Part 6

3 5 1
                                    

Setelah selesai sarapan Raka pergi ke kamarnya untuk mandi tapi sebelum ia masuk Raka mengetuk pintu terlebih dahulu karna ia ingat kalau Reyna ada di dalam kamarnya. Raka mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam sana. Raka masuk ke kamar karna tidak mendengar suara apa pun.

"Ye, ni orang pantesan ngak di jawab, ternyata ni orang tidur. Woy bangun woy".

Raka membangunkan Reyna, tapi Reyna tidak kunjung bangun. Raka menggoyangkan tangan Reyna tapi ia masih belum bangun. Raka merasa aneh dengan Reyna, Raka menaruh punggung tanggannya di kening Reyna.

"Astaga ni orang bisa demam juga ya. Bik bibik, aduh ni bibik kemana ya kok di panggil kagak nyaut-nyaut. Raka menepuk jidatnya, oh iya gue baru inget kalau bibik lagi ke pasar."

Raka turun ke bawa untuk mengambil air kompresan dan handuk, ia mengompres kening Reyna yang panas. Raka sesekali menatap Reyna yang sedang tidur. "Ni cewek cantik juga ya kalau lagi tidur, coba ni cewek ngak bawel dan nyebelin pasti gue udah naksir sama ni anak," ucap Raka dalam hati.
Ia langsung menepis pikirannya setelah ia mendengar dengkurang Reyna.

Reyna terbangun dari tidurnya dan merasakan ada sesuatu yang menempel di keningngya segera ia mengambil handuk itu menjauh dari keningnya tapi ketika Reyna mau mengambil handuk itu ia merasakan ada seseorang yang sedang memegang tangannya dengan erat seakan tidak mau kehilangan dirinya.

"Ma mama jangan tinggalin Raka sendirian, Raka takut nanti ngak bakalan ada yang menyayangi Raka lagi."

Reyna menatap Raka melihat ia sedang bermimpi dengan keringat yang bercucuran. Reyna mengguncang tubuh Raka membuat ia terbangun dari tidurnya.

"Lo mimpi ya," tanya Reyna.

Raka pergi menuju balkon tanpa menjawab pertanyaan Reyna tadi. Reyna pergi ke kamar mandi, ia menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi.

"Raka." teriak Reyna di dalam kamar mandi. "Lo ada baju lagi ngak baju tadi udah bau, gue ngak ada baju mau ganti.

Raka menarik napas dan menghembukannya dengan kasar, ia menghampiri pintu kamar mandi dan memberi pakainya untuk di pakai Reyna.

"Kalau lo udah ganti baju turun ke bawah," ucap Raka.

Reyna turun ke bawah menghampiri Raka dengan baju yang kebesaran untuk tubuh mungilnya.

"Lo udah sehat," dan di balas anggukan oleh Reyna. "Rumah lo di mana biar gue antar pulang, lama kelamaan lo ada di rumah gue bikin gue repot terus."

"Aduh kayaknya gue amnesia deh, gue ngak ingat apa-apa."

Raka menaikan sebelah alisnya. "Ngak usah bohongin gue."

Reyna nyengir kuda memperlihatkan gigi putihnya. "Ijinin gue tinggal di rumah lo ya untuk beberapa hari aja," ucap Reyna sambil mengedipkan matanya.

Handphone Raka berbunyi pertanda ada orang yang menelponnya.

"Hallo, iya Clara ada apa, oh iya gue usahain bakalan datang kalau gue ngak sibuk."

"Jangan lupa bawa pacar lo sekalian," ucap Clara.

Raka mematikan paggilannya, "lo mau tinggal di rumah gue. Oke baiklah, asal lo mau jadi pacar pura-pura gue."

"Apa, ogah gue mau jadi pacar pura-pura lo, ntar lo jadi suka beneran sama gue."

"Yaudah kalau lo ngak mau." Raka menaruh uang di tangan Reyna untuk ongkos pulang. "Ni uang untuk ongkos lo naik taksi."

Reyna menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan kasar. "Oke gue setuju" ucap Reyna terpaksa.

"Cepetan naik ke mobil."

Impossible DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang