•ik vind je leuk•

1K 116 16
                                    


WAR!

Seorang pemuda itu sudah berdiri di depan pintu apartemen. Tangannya memencet pin tombol kemudian memutar kenop nya dan masuk.

Sepi.

Matanya menatap sekitar, sampai akhirnya masuk kedalam kamar tanpa mengetuknya. Tidak terkunci.

Disana pemuda cantik sedang tengkurap dengan selimut. Matanya membaca setiap rangkaian kata dengan seksama.

Tanpa sadar Jeno sudah ikut berbaring di samping Jaemin.

"hei," sapa Jeno.

"OH TUHANN, "Jaemin terkejut bukan main kenapa seonggok manusia ini masuk tanpa sepengetahuannya.

Jeno tak mempedulikan teriakan Jaemin. Jaemin kembali fokus kepada novelnya.

"Kau masih membacanya?" Tanya jeno

"Aku membelinya tadi siang ceritanya lebih bagus dan di jelaskan secara rinci, seperti kita sedang melihat pembunuhan,"

Jeno merapatkan dirinya pada Jaemin. Kakinya mulai naik ke tubuh jaemin dah memeluknya.

"Yak- lepaskan kakimu," sepertinya pemilik rumah tak terima.

Akhirnya jaemin menyerah tenaga tak sekuat Jeno, apalagi dia sudah mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jeno memang seperti itu saat dia mendapat sebuah masalah. Ia kaan datang ke apartemen jaemin untuk menginap semalaman.

Jaemin tak tahu apa masalahnya, karena dia tak mau mencampurinya. 
Jeno tak pernah bercerita ia hanya bilang jika ia ada masalah.

"Kau ada masalah lagi?" tanya Jaemin.

"Hem, begitulah," singkat Jeno

"Kau sudah makan?,"

"Belum," jawab Jeno singkat

"Makanlah aku memasak,"

Jeno segera beranjak dari kasur menuju dapur. Di meja masih ada makanan namun tak ada selera bagi Jeno untuk memakannya.

Akhirnya ia hanya mengambil apel dan pisau untuk membelahnya di kamar nanti.

Jam sedangkan menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun pemilik rumah dan tamunya tak kunjung tidur. Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.

Jeno menyandarkan kepala nya di paha Jaemin. Jaemin tak menolak.

"Na..,"

"Kenapa Jen?" Matanya masih sibuk dengan novel yang iya bawa

Jeno merebutnya dengan paksa dia tak suka. Oh ayolah Jaemin hanya tinggal menyelesaikan dua atau tiga jalan lagi.

"Kau ini kenapa?"

"Na...,"

"Iya kenapa?" tanya Jaemin lagi

"Aku tau ini salah,"

"Apa yang salah?" Penasaran Jaemin

"Bahwa...





"aku mencintaimu.."

Tawa jaemin mengalun. Jeno menyatukan alisnya.

"April mop sudah lewat jen, untuk apa kau bercanda ini tak lucu,"

"Ini bukan bercanda," Jeno mulai tegas

"Kau tau kita sejenis, dan kau tau aku juga sudah memiliki kekasih bukan?"

"Aku tau,"

"Aku juga mencintaimu Jen, dalam mimpi," tawa nya kembali mengalun

Jaemin tak bisa berhenti tertawa, sampai ia melirik sorot mata Jeno yang menyeramkan.

"Emm, maafkan," lirih jaemin

Entah sejak kapan Jeno sudah di atas jaemin. Mata jaemin membola.

"Kau mau apa? Menyingkirlah," tangannya berusaha mendorong jeno.

"Jadi hanya da.lam mim.pi?" Jeno menekan kata dalam mimpi.

Jaemin masih berusaha mengelak. Jeno mengambil pisau di meja nakas dengan tangannya. jaemin tak melihatnya. Jeno menutup mata jaemin dengan kain.

Jaemin merasakan benda dingin tajam memutar di perutnya. Tangannya melepas kain yang menutup matanya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?"

Jeno hanya tersenyum miring. Ia mengarahkan pisau agak tajam di bagian perut jaemin. Kemeja putih yang di pakai jaemin robek, meninggalkan bercak darah merah.

"AKHH," Jaemin menendang perut Jeno hingga menyingkir.

Luka sayatan dalam terbentang di perutnya.Jaemin segera melarikan diri. Jeno sudah benar-benar GILA.

Jeno segera menarik Jaemin mengikat kakinya di tiang kasur.

"hiks..apa yang kau mau Jen?" Jaemin hanya bisa pasrah luka sayatan cukup dalam di perutnya membuat nya lemah.

"memilikimu."

Jeno mendekati jaemin dengan pisau lipatnya. Jaemin hanya berdoa kepada Tuhan. Temannya ini benar benar psychopath.

Jeno menarik rambut jaemin hingga Jaemin berdiri.

"AKH, lepaskan...Jenn.."

"Kau mencintaiku dalam mimpi kan? Maka bermimpi lah setiap saat,"

Jeno menusuk bagian perut Jaemin. Jaemin muntah darah. Tangannya melepaskan tangan Jeno di perutnya.
Kepalanya menggeleng pelan.

"Bagaimana jika kita mati bersama sayang? Agar kita bisa bermimpi bersama?"

Jeno segera menusuk tepat di jantung Jaemin. Darah mengalir deras di kemeja putih jaemin ia terbaring lemah.

Jeno memeluknya.

"Aku benar-benar mencintai mu kau tahu? Lebih baik kita mati berdua saja sayang, aku lelah dengan dunia ini,"

Jeno menusuk dirinya sendiri dan tetap berpelukan. Jaemin sudah tak sadarkan diri. Wajahnya memucat putih, matanya tertutup rapat.

"kau begitu indah.." tangan nya membelai pipi Jaemin.

Jeno menutup matanya saat nya menyusul kasihnya yang sudah pergi.

End.

Entah dari mana ide ini muncul :v.

Hope you like it guys.

Byee.

🐼

Jenaa

I Always With You •Nomin• |✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang