1

1.9K 144 12
                                    

Kakek tua itu tidak menyerah juga rupanya. Pikir seorang pemuda berambut berantakan namun terkesan keren(?) sambil menatap datar kearah tab di genggamannya.

Mengehela nafas malas kemudian tiba-tiba tersenyum sangat cerah ketika menyadari jika dia akan bertemu dengan seseorang jika ia menerima tantangan konglomerat tersebut.

Jika aku menerimanya, aku akan bertemu tantei-kun, kekekeke. Ucapnya dalam hati. Sementara itu, bibirnya terbuka menampilkan sederetan gigi yang rapi dan sepasang taring yang menawan, proporsi wajah yang sempurna dan dengan pandangan mata yang jenaka dan terkesan kekanakan akan membuat semua wanita jatuh cinta padanya.

Mungkin kecuali seseorang.

"Bakaito! Kau dari tadi tersenyum seperti orang gila! Kau membaca apa huh? Aoko mau membacanya juga."

Atau mungkin justru sebaliknya. Karena jika dilihat dari sudut manapun, terlihat sekali bahwa gadis manis itu menyukai pemuda tadi.

"Pergi, kau mengganggu saja. Hush hush." Balasnya kembali mendatarkan mukanya. Namun binar antusias masih tersisa.

"Aoko 'kan cuma mau melihat apa yang Kaito baca." Ucapnya jengkel dengan mem-poutkan bibirnya. Terlihat lucu. Jika saja hati Kaito tidak dicuri oleh seseorang, mungkin ia sudah jatuh cinta pada sosok dihadapannya ini. Sejujurnya, sebenarnya sudah pernah. Namun entah bagaimana hatinya dicuri begitu saja bahkan sebelum dia menyadarinya.

"Yasudah. Jangan harap Aoko akan mengajakmu makan malam, Bakaito. Bwee" Ucap gadis itu lagi sambil menjulurkan lidahnya.

"Terserahmu saja." Balasnya acuh sambil kembali menatap layar tab nya yang kini telah berubah menjadi foto seorang anak kecil berkacamata. Tersenyum kecil, kemudian mematikannya dan memasukkannya kedalam laci karena guru mereka telah datang.

Tidak. Bukan karena dia murid yang teladan. Sangat tidak mungkin. Hanya saja supaya meminimalisir resiko tab nya disita dan jika gurunya menanyakan foto siapa itu. Dan bagaimana jika hakuba tahu? Karena dia pernah bertemu Conan beberapa kali. Dan sepengetahuan semua orang, Kaito belum pernah bertemu dengan detektif cilik itu, hanya kid yang pernah. Dan jika hakuba tahu, maka akan panjang masalahnya.

Tumben sekali Kaito tidak mengerjaiku. Dia juga terlihat sangat senang. Kenapa ya? Pikir Aoko.

---

Kaito memperbaiki letak topinya agar tak tertiup angin, kacamatanya yang sedikit merosot ia naikkan kembali.

Ngomong-ngomong tentang kacamata, dimana Tantei-kun? Pikirnya sambil melihat sekeliling. Dia akan datang 'kan?

Menatap dengan bosan tangga di sebelahnya. Akan lebih baik jika ia membuat tangganya lebih menarik, namun itu sama saja bunuh diri dengan mengumumkan siapa dirinya. Lihatlah, tangga itu ujung pegangannya tajam. Seseorang bisa terluka karenanya.

Sampai akhirnya dia melihat sosok yang dari tadi dicarinya sedang berjalan kearahnya bersama segerombolan anak, seorang profesor dan seorang gadis yang dia ketahui bernama Mouri Ran. Pandangannya jatuh kepada gadis kecil dengan rambut sebahu berwarna coklat yang sedang berbicara dengan Tantei-kun nya. Kaito menatap tak suka pada gadis itu. Terlihat jelas bagaimana tatapan matanya menyorotkan cinta pada detektif nya. Dan juga gadis kecil manis berbando yang sedang berlari kearahnya. Kaito tahu kalau mereka berdua menyukai Tantei-kun nya.

Haah, bertubuh remaja maupun anak-anak kau tetap disukai banyak orang ya, Tantei-kun. Pikirnya.

Tunggu, berlari?

"Semuanya! Cepat!" Teriak Ayumi riang sambil berlari menuju tangga. Saking bersemangatnya, ia sampai terpeleset saat menginjak salah satu anak tangga. Beruntunglah reflek Kaito cepat dan langsung menangkapnya agar Ayumi tidak terjatuh.

"Sangat berbahaya berlari disekitar sini, Nona kecil." Ucap Kaito dengan lembutnya kepada gadis kecil itu.

"Terima kasih." Balas Ayumi disertai senyuman.

"Terimakasih banyak atas bantuannya" Terdengar seorang gadis berkata dibelakangnya. Saat ia menoleh, ternyata Ran lah yang mengatakannya.

"Tidak masalah." Jawab Kaito. Ia membenarkan letak topinya sedikit agar Ran tidak mengenalinya.

"Itu berdarah." Kaito menatap Ran dengan pandangan bertanya. "Di dekat sikumu itu.."

Kaito mengecek lengannya, dan ternyata benar. Ada luka disana. Pasti tergores ujung tangga ketika aku menangkap gadis kecil tadi. Pikirnya.

"Ah, sepertinya tergores." Balas Kaito.

"Tunggu sebentar." Ucap gadis itu sambil mengambil tas nya dan membukanya. "Ini, pakailah." Ucapnya lagi sembari mengulurkan dua buah plester luka.

Kaito tersenyum ketika menerimanya dan mengucapkan terimakasih.

Setelah Ran dan ayumi menaiki tangga, kaito membalikkan tubuh untuk mencari detektif favoritnya.

Tapi, hei! Detektif kesukaannya tidak ada dimanapun! Jangan-jangan sudah naik? Kenapa aku tidak menyadarinya? Huaa Tantei-kun. Batinnya merana. Menyalahkan kejadian tadi yang membuatnya tidak menyadari bahwa yang lainnya sudah memasuki balon udara.

TBC

Pendek? Iyalah! Haha. Maaf guys. /tebar merchandise kaito satu-satu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Lost Ship in the Sky [KaiShin] [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang