6. perpustakaan🍂

75 6 0
                                    

Indigo Girl
.
.
.
.
.

Tap tap tap

Brukh

"Ah..." Aku terkejut saat ponselku terjatuh. "Sial." Umpat ku entah pada siapa saat melihat layar ponselku retak.

Dengan sedikit kesal, aku langsung berdiri untuk pergi menuju halte bus stang akan membawa ku pulang ke rumah.

"Eh!" Terkejut, aku langsung memundurkan diriku saat melihat nenek-nenek yang berada tepat di depanku. "Ah, maafkan aku.. maafkan aku." Ucapku sambil menundukkan badan beberapa kali ke arahnya.

"Kasihan..." Lirihnya pelan membuatku bingung. "Ya, anda barusan bilang apa tadi?" Tanyaku selembut mungkin. Aku tidak bodoh untuk memahami situasi di depanku saat ini. Selain dapat berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata, aku juga dapat membaca aura dari seseorang dan dapat membaca pikirannya.

Entah harus bersyukur atau menyesal saat tahu bahwa aku memiliki kelebihan seperti saat ini. Sejujurnya aku sedikit risih saat membaca pikiran ataupun melihat aura seseorang, why? Kau pasti akan risih saat membaca pikiran seseorang yang benci padamu. Seperti orang yang kau anggap baik, tapi saat kau baca pikirannya ternyata tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya di depan kita.

"Jiwamu masih belum sepenuhnya masuk ke dalam ragamu." Ucapnya sambil menatapku perihatin.

"Ya? Aku tidak mengerti maksud anda." Ia tersenyum tipis mendengar perkataanku. "Aku sungguh kasihan melihatmu." Aku mencoba menepis semua pikiran buruk di dalam otakku setelah membaca pikiran seorang nenek di depanku saat ini.

"Maaf, aku harus pergi ke halte sekarang. Sekali lagi, maafkan aku." Aku langsung berjalan meninggalkan nenek tersebut, namun belum beberapa langkah Ia Kemabli membuka suaranya. "Separuh jiwamu masih terkurung di dalam dunia 'mereka'."

Deg*

Aku membalikkan tubuhku ke belakang melihat nenek tadi meminta penjelasan. "kau harus mengambil separuh jiwamu kembali secepatnya jika kau masih ingin melihat dunia lebih lama lagi."

"Ya, apa?" Tanyaku bingung sambil melihat ke arahnya. "Ah, t-tunggu!" Aku menyerngitkan dahi bingung saat melihat nenek tadi telah hilang entah kemana.

Aku memandang sekitar bermaksud mencari nenek tadi untuk meminta penjelasan darinya. "Apa maksudnya?"

Separuh jiwamu masih terkurung di dalam dunia 'mereka', kau harus mengambil separuh jiwamu kembali secepatnya jika kau masih ingin melihat dunia lebih lama lagi.

.
.
.
.
.

"Ayah." Panggilku saat melihat ayah berada di ruang tengah sambil mengerjakan tugas kantornya di laptop.

"Olivia? Belum tidur?" Aku menggeleng menjawab pertanyaan ayah. Aku dapat melihat wajah ayah yang terlihat khawatir, melihatku belum tertidur saat jam telah menunjukkan pukul 10 malam.

"Ada apa? Kau sakit? Atau ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya ayah sambil melihat ke arahku. Tanpa menjawab, aku menganggukkan kepalaku mendengar pernyataan ayah. "Ada sesuatu yang menganggu pikiranku saat ini."

Aku melihat ayah yang mulai menutup laptopnya dan langsung pindah duduk tepat di sampingku. "Ceritakan pada ayah." Aku terdiam sejenak sambil menatap jam dinding yang terus berdetak.

"Soal nenek-nenek yang yang ayah ceritakan padaku waktu itu, apa ayah tahu di mana Ia tinggal?" Ayah berpikir sebentar mengingat-ingat kejadian sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indigo GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang