⭐AN ATOMIC BOMB ⭐

336 34 7
                                    

Apa yang menimpanya tempo hari membuat Bintang tak bisa berhenti berpikir akan hal itu hingga kepalanya nyaris pecah. Demi Tuhan! Itu adalah ciuman pertamanya dan Galaksi berani mencuri. Bahakan Romi tidak pernah berani melakukan itu, tapi Galaksi—lelaki itu sangat lancang.

Bintang menyesal kenapa dia tidak memaki dan menampar Galaksi saat itu juga. Dia hanya bisa menangis dan menghilang secepat yang dia bisa. Gadis itu terlalu terkejut dan malu hingga tidak bisa berpikir dengan benar. Andai bukan Galaksi yang melakukannya, dia yakin pasti sudah menampar orang itu dan memakinya. Tapi Galaksi, lelaki itu serupa zat adiktif yang membuatnya kecanduan. Jika boleh jujur, dia menikmati ciuman itu. Ya Tuhan! Apa dia gila? Astaga! Gadis itu bahkan ingin merasakan hangatnya bibir Galaksi lagi.

Galaksi hadir dalam hidup gadis itu secara tiba-tiba, memporak-porandakan hatinya sedemikian rupa. Bahkan gadis itu lupa akan sakit hatinya terhadap Romi. Lelaki itu semacam air jernih yang mengguyur keringnya hidup Bintang. Menawarkan ketenangan yang mustahil ditolak oleh Bintang.

Kendati Bintang berulang-kali berusaha mengenyahkan Galaksi dari pikirannya, dia tetap tidak bisa. Bayangan lelaki itu sukses menggodanya nyaris di semua kesempatan. Ketika akan tidur, makan, menonton televisi, melamun di balkon dan bahkan ketika dia mandi. Astaga! Ini gila. Apa yang dipikirkannya tentang lelaki itu ketika mandi. Bintang hampir gila. Jika boleh jujur, saat jatuh cinta pada Romi dia tidak pernah merasa separah ini.

Come on! Bahkan dia tidak tahu siapa nama lengkap lelaki itu, seperti apa latar belakang keluarganya, apa tujuan lelaki itu menetap di Maroko dan yang lain. Bintang sama sekali tidak bertanya lebih detail tentang lelaki itu. yang dia tahu, Galaksi adalah lelaki yang pandai menggambar dan sekarang bekerja di Paintable—sebuah kerajinan keramik lukis yang terkenal di Maroko. Gadis itu berpikir, dia merasa perlu mengetahui lelaki itu lebih jauh.

Ketika gadis itu sedang asyik melamun, dia dikejutkan oleh ketukan pintu hingga dia nyaris terjungkal dari sofa ruang televisi. Ya Tuhan! Siapa yang berani mengganggunya. Jika itu Mario, dia berjanji akan memukul lelaki itu dengan sapu. Dia ingat kalau tadi Mario pergi untuk membeli makan malam untuk mereka. Tapi ternyata dugaannya salah besar. Bahkan wajah Bintang mendadak pucat karena yang ada di depannya saat ini adalah Galaksi, lelaki yang mencuri ciuman pertamanya tempo hari.

“Hai...” sapa lelaki itu sambil tersenyum. Astaga! Bibir itu membuat Bintang kemabli mengingat malam bersejarahnya.

“H-hai...” meski gugup, Bintang berusaha sebiasa mungkin.

Tanpa meminta izin, Galaksi masuk sambil membawa dua kantung pelastik berlogo restoran terkenal di El Jadida yang pernah dikunjungi Bintang dan Mario tempo hari. Bintang masih mematung di tempatnya.

“Kenapa bengong di situ sih? Sini dong!” Galaksi melambaikan tangan. Lelaki itu meletakkan kantung plastik di meja ruang televisi. Kemudian dia melesat ke dapur untuk mengambil air minum. Lelaki itu bersikap seperti di rumahnya sendiri. Ya Tuhan! Tidak sopan sekali lelaki itu.

Meski ragu, Bintang melangkah dan membiarkan Galaksi berbuat sesuka hatinya. Dia sendiri tidak bisa berpikir jernih. Lelaki itu mirip jelangkung. Oh ya ampun! Apakah ada setan setampan Galaksi?

Galaksi datang sambil membawa dua gelas air putih. Tanpa diduga, lelaki itu menarik Bintang dan meminta gadis itu duduk di sebelahnya.

“Jadi gini,” lelaki itu memberi jeda sambil mengelurakan sesuatu dari plastik. “Gue ketemu sama Mario di lobby, dia beli makanan ini buat kalian. Tapi, tiba-tiba dia dapat telpon dari nggak tau siapa. Habis itu bilang mau pergi, lalu dia ngasih makanan ini ke gue dan minta gue buat nemenin lo makan. Rejeki nggak boleh ditolak kan, Bin?”

Saat ini Bintang tidak tahu harus merasa bersyukur atau tidak akan hal ini. Hanya berdua dalam satu ruangan dengan Galaksi membuatnya merasa sesak. Gadis itu tidak habis pikir, kenapa Galaksi masih bisa bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun setelah malam itu. Lain halnya dengan Bintang, kecanggungan yang dia ciptakan terlalu mencolok, bergerakpun dia tidak berani. Ah ya! Pasti Galaksi sudah biasa mencium banyak perempuan, sehingga mencium seorang Bintang yang sangat tidak menarik tidak membawa efek apapun padanya.

Akhirnya, Bintang tidak menolak ketika Galaksi memberi bagiannya. Gadis itu lupa apa nama makanan yang dibeli, yang jelas ia menyukainya. Mereka berdua makan tanpa bersuara. Setidaknya, kelezatan makanan yang disantap membuat Bintang bisa sedikit mengalihkan kegugupannya berada di dekat Galaksi.

“Bin,” Galaksi lebih dulu bersuara ketika makannya sudah habis, sementara Bintang masih ada satu suapan lagi. Bintang urung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Dia takut tersedak lagi karena Galaksi sering kali mengeluarkan kata-kata yang membuatnya terkejut.

“Jiadilah pacar gue, Bin!” Benar saja. Opsi untuk tidak menyuapkan makanan itu adalah yang paling tepat. Lelaki itu mengatakannya tanpa tedenga aling-aling. Bitang kesulitan menghirup oksigen di sekitarnya. Semuanya terasa sesak dan begitu panas.

Song: Phil Collins - You'll Be In My Heart

Kalau kalian jadi Bintang, misal tiba-tiba ditembak sama Galaksi mau bilang apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kalian jadi Bintang, misal tiba-tiba ditembak sama Galaksi mau bilang apa?

Gunungkidul, 06 Mei 2019

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang