Keberentungan pasti akan datang setelah kesialan, begitu juga sebaliknya kesialan akan datang setelah keberuntungan, itu adalah pemikiranku karena aku sering melihatnya, tapi yang aku alami ini bukanlah keberuntungan atau kesialan, ini kutukan.
"Baiklah, sekarang apa yang bisa kamu katakan sebagai alasanmu atas apa yang kamu lakukan kepadanya?" Kata Mila dengan nada seperti seorang pengadil.
Kami bertiga, aku, Mila dan Azalia sekarang berada di salah satu kelas kosong dan hanya ada kami di dalamnya. Aku duduk di kursi sedangkan Mila dan Azalia berdiri di depanku.
"Itu kecelakaan." Kataku singkat.
"Aku tidak percaya, kamu jelas – jelas mau melakukan hal yang buruk kepadanya." Kata Mila tidak percaya juga menuduh yang bukan - bukan.
Mendengar ucapannya sedikit menyebalkan, karena dia menuduhku yang bukan – bukan. Tapi aku harus tenang kalau tidak bisa panjang masalahnya
"Apa aku terlihat seperti itu?" Tanyaku membela diri, aku yakin Mila tahu benar bagaimana sifatku ini.
"Walaupun kamu tidak terlihat seperti itu, tetap saja kamu itu laki – laki dan laki – laki itu-"
Menghela napas. "Haaaa.... Merepotkan sekali, kenapa kamu tidak Tanya saja padanya? Apapun yang aku katakana, kamu juga tidak akan percayakan?" Kataku menunjuk Azalia.
Ini jelas sangat merepotkan, seperti banyak kejadian di anime, hal seperti ini akan berlangsung sangat lama dan juga apapun yang aku katakan pasti tidak akan dia percayai karena itulah sifat murni seorang perempuan, bahkan aku bisa membuat sebuah senryu yang menarik dari itu.
"Suka menyalahkan, tidak suka di salahkan, perempuan."
Mila lantas menoleh kearah Azalia, melihat Azalia yang masih bergetar ketakutan ,dia kembali menatapku dengan tatapan seekor ikan. Melotot.
Melihat dia malah tidak bertanya kepada Azalia dan malah menatapku sambil melotot, aku sudah mencapai batas kesabaran untuk menghadapi ini.
"Baik baik, aku yang salah karena mencoba menolongnya tadi, lain kali kalau ada orang terjatuh akan aku biarakan saja, atau mungkin aku tertawakan saja." Kataku seraya berdiri dari kursi.
Aku lantas berjalan meninggalkan mereka berdua, tidak peduli mau aku di marahi seperti apa, ini sudah sangat menyebalkan, inilah kenapa aku tidak tertarik mendekati perempuan, mereka itu aneh.
"Tu- tunggu! Bima, mau kemana kamu?" Tanya Mila, nadanya sedikit naik.
Tidak menjawab aku lantas membuka pintu kelas lalu melangkah keluar, berjalan cepat melewati lorong sekolah, aku sudah sangat muak dengan ini, ingin rasanya aku memukul sesuatu untuk melampiaskan kekesalanku ini.
Aku menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan, entah bagiaman sepertinya hari ini benar – benar merepotkan. Hari juga sudah sangat sore, bahkan sinar matahari sudah menjadi orange tua dan matahari hampir mau tenggelam.
Aku kembali mempercepat langkah untuk segera pulang kembali kerumah, hanya itu yang ingin aku lakukan sekarang, semoga saja besok lebih baik.
***
Menatap papan tulis berwarna putih yang terdapat banyak tulisan berwarna hitam, sesekali aku juga memainkan pulpuen dengan cara memutarnya di jemari tanganku, hari baru yang sangat tenang.
Sejak tadi pagi suasana di sekitarku sangat tenang, tidak ada yang memanggilku dan juga menanyaiku, itu sangat menenangkan mengingat kemarin sudah sangat merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 2
FantasyVolume ke dua dari cerita Magic Love Story : Lost Legendary Weapon. Note : Sebelum membaca cerita ini di sarankan untuk membaca cerita sebelumnya. Magic Lost Story : Lost legendary Weapon Vol 1.