Chapter 26

14.6K 1.4K 172
                                    

Maafkan acu yang baru update jam segini karena dari pagi sibuk melucuti sibulu ayam dan sibuk ngebejek-bejek adonan.

Alhamdullilah si ayam gak jadi basi, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan 💕
Mohon maaf lahir dan batin 🙏

Salam sayur bening buat sahur 😘

————————————

“kenapa sih tiba-tiba ngajuin ikut training? Biasanya juga kamu suka paling pertama nolak kalau samapai 4 hari gini, pake bawa-bawa aku segala lagi” teh echi yang duduk disebelah tempat tidurku menggerutu

“soalnya trainingnya menarik teh Echi” kataku asal

wathdefagh ra, ‘training komunikasi terapeutik’. Mereka akan terus berbicara selama 8 jam. Really ra?!”

“gak seboring itu ko teh, pasti seru ada doorprizenya” kataku lagi

Aku mengikuti pelatihan selama 4 hari diluar kota, sebenarnya aku dan teh echi memang diharuskan mengikuti pelatihan semcam ini, hanya saja aku dan teh echi selalu kompak untuk mengundur waktu pelatihan dikarenakan pelatihan-pelatihan tersebut yang lama ditambah dengan materi layaknya seperti dongeng disney sebelum tidur.

3 hari yang lalu ketua bidang keperawatan ibu Hesti meminta perwakilan kepala ruangan untuk mengikuti pelatihan diluar kota selama 4 hari, tanpa melihat materi pelatihan dan tempat, aku dan teh echi—tanpa persetujuan teh echi sebelumnya, mengajukan diri untuk mengikuti pelatihan tersebut.

“aku sih gak apa-apa ra, itung-itung liburan gratis juga, tapi kenapa sih sama kamu akhir-akhir ini? Kamu lagi ngehindar dari siapa?”

Aku menarik napas lelah dan menenggelamkan wajahku setelah melihat serentetan chat yang dikirm oleh dipta 2 hari yang lalu.
Dipta marah! Sangat! Karena tidak memberitahu perihal training yang aku ikuti dan mengatakan bahwa aku sengaja menghindarinya

Iya memang.

Karena aku belum siap bertemu dengan dipta yang hari ini pulang, alih-alih bertemu dan menjelaskan masalah, aku malah menghindarinya lagi. Itu yang membuat dipta marah.

“aku bingung teh echi”

“kenapa ? dokter dipta ngajak serius?”

Aku langsung duduk tegang menatap teh Echi dengan mulut yang setengah menganga “aku curiga selama ini teh Echi sebenarnya punya kerjaan lain, jadi cenayang ya?” mataku menyipit

“yang bukan cenayang juga tahu kali ra dokter dipta suka sama kamu!” teh echi gemas mencubit kakiku

“sekelihatan itu ya teh...”

“terus apa yang buat kamu bingung, kamu gak suka dipta?”
Aku menggeleng

“kamu suka dipta?”
Aku menggeleng kemudian mengangguk

“kalau kamu tanpa dipta sanggup gak?”
Aku menggeleng lemah

Jauh dari dipta 1 mingu ini rasanya aneh, tidak mendapat chat dari dipta sehari saja aku merasa semakin aneh

“itu artinya kamu suka ra, terus apa masalahnya?”

“aku gak tahu teh, dipta too ‘hight’ even i couldn’t reach it, aku ngerasa orang akan berpendapat salah kalau aku bareng dipta"

Keluargaku memang tidak kekurangan kami selalu besyukur dengan apa yang kami miliki, tetapi jika disandingkan dengan dipta yang nyaris sempurna sungguh membuatku sakit kepala.

Jangan lupa juga sikap dipta yang macem rambut hasil di rebonding—lurus kemudian kaku.

Teh echi mengangguk-angukan kepala “cerita cinderella memang sudah jadi dongeng antik, tapikan kamu bukan anak tiri, siapa tahu cinderela versi milenial ditemukan oleh pangeran dengan topi tersayangnya and they lived happly ever after with who they are. Dan satu lagi bener kata dokter dipta kamu harus kurang-kurangin dengerin apa kata orang.” Teh echi sambil nyengir

CITO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang