Kepindahan Shawn adalah awal dari ancaman halus untuk Ayana, Shawn tidak menganggap Ayana adiknya namun lebih dari itu. Siapa yang tidak tau perasaan seorang pria dan wanita yang sudah bersama sejak kecil, sedikit kemungkinan bila mereka tidak saling jatuh hati atau salah satu di anataranya akan jatuh hati.
Dari dekat Shawn adalah sosok malaikat yang begitu baik dan juga ramah, ia selalu bersikap lembut dan hangat pada setiap wanita terutama pada Ayana.
Shawn, pria yang sangat disukai oleh semua siswi disekolahnya dahulu. Populer dan juga tampan, tidak ada yang bisa menolak kenyataan bahwa Shawn adalah salah satu kenikmatan dunia yang patut di akui.
Shawn yang populer dan hangat berbeda jauh dengan Ayana yang dingin dan anti sosial, banyak senior dan teman seangkatan yang selalu membuli Ayana. Ini semua akibat dari kedekatannya dengan Shawn, Ayana tidak pernah marah atau mengeluh ketika ia dianiyaya. Dia selalu diam dan diam, meski kepalanya harus berbenturan dengan meja, kakinya yang harus mendapat tendangan, pipinya yang selalu mendapat tamparan dan masih banyak lagi. Ayana tidak akan memabalas mereka, diam tanpa bicara mungkin adalah hobinya.
Namun setiap ia mendapat perlakuan kasar dari para penggemar Shawn, dikemudian hari Ayana tidak akan pernah melihat mereka lagi di sekolah.
Mereka hilang bagai di telan bumi, tanpa jejak sekalipun. Shawn adalah satu satunya pria yang akan mendekapnya hangat ketika ia selalu dijadikan bahan bulian, meskipun dirinya memang sudah dingin dari dalam.
Ayana tidak memungkiri bahwa dirinya menganggap Shawn adalah salah satu pria yang berharga baginya setelah sang ayah, Shawn bagai kakak kandungnya sendiri.
Ayana menatap pantulan dirinya di cermin, ia mengingat seseorang yang terakhir kali membuatnya tersenyum meskipun hanya sebuah senyuman kecil.
Ayana segera memukul pelan kepalanya, ia tidak ingin jatuh kedalam sebuah jurang yang sangat ia hindari. Ayana melirik jam dindingnya, ia kemudian mengambil tasnya dan bergegas menuruni anak tangga.
🍁
Mata gadis itu menyipit, ia melihat seseorang yang sudah menunggunya di pintu masuk kelasnya. Memamerkan senyumannya yang selalu dapat memikat setiap gadis, namun tidak pada Ayana.
"Pagi."
Ayana tidak menghiraukannya, Ayana terus berjalan memasuki kelasnya. Lagi lagi pria itu memanggil Ayana, namun Ayana juga lagi lagi mengacuhkannya.
"Sesil, kalo di panggil coba noleh."
Ayana menegang, ia sesegera mungkin menoleh untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya dengan panggilan khas itu.Tidak ada siapapun. Tidak ada lagi Sagara, Ayana meneguk salivanya kasar. Ia tidak boleh takut, tidak boleh. Ayana mendudukan dirinya, ia kemudian membuka buku. Ayana berpeluh, ia lagi lagi mengingat suara panggilan itu.
Ayana meremas ujung roknya, dia sudah kuat sekarang. Iya dia sudah kuat, dia tidak boleh takut lagi. Ayana harus mengusir rasa takut yang sempat menguasai dirinya. Ayana ingin menangis, ia ingin pulang.
Ayana membongkar isi tasnya, ia mencari sebuah kotak kecil. Ia mengambil sebuah pil, lalu ia menenggaknya bersaan dengan air putih. Kini dirinya lebih tenang.
"Itu benar benar dirimu sayang."
Dari kejauhan, seseorang tengah tersenyum manis namun terkesan mengerikan. Itu benar gadis yang dirindukannya.
🍁
Ayana kembali menyesali perbuatannya, akibat tidak sarapan ia harus menunggu dan mengantri untuk membeli makanan. Ayana mendengus kesal, harusnya ia sedang asik tidur, namun apa boleh buat perutnya juga butuh asupan. Bahkan tubuhnya juga butuh tenaga.
Ayana tersentak ketika ia merasakan tangannya di genggam, dan ditarik dari kerumunan siswa siswi lainnya. Ayana diam tidak protes, lagi lagi dia.
Sagara menatap lembut Ayana ketika mereka sudah sampai di taman sekolah. Ayana masih diam, ingin dirinya protes namun apa manfaatnya.
"Sini duduk."
Ayana menurut, ia duduk di sebelah Sagara. Kali ini ia membiarkan pria di sampingnya itu mengambil alih, ia sedang lapar ia tidak boleh kelelahan.
"Aku bawain kamu bekal, makanan di kantin ngga bagus buat kamu. Ayo dimakan."
Ayana menatap Sagara dengan penuh tanya, sebenarnya pria ini kenapa?
Ayana masih menatap Sagara datar, sedangkan Sagara selalu setia memamerkan senyumannya. Ayana tidak menjawab namun ia segera memakan bekal bawaan Sagara, Sagara tersenyum simpul. Akhirnya gadis es ini mau memakan makanannya."Besok aku bawaan lagi, biar kamu nggak usah repot repot ke kantin.".
Ayana menghentikan kegiatan mengunyahnya, dia menatao Sagara dalam.
"Gausah makasih."
Sagara tersenyum manis, ia tau sedikit sulit membuat gadis di hadapannya ini meluluh.
"Nggak boleh nolak, pokonya besok aku bawain."
Tekan Sagara lagi."Serah."
Ayana memilih melanjutkan makannya, setelah selesai ia meninggalkan Sagara seorang diri tanpa basa basi hanya sekedar ucapan terimakasih.
"Gue bakal buat semuanya gampang kok baby, kita bakal balik lagi."
Seringai muncul dari sudut bibir seseorang.
🍁
Hoho up, semoga puasa kalian lancar ya.
Jangan lupa berbagi kebahagiaan lewat vote dan komen jangan lupa juga follow akun gue.
Dan baca juga cerita gue yang Sheira.Anandahumairarazaq™
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Psycho
General FictionTidak semua yang cantik itu berlaku baik, layaknya setangkai mawar yang sangat mempesona namun bisa melukaimu kapan saja. @Anandahumairarazaq™