Mirah Sudah Sembuh, Mak!

90 2 0
                                    


Oleh: Diah Pitasari

Siang itu cuaca mendung. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Mak Acih merebahkan tubuhnya di ruang tengah sembari menunggu waktu sholat Zuhur tiba.

Tanpa disadari, semilir angin sepoi-sepoi yang terbawa dari lereng Gunung Salak, membuat wanita tua itu tidak sengaja, tertidur.

Tok tok tok!
Mak Acih terjaga saat mendengar pintu rumahnya diketuk seseorang. Ia mengerjap-ngerjapkan mata yang masih terasa berat, lalu bergegas bangun dari tidur untuk membukakan pintu.

Dilihatnya sosok perempuan muda berumur kira-kira 35 tahun, yang masih tetangganya sudah berdiri di depan pintu.

"Mirah? Maneh geus cageur? Ceunah kamari geuring? Emak kakarak rek kaditu," sapa Mak Acih, ia membuka pintu lebar-lebar. Perempuan yang dipanggil Mirah, tersenyum semringah meski wajahnya masih terlihat pucat.

"Enggeus cageur, Mak. Eungke Emak ka imah urang, nya."
"Rek naon kitu?"
"Hayang dipandian, Mak."
"Dipandian?" tanya Mak Acih bingung.

Belum sempat dijawab, tiba-tiba terdengar suara ketukan lagi dari arah pintu.
Mak Acih menoleh, tapi saat ia ingin berbicara lagi dengan Mirah, ibu muda itu sudah tidak ada di hadapannya.

Tok tok tok!
"Mak ... Mak Acih," panggil tamu yang kini sedang mengetuk pintunya.
Tok tok tok.
Pintu diketuk lagi.

Mak Acih terjaga. Ia membuka matanya yang terasa berat. Perlahan ia duduk, memandang ke sekeliling, mencoba mencerna apa yang barusan terjadi.

Bukankah tadi ia sedang kedatangan tamu? Kenapa tahu-tahu ia tertidur lagi?

Tok tok tok! "Assalamualaikum ... ."
Suara salam seseorang di pintu membuyarkan lamunannya.
"Wa alaikum salam. Sakeudeung," jawab mak Acih sambil melangkah gontai menuju pintu.

"Saha, sih?" Mak Acih membuka pintu, dan ia melihat Mang Jana, tetangganya yang datang bertamu.
"Naon, Jang?" tanya Mak Acih.

"Dititah mandian jenazah, Mak," kata Mang Jana
"Saha nu maot?"
"Mirah, Mak. Tadi pan di umumkeun ku speaker masjid," kata Mang Jana.

Mak Acih terkejut, tadi sebelum tertidur, ia memang sempat mendengar suara pengumuman dari speaker masjid di dekat rumahnya, tapi karena mengantuk, ia tidak mendengar terlalu jelas.

"Mirah?" tanya Mak Acih tidak percaya, ia ingat Mirah tadi bertamu di rumahnya.
"Heu euh. Pamajikanna Mang Danu, nu kamari geuring, ayeuna teh maot, Mak,"

Mak Acih terpaku berdiri di tempatnya.
Hingga samar-samar suara adzan di masjid membuyarkan lamunannya.

"Heu euh atuh, Mak sholat Zuhur heula," kata Mak Acih.
Mang jana mengangguk, lalu ia duduk di bangku depan teras Mak Acih.

"Hampura nya Neng, Emak encan neumpo, Maneh kaboro maot," kata Mak Acih pelan seperti bicara pada diri sendiri, ia masuk kedalam rumah, bersiap-siap mengambil air wudhu.

.
.
.
Translate:

•Maneh geus cageur? Ceunah kamari geuring? Emak kakarak rek kaditu => kamu sudah sembuh? Katanya kemarin (lagi) sakit? Emak baru saja mau kesana (ke rumahmu)

•Enggeus cageur, mak. Eungke emak ka imah urang, nya >> sudah sembuh, mak. Nanti emak ke rumah saya, ya.
•Rek naon kitu? >> ada apa ya?
•Hayang dipandian, mak >> mau (minta tolong) dimandikan, mak
•Sakeudeung >> sebentar
•Saha, sih? >> siapa ya?
•Naon >> apa?

•Dititah >> disuruh
•saha nu maot? >> siapa yang meninggal?
•Heu euh. Pamajikanna Mang Danu, nu kamari geuring, ayeuna teh maot, mak >> iya, istrinya Mang Danu, yang kemarin sakit, sekarang sudah meninggal, mak.
•Hampura nya neng, emak encan neumpo, maneh kaboro maot >> maaf ya, nak. Emak belum menjenguk, kamu sudah keburu meninggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mirah sudah sembuh, Mak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang